bc

Rush-Uh

book_age4+
420
FOLLOW
1.7K
READ
family
second chance
goodgirl
drama
comedy
sweet
bxg
cheating
coming of age
first love
like
intro-logo
Blurb

Nareswari Pangestu, atau akrab disapa Estu merupakan anak tunggal dari pasangan Antoni dan Sonia.

Menjadi anak tunggal bukan hal yang mudah untuknya, terlebih ketika ia harus menengahi kedua orang tuanya yang sering bertengkar.

Tidak hanya bertengkar, kedua orang tuanya juga super romantis sehingga membuat Estu kadang penasaran bagaimana rasanya memiliki pacar.

Rush-Uh Cover made in Canva.com

Heading font: Virtual

SubHeading font: Tenor Sans

Pict: Yellow Modern Fashion Woman Typography Theatre Poster by Marketplace Designer

chap-preview
Free preview
Satu
Hampir sembilan belas tahun lalu, Papa dan Mama melakukan hal ekstrim. Mereka nekat berhubungan... ah gitulah, supaya Mama hamil dan diberi restu oleh Kakek-Nenek dari Papa. Maka, aku adalah korban keegoisan mereka. Ya, mereka egois ingin bersama dengan menghadirkan aku ke dunia. Tapi, aku tak pernah sekalipun menyesal dimutasi dari surga ke bumi. Karena mereka adalah orang tua yang sangat luar biasa... menjengkelkan. Umur 12 tahun, ketika aku pertama kali mengalami mensturasi, Papa mengajakku jalan-jalan, kemudian Papa menceritakan aib-nya. Iya, aib ngehamilin Mama sebelum menikah. Papa bilang kalau jangan pernah sekalipun aku merasa diriku anak haram, karena bagi mereka aku adalah anugerah, karena bagi mereka aku lah yang membuat Kakek-Nenek luluh dan menyetujui hubungan Papa dan Mama. Kata Papa, itu lah alasan aku diberi nama Pangestu, yang artinya restu. Kata Papa itu sebagai pengingat untuk gak pelit restu nanti. Kita liat aja ya?? Umurku sekarang 18 tahun, bulan lalu aku sudah menyelesaikan ujian nasional, jadi sebentar lagi aku masuk dunia perkuliahan. Kata Papa, aku harus kuliah. Biar keren. Udah itu doang, bukan biar pinter, biar tambah ilmu, dan lain sebagainya. Cukup sampai keren. "Di mana Pa?" "Yang deket aja Swasta juga gak apa." Jawab Papa. "Kakak maunya apa?" Tanya Mama. Ya, Mama dan Papa memanggilku Kakak, padahal aku anak tunggal. Heran kan? "Gak tau, Estu gak tau sukanya apa." "Papa tau kamu sukanya apa Kak." Ujar Papa. "Apa?" Tanyaku. "Durian." Ngek! Papa emang suka gitu. Gak nyambung. "Serius ini! Anak kamu tuh lagi pusing nyari jurusan kuliah!" Seru Mama, nada nyinyirnya mulai. "Ya bebas lah Kakak maunya apa. Papa mah yang penting Kakak kuliah, biar kalo temen Papa nanya Papa bisa jawab 'Iya Bro anak gue kuliah!' bukannya 'Eh nganu anak gue sekarang jaga kasir di resto gue yang cabang ke 13!' gitulooh!" Jelas Papa. "Kuliah tuh bukan buat gaya-gayaan Pa!" Kataku. "Tapi kan keren!" Sahut Papa. "Kakak mau kuliah jurusan seni gak?" Tanya Mama. "Mau teknik ah!" Kataku tiba-tiba. "Emm keren tuh! Nanti kamu kuliahnya bawa jeep punya Papa." Sahut Papa. Kan, di otak Papa itu hanya berisi kekerenan satu dan kekerenan lainnya. Karena menurut Papa, beliau adalah orang tua yang sangat keren... meskipun jarang mandi. "Bener Kakak mau teknik? Teknik apa?" Tanya Mama. "Teknik Lingkungan!" Seruku mendadak yakin. Padahal aku anak IPS hahaha! "Jadi aktivis lingkungan gitu ya kamu nanti? Buka perusahaan konsultan AMDAL buat pengusaha atau company yang mau bikin pabrik, apartment dan lain-lain, ih keren!" Seru Papa. Aku bahkan gak tahu AMDAL itu apa. "Iya, gitu Pa!" Seruku. Iya-in aja dulu. Jalaninnya gimana nanti. "Oke Papa setuju, Mama cantik gimana?" Tanya Papa. "Ya kalo Estu mau yaudah boleh aja, tapi nanti yang terusin bisnis Mama sama bisnis Papa siapa dong?" Tanya Mama. "Suruh siapa bikin anak cuma satu!" Sindirku. Keduanya kompak tertawa sambil tatap-tatapan bikin aku sirik. Jadi pengin punya pacar deh kalo begini. Huh! "Teknik Lingkungan, Univ Swasta aja ya Kak? Kamu kan gak pinter-pinter banget. Papa gak mau kamu sakit hati ditolak PTN." Ujar Papa. "Iya Papa ganteng, iya!" "Gitu dong! Kan Papa emang ganteng!" Sahut Papa. "Gak ada buktinya ya kalo Papa itu ganteng! Kalo Mama cantik ya terbukti, aku kan cantik!" Kataku. "Jadi kudu ada anak cowo biar kegantengan Papa yang hakiki ini gak cuma kamu anggep hoax??" Tanya Papa. Aku mengangguk. "Yaudah yuk sayang! Kita bikin dedek buat Estu!" Ajak Papa, aku nyengir sekarang. "Yukk!" Sahut Mama. Papa bangkit dari sofa, menarik Mama lalu mereka berdua masuk kamar sambil cekikikan kaya kuntilanak. Absrud banget emang orang tuaku itu. "Halah! Paling di kamar nonton tipi!" Seruku saat Mama menutup pintu kamar. Lagi-lagi, entah untuk keberapa kali, aku cuma bisa geleng-geleng kepala sama kelakuan orang tuaku. Tapi aku senang karena kali ini mereka lagi romantis. Liat aja nanti kaya apa kalo lagi berantem. Pengin rasanya aku jadi amoeba yang bisa membelah diri biar aku gak harus memutuskan siapa yang salah dan siapa yang benar. *** "Kak, SIM kamu jadi nih!" Papa yang baru datang memberikanku SIM A dan SIM C, lalu merebut eskrim milikku. "Apa-apaan tinggi Estu cuma 160? Bohong ini, 168 Pa!" Seruku saat mengecek kedua SIM tersebut. "Yeee kan nembak! Dikorting tingginya!" Sahut Papa. "Nembak jedor Pa?" "Gak usah sok asik yeee!" Ujar Papa sambil memakan eskrimku. "Dihh!" "Kak, jalan-jalan yu? Mama ada fashion show sampe besok, bete nih!" "Gak ada aja bete, giliran ada diajak ribut." Kataku. "Ribut Papa sama Mama tuh tanda sayang tau." "Estu heran, kenapa akhirnya Papa sama Mama nikah padahal berantem mulu?" Tanyaku. "Karena cinta." Jawab Papa seolah-olah cinta adalah hal paling sakti di muka bumi ini. Aku diam, merebut kembali eskrim milikku, lalu lanjut menonton TV. "Ayok ih Kak, jalan-jalan!" Seru Papa. "Gak mau ah!" "Kenapa?" "Nanti Estu disangka jalan sama Om-om!" Kataku. "Om-om kece kaya Papa mah rebutan kali Kak, yakin deh dedek-dedek gemes seumur kamu pada rela bunuh-bunuhan buat dapetin Om kece kaya Papa." Ujar Papa. Mulai narsisnya, jadi aku mending diem aja. "Kakak ih! Bapaknya ngomong juga! Waro dong!" (Sahutin) "Mau kemana sih Om?" Tanyaku. "Kokas!" Jawab Papa. "Ebuseeet, anak gaul banget lo??" Respon itu keluar begitu saja. Hahah untung Papa gak marah, kalo Mama, bisa dijitak aku. "Yukk! Kamu setirin Papa!" "Udah diajak, eh disuruh nyetir. Tuan putri nih!" Keluhku. Gila aja Papa minta aku nyetir ke Kokas, rumah kita kan di Bogor. Suka ada-ada aja emang ini babehqu. "Kan nanti kamu bebas jajan, sayangku." "Oh gitu! Oke deh! Estu mau nyalon ya Pa!" "Good! Papa juga mau creambath!" Astagaaaaaa! Papaku kenapa begini banget ya! **** Ternyata, di Kokas Papa cuma mau makan iga yang digulung pake keju mozarella itu, gara-gara liat ** temennya, jadi kabita gitu, emang ya Om-om satu ini! Selesai makan dan creambath, aku mengusulkan untuk mampir ke JCC, liat fashion show-nya Mama. Tapi kata Papa gak usah, bosen Papa liatnya. Katanya, Mama udah gede, gak usah susulin. Jadi, ya kami langsung pulang. Di rumah, Papa ngeluh laper lagi, ini si Papa lagi puber apa ya? Kaya anak yang lagi tumbuh dan berkembang, makan mulu. "Coba ada Mama, dibikinin nasi goreng nih Papa! Kamu Kak, belajar masak kek!" Ujar Papa sambil menggoreng telur. Aku cuma duduk di kursi bar sambil liatin Papa masak.   "Jadi suami tuh yang mandiri Pa!" Kataku. "Ih! Suami tuh kudu manja tau! Biar istri ada kerjaan." Sahut Papa. Aku mengangguk. "Kecuali suami kamu nanti!" Aku langsung menaikkan sebelah alisku, heran, maksud Papa apaan coba? "Kenapa?" Tanyaku. "Awas aja kalo dia berani suruh-suruh anak semata wayangnya Papa! Papa chinchang!" "Yeee aneh! Papa aja begini jadi suami." "Ya jangan dicontoh!" Seru Papa. "Gorengnya dua dong Pak Boss! Nemenin Pak Boss ngomong jadi laper nih!" Pintaku saat Papa mematikan kompor. "Yeee dasar anak tuyul! Bukannya bilang dari tadi biar sekalian!"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

DRIVING ME CRAZY (INDONESIA)

read
2.0M
bc

Rujuk

read
912.8K
bc

CEO Pengganti

read
71.2K
bc

GADIS PELAYAN TUAN MUDA

read
465.8K
bc

See Me!!

read
87.9K
bc

HOT AND DANGEROUS BILLIONAIRE

read
571.2K
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook