3

1244 Words
"put bangun put ada guru", ujar Ratu sembari terus menggoyang-goyangkan tubuh putri dengan harapan hal itu dapat membangunkan putri sang putri tidur namun tidak elegan itu. "ishh ratu mah! gue lagi enak-enak tidur juga", protes putri pelan setelah dia berhasil terbangun dari tidurnya kepada ratu. "ya kan ada guru put, emangnya Lo mau di hukum hah?! ini baru hari pertama sekolah put jangan bikin ulah macem-macem deh, tolong jadi anak baik seenggaknya di hari pertama masuk sekolah!" balas ratu mengomelinya. "saudari ratu yang yang saya sayangi dan saya cintai serta saya hormati, tau ngga sih tadi gue lagi mimpi nikah sama my bebeb Kim taehyung, dan sialnya pas dia mau ijab kabul Lo malah bangunin gue! ya Allah sakit banget sih jadi gue dalam mimpi aja ngga bisa wujutin mimpinya" sahut putri mendramatisir, dia memang akan selalu menjadi lebay jika menyangkut idolanya BTS, terutama Kim taehyung. "put, masa Lo mau sih kena hukum di dunia nyata cuman karena gara-gara mimpi doang?" tanya ratu yang lagi-lagi merasa tidak percaya dengan jalan fikiran putri itu. "apapun jika itu berhubungan dengan BTS gue nggak masalah tu, lagian dunia nyata gue udah ngenes jadi biarkan aku bahagia dalam dunia mimpi" mungkin ini terdengar hanya seperti ke lebay an belaka, tapi putri benar-benar serius saat mengatakan hal itu sebab dunia nyatanya memang tidak seindah dunia mimpi yang di bangunnya. "putri, ratu, apa percakapan kalian lebih penting dari penjelasan saya sampe-sampe kalian lebih sibuk ngobrol daripada dengerin saya?" tanya Bu Siska, guru yang akan menjadi wali kelas mereka tahun ini. "ngga kok Bu hehe", jawab putri sambil menunjukkan cengiran bodohnya, dia sudah biasa mendapat Omelan dari guru disini sedangkan Ratu sebaliknya, dia adalah siswa teladan dan selalu mendapatkan pujian guru selama tahun kemarin. "ratu, apa kamu tidak berniat pindah dan cari teman sebangku lain? ibu khawatir lho sama kamu kalo kamu terus-terus an duduk di samping putri, ibu takut kalo kebandelannya akan menular kepada kamu, kamu berhak punya teman yang lebih baik lagi di sekolah ini" ujar gurunya dengan pedas. putri menghela nafasnya, dia sudah sangat biasa dengan hal ini tapi kenapa rasanya masih saja terasa sakit? bukankah tahun kemarin juga hampir seluruh guru dan murid selalu memperlakukannya seperti itu? mereka akan selalu menasehati ratu yang selalu ada bersamanya dan secara terang-terangan mengatakan dampak buruk yang mungkin saja dapat terjadi jika ratu terus-terus an berteman dengannya? dan bahkan mereka berkata seperti itu di sampingnya seperti saat ini. "iya Bu ini salah saya, saya yang bandel, tu pindah tempat duduk gih sama Franda sana, gue lebih suka duduk sendirian kayaknya tahun ini" sahut putri, dadanya terasa sesak saat mengatakan hal itu, bahkan air mata yang sangat lebay itu mencoba untuk keluar dari sarangnya saat ini tapi dia tahan sebisa mungkin sambil menunjukkan ekspresi Ter songong yang dia punya. "sombong sekali kamu yah! berani mengusir dan menolak ratu untuk jadi teman sebangku kamu!" delik Bu Siska lagi. putri semakin menghela nafasnya, matanya hampir berkaca-kaca saat ini, "ibu maunya apa sih Bu?! tadi ibu bilang ratu ngga pantes buat duduk di samping saya, dan sekarang pas saya usir dia dan ngasih dia kesempatan pindah ibu malah protes juga!" balas putri mendelik, dia memang seperti ini anaknya, dia tidak pernah bisa menahan isi hatinya apalagi jika sudah marah, siapapun itu dia akan mencoba berbicara sejujur mungkin, dan dia memang tidak punya sedikitpun rasa takut akan hal itu selama dia merasa apa yang dia katakan itu tidak salah. "ya harus nya ratu yang nolak kamu bukan sebaliknya! gini nih kalo anak hidup di lingkungan sosial menengah ke bawah, jadinya bar-bar dan sulit di atur" sinis Bu Siska sarkatis. putri mengepalkan tangannya dan mengernyitkan dahi, dia merasa kalo Bu Siska telah kelewatan bicaranya, "bu! kok ibu jadi bawa-bawa status sosial gini sih Bu? ibu yakin kalo ibu ini adalah seorang guru dan lulusan universitas ternama? tapi kok attitudenya ngga ada sih Bu? saya benar-benar ngga nyangka Lo Bu kalo ternyata pemikiran seorang sarjana dari lulusan universitas ternama se sempit ini, ibu marah kalo saya bersikap bar-bar sampai bawa-bawa status sosial dan ekonomi keluarga saya, terus apa menurut ibu saya juga ngga bisa marah saat ibu ngerendahin saya? sebelum ibu marah kepada saya yang tidak bisa jaga attitude itu harusnya ibu terlebih dahulu tanya kepada hati kecil ibu kenapa murid ibu sampai berani melawan ibu, karena seperti yang di bilang salah satu ilmuan terkenal dunia yang saya lupa namanya, dia bilang anak memang tidak pandai dalam mendengarkan nasehat orang tuanya, tapi mereka tidak pernah gagal dalam menirunya,  dan ibu itu adalah seorang guru yang artinya anda menjadi orang tua bagi kami para murid di sekolahan, tapi kenapa ibu malah bersikap rasisme kepada murid? menjadi seorang guru itu harusnya menyamaratakan semua murid Bu! dan dengan ibu yang kayak gini semakin membuat saya merasa bahwa bukan kelas sosial yang menentukan seseorang punya attitude atau tidak, karena yang saya lihat ibu yang hidup di keluarga berada dan lulusan sekolah ternama pun tidak punya itu", jawab putri panjang lebar, mereka semua yang berada di kelas menatapnya takjub saat ini, memang hanya putri lah yang bisa mendebat para guru karena dia tidak pernah perduli akan nilai. Siska mengibas-ibaskan tangannya ke wajah karena merasa tiba-tiba saja gerah, dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi, dia merasa sangat tercengang mendengar jawaban putri itu, dia tidak menyangka bahwa ada murid yang akan menghinanya seperti ini bahkan di hari pertama sekolah, dan pemikiran Bu Siska yang memang telah sempit kini semakin sempit dan semakin menganggap putri bar-bar karena terlahir menjadi anak kampung, dan menurutnya putri sama sekali tidak pantas untuk berada di sekolah ini dan menjadi muridnya. "put udah put, ngga usah bikin masalah, ini baru hari pertama sekolah", bujuk ratu menenangkan emosi putri. putri menggeleng, dia setia dengan ke keras kepalaannya itu, "gue ngga bisa tu, Bu Siska udah kelewatan menurut gue karena dia seorang guru" putri merasa sudah tidak perduli lagi dengan semuanya. "ratu, kamu pindah ke kursi lain, ibu tidak mau jika otak kamu sampe tercemari dan terpengaruh oleh anak kurang ajar itu!". "tapi Bu," ratu mencoba menolak nya. "udah tu, pindah aja" timpal putri. "tapi put...,". putri menatap ke arahnya, "plis tu, demi gue" mohon putri sambil tersenyum tipis, dia merasa jika ratu duduk di samping nya masa SMA nya akan menjadi semakin lebih berat lagi ke depannya. ratu menghela nafasnya, "yaudah,maaf ya put" pasrah ratu sambil meminta maaf. "gue yang harusnya Minta maaf" balas putri. ratu langsung mengemasi barang-barang nya dari sana dan pindah ke kursi depan, kini dia menjadi sendirian karena memang tidak ada yang mau duduk dengannya Disana selain ratu sahabatnya. dia sama sekali tidak masalah akan hal itu. "kali ini ibu tolerin sikap kurang ajar kamu ini putri, tapi kalau lain kali kamu masih seperti ini ibu akan kasih pelajaran ke kamu" ancam Bu Siska tiba-tiba, putri bahkan tidak tau dimana letak kesalahannya yang di katakan Bu Siska itu, tapi dia kini mencoba menahan emosinya dengan menggigit kencang bibir bagian dalamnya, dia ingin menangis saat ini, sebab jika dia tidak bisa mengutarakan perasaannya atau emosinya apalagi saat marah dia akan menangis di buatnya. "kali ini cukup sekian aja, kalian sudah paham kan? ibu adalah wali kelas kalian di tahun ini jadi ibu minta kerja samanya agar kalian jangan sampai membuat ulah untuk satu tahun ke depan selama kalian masih jadi tanggung jawab ibu, terutama kamu putri" lagi-lagi Bu Siska menunjukkan keduniaannya kepada putri. putri mendengus menjawab perkataan bu Siska itu. "maaf Bu saya telat", ucap seseorang yang tiba-tiba muncul di depan pintu dan mengalihkan perhatian semua orang di sana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD