bc

The Secret of Venus

book_age16+
354
FOLLOW
1.9K
READ
drama
comedy
twisted
sweet
like
intro-logo
Blurb

Kisah seorang gadis empath, yang berawal sejak dirinya bangun dari koma selama enam bulan. Dia mampu merasakan emosi orang lain, hanya dengan menatap matanya. Namun yang sangat menyiksa, Venus harus merasakan emosi orang-orang di sekitarya seolah menjadi emosinya sendiri. Dia sering kali kewalahan karena energi emosi yang menyerbu ke arahnya. Tidak jarang, hal itu juga membuatnya pingsan. Kehidupan semacam itu membuatnya memilih mengasingkan diri dari dunia luar, dan menjadi seorang penulis misterius yang selalu menolak novelnya difilmkan. Sampai suatu hari dia bertemu dengan Jayu Samudra, seorang aktor yang seperti kapas ajaib bagi dirinya.

Sinting, aneh, tidak tahu malu dan tidak tahu diri, begitulah Venus di mata Jayu. Namun bagi Venus, Jayu seperti kapas ajaib yang diturunkan Tuhan dari langit, sebagai berkah di dalam hidupnya.

Kisah macam apa ini?

chap-preview
Free preview
Prolog
"Jika kamu paham makna persahabatan, kamu pasti akan takjub dengan apa yang mampu dilakukan oleh seorang sahabat” *** Kertas berhamburan dari atas gedung pencakar langit. Seorang gadis berdiri di sana, wajahnya basah oleh air mata. Embusan angin malam yang menerbangkan rambut panjangnya seolah membisikkan kata selamat tinggal. “Maafkan Tisna, Bu. Maaf … maaf.” Gadis itu menggumamkan kata maaf berkali-kali. Kertas di tangannya terus berjatuhan. “Apa lagi ini? Kenapa ada orang bodoh yang ingin mengakhiri hidupnya dengan cara sekonyol itu, apa dia sudah tidak punya otak?” Jayu yang sedang menikmati keindahan langit malam di sana hendak menghampiri, tapi seorang gadis berjalan terburu-buru sampai menubruk bahunya yang kukuh. Menjengkelkannya, gadis itu sama sekali tidak minta maaf, bahkan tidak menoleh sedikit pun meski sempat berhenti sebentar.  Gadis dengan pashmina yang digunakan asal-asalan itu seperti orang linglung, ada sesuatu yang aneh saat dia menubruk pemuda barusan, tapi saat ini ada yang lebih penting. Dia harus menyelamatkan Tisna, jadi dia tidak memedulikan apa pun kecuali sahabatnya. “Tisna!” Yang dipanggil sama sekali tidak menoleh. “Tis, aku mohon, jangan bertindak bodoh. Pikirkan keluargamu, hidupmu tidak harus berakhir hanya karena naskahmu ditolak penerbit. Tolong, jangan lakukan ini.” Venus berusaha mendekat, tapi Tisna mengisyaratkan agar gadis itu tetap diam di tempat. “Berhenti, Ve! Kalau kamu mendekat, aku akan lompat. “Tis ...” Venus melangkahkan kakinya perlahan, tangannya terulur hendak menggapai tangan Tisna yang berdiri sedikit lebih tinggi darinya. “Kamu satu-satunya orang yang kupercaya. Satu-satunya sahabat yang aku punya, kalau kamu pergi, aku tidak akan bisa hidup. Jadi ....” Venus melompat, menyejajari Tisna dan memegang tangan gadis itu. Seketika itu juga tubuhnya tersentak ke depan, napasnya tertahan di d**a. Perasaan sedih dan kecewa menyelimuti hati, bayangan wajah ibu Tisna berkelebat di hadapannya. Tangis Syafa yang memegangi perut karena kelaparan, dan seseorang yang melemparkan naskah ke wajah gadis itu. Semua terasa sangat menyakitkan. “Tis, kamu tahu apa yang akan terjadi padaku sekarang, kan?” Venus melangkah lebih dekat ke tepi gedung, satu kakinya sekarang sudah mengambang di udara. “Ve, kamu jangan gila!” Tisna mulai panik, dia tahu persis bagaimana Venus. Gadis itu tidak akan berhenti kalau dia juga tidak membuang keinginannya untuk bunuh diri. Jika Venus terus menggenggam tangannya, maka apa pun yang Tisna pikirkan dan rasakan, Venus juga akan merasakannya. “Apa-apaan ini, kenapa dia malah ikutan mau lompat? Dasar sinting!” Jayu yng dari tadi hanya melihat dari kejauhan, segera berlari ketika melihat Venus hendak melompat. Jayu meraih tangan keduanya dan menariknya ke belakang, membuat mereka jatuh bersamaan. Venus kembali tersentak, kali ini tubuhnya merasakan sensasi aneh yang belum pernah dia rasakan. Ketika Jayu menggenggam tangannya, dia seperti melihat hamparan kapas putih yang membentang luas. Angin berembus perlahan, tidak ada yang dia pikirkan dan rasakan kecuali hanya tenang dan nyaman. Ini aneh. Venus belum pernah merasakan perasaan seperti itu sebelumnya, apa lagi saat kulitnya bersentuhan dengan orang lain. “Dasar gila! Kalau kalian mau bunuh diri jangan di sini. Menyusahkan saja!” Jayu segera bangkit, dia mengusap lengan yang terasa sakit karena jatuh, lalu meninggalkan mereka berdua begitu saja. “Makhluk apa itu?” Venus memandangi kepergian Jayu dengan perasaan aneh. Dia masih memegangi tangan, sensasi yang dirasakannya barusan benar-benar magis. “Ve, kamu tidak apa-apa, kan?” Tisna memegang pundak sahabatnya, saat itu juga Venus langsung tersentak. Keinginan untuk bunuh diri masih sangat kuat dari dalam diri Tisna. Dia bisa melihat seorang gadis yang berusaha menyayat nadi sendiri, dan itu adalah Tisna. “Jangan lakukan!” “Apa?” “Tis, aku mohon jangan pernah berpikir untuk bunuh diri lagi. Atau aku akan terus memegang tanganmu.” Tisna beringsut, dia memeluk lutut sambil sesenggukan. “Entahlah, Ve. Hidupku terlalu berat. Kupikir dengan mati semuanya akan berakhir. Aku tidak perlu menangisi keadaan dan takdir yang tak pernah berpihak kepadaku. Tidak perlu ada lagi air mataku yang tumpah di atas bumi ini.” “Lalu bagaimana dengan air mata ibumu, air mata Syafa, dan air mataku? Apa kamu sama sekali tidak peduli? Apa kamu pikir kami akan baik-baik saja kalau kamu mati?” “Aku malu padamu.” Tisna menghindari tatapannya bertemu dengan Venus. “Selama ini keluargaku hidup dari jerih payahmu. Sebagai seorang anak, aku sama sekali tidak bisa melakukan apa-apa dan malah menggantungkan hidup pada orang asing. Aku ....” “Siapa bilang aku orang asing? Keluarga tidak hanya dibentuk oleh darah. Kasih sayang yang kudapat dari ibumu, membentuk ikatan yang jauh lebih kental dari darah. Karenamu, aku mendapatkan sosok yang tidak pernah kumiliki sebelumnya. Apa yang kuberikan sama sekali tidak ada apa-apanya dibanding yang kudapat dari kalian.” Tisna mendekat, hendak memeluk Venus tapi urung. Dia tidak mau membuat Venus sedih karena apa yang dia rasakan. Sebaliknya, Venus malah mendekat, dia memeluk Tisna erat-erat. Air matanya sudah meleleh sejak tadi. “Tis, kalau kamu paham makna persahabatan, kamu pasti akan takjub dengan apa yang mampu dilakukan oleh seorang sahabat.” Venus menepuk-nepuk bahu Tisna pelan.  Dia bisa merasakan, saat ini Tisna sudah lebih tenang. Pikirannya dipenuhi tentang bagaimana cara membalas kebaikannya. Dan itu membuat Venus merasa lebih lega. BestRegards, MandisParawansa  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mengikat Mutiara

read
142.5K
bc

T E A R S

read
312.8K
bc

Everything

read
278.3K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
55.5K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.2K
bc

MANTAN TERINDAH

read
7.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook