bc

Garis Paralel

book_age18+
96
FOLLOW
1K
READ
fated
second chance
friends to lovers
mate
drama
campus
highschool
office/work place
first love
friendship
like
intro-logo
Blurb

Ada tiga orang pria yang sangat berpengaruh besar dalam hidup Nala. Yang pertama adalah Faiz Aditya, seorang pria baik hati yang ia kenal karena alasan yang tidak biasa. Kedua Luthfi Bahtiar, dia pria idola tidak tersentuh yang membuat kehidupannya berubah. Dan yang terakhir adalah Radi Chandrakanta, mantan pacar pertama yang menyebalkan sekaligus orang yang selalu muncul kapanpun saat dibutuhkan.

"Aku tidak sedang main-main, Na… apalagi hanya sekedar basa-basi, kamu mengenalku dengan cukup baik. Hanya saja saat itu mungkin waktunya saja yang belum tepat. Bisa beri aku kesempatan untuk meyakinkanmu sekali lagi?" - Faiz.

"Aku tidak suka merasa terbebani oleh suatu hubungan. Terlibat perasaan yang terlalu dalam dan bertanggung jawab terhadap perasaan orang lain… aku tidak mau terikat pada hal-hal seperti itu, La." - Luthfi.

"Saat kamu sudah tidak memiliki pilihan lain… misalnya di usia yang mendekati masa menopause dan kamu masih belum menemukan pria baik, ayo kita menikah!" - Radi.

***

Garis paralel adalah garis yang terletak dalam satu bidang datar dan tidak akan pernah berpotongan meskipun garis tersebut diperpanjang.

chap-preview
Free preview
PROLOG
*** Acara pekan olahraga dan seni sedang berlangsung di lapangan sekolah, masing-masing kelas sudah mengirimkan perwakilannya untuk mengikuti setiap perlombaan. Suara sorakan dan tepuk tangan pemberi semangat ikut memeriahkan acara. Setiap ruang kelas terpantau kosong dan sunyi, hanya ruang kelas 7-C saja yang terisi oleh sebagian besar muridnya. Hampir pada setiap perlombaan mereka kalah di penyisihan babak pertama, jadi daripada menonton kelas-kelas lain saling berkompetisi, mereka memilih menghabiskan waktu di dalam kelas sendiri. Kecuali sepasang anak manusia yang duduk di lantai tanpa alas di depan kelas, sama-sama meluruskan kaki sambil bermain ayam-ayaman. "Kamu kalah!" seru si anak laki-laki saat berhasil menekan jempol anak perempuan yang duduk di hadapannya. "Ya sudah... apa? Kamu mau minta apa?" Si anak perempuan merajuk kesal, ia bergeser untuk bersandar pada tembok. Perjanjian dari permainannya adalah yang kalah mengabulkan keinginan pemenang, dan ia tahu kalau keinginan teman laki-lakinya ini selalu saja aneh. "La, kamu nggak mau mencoba pacaran?" "Pacaran?" Anak laki-laki itu mengangguk semangat, "Aku ingin tahu rasanya pacaran itu seperti apa." ungkapnya dengan wajah serius. "Ya tinggal pacaran saja." sahut si anak perempuan dengan raut heran. "Tapi aku nggak mau pacaran dengan sembarang anak perempuan. Kamu tahu David, kan? Coba lihat sekarang dia menjadi seperti apa setelah pacaran sama kakak kelas." Nada bicaranya seolah sedang membahas harga minyak bumi yang belakangan anjlok, padahal mereka hanya sedang membicarakan teman sekelasnya yang sebelumnya polos sekarang berubah jadi tukang tebar pesona yang tingkahnya kadang kelewatan. "Kamu tukang tebar pesona dan sering kelewatan, apa bedanya kamu dan David?" sela anak perempuan itu tanpa mengurangi nada sinisnya. "Aku masih polos, La... aku belum pernah melakukan apa-apa. Kamu tega aku terkontaminasi oleh yang lebih berpengalaman?" Sekarang anak laki-laki itu mulai bersikap berlebihan, ia menyilangkan ke dua tangannya di depan badan. "Memangnya kamu cat warna putih yang gampang banget terkontaminasi warna lain? Kamu kan cat warna hitam." "Nala...." rengeknya setelah mendapat cibiran. "Makanya jangan berbelit-belit! Kamu mau minta apa?" "Pacar." Senyuman lebar menghias wajahnya. "Hah?" "Mulai hari ini kamu pacar aku ya, La!" putusnya seraya berdiri. "Loh? Tapi kan aku nggak mau!" tolak si anak perempuan. "Tapi kan kamu kalah." belanya, lalu berlari masuk ke dalam kelas. "Semuanya! Aku ada pengumuman!" teriaknya di depan kelas untuk mendapatkan perhatian, "Mulai hari ini Nala pacarku ya... kalau ada yang nanya-nanya Nala lagi, bilang saja kalau Nala pacarku. Jangan lupa semuanya!" ia bicara dengan semangat, tidak mempedulikan raut wajah orang yang namanya sedari tadi ia sebut. Berkat pengumuman itu, suara sorakan dan tepukan tangan juga terdengar dari ruang kelas 7-C. "La, bilang sama Nathan ya... mulai kelas delapan nanti dia gak perlu antar jemput kamu lagi. Biar itu jadi tugasku." ucapnya sebelum kembali keluar kelas, sementara Nala hanya menghela napas. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook