Part 1: Kantin

1257 Words
Aha .... Lucas melihat teman-teman sekelasnya sedang makan bersama meja itu cukup besar dan berada lebih dekat dengan pintu keluar. Lucas pun melangkahkan kakinya menuju teman-temannya dan Analise turut mengikutinya. Saat mereka sampai, ternyata Bryan dan Dominic telah selesai makan, mereka memutuskan untuk tidak berlama-lama di kantin karena mereka belum mengerjakan PR Biologi. Setelah meja itu segera dibersihkan Nenny, salah seorang pelayan di kantin tersebut, Analise dan Lucas segera menempatinya. "Dek berdua pada mau pesan apa?" tanya Nenny dengan siap, di tangannya terdapat kertas bekas yang digunting menjadi kecil dan lalu disatukan serta pena. "Saya pesan nasi goreng aja, Mbak. Nggak pakai sambal, ya. Minumnya samain aja sama Ana," kata Lucas sambil melirik Analise. "Kalau Dek ceweknya?" "Saya pesan mi ayam tiga mangkuk ya, Mbak. Nggak pakai sambal juga. Minumnya air putih aja," kata Analise, sontak perkataan cewek itu membuat Nenny sempat tersentak kaget, tetapi ia langsung memperbaiki ekspresi wajahnya. Walaupun sebenarnya, Analise sudah menyadari perubahan wajah dua orang yang berada di dekatnya itu, baik Nenny maupun Lucas. Lucas menatap Analise tidak percaya. "Na, kamu beneran makan sebanyak itu?" tanya Lucas dengan nada heran. "Iyalah, kenapa emangnya salah?" jawab Analise jutek. "Ehem, jadi pesanannya nasi goreng satu porsi, mi ayam tiga porsi, dan air putih dua. Itu aja kan?" Nenny menginterupsi, ia ingin segera mempersiapkan makanan bagi dua murid putih abu-abu ini. Lucas memalingkan wajah ke Nenny dan membalasnya dengan sebuah anggukan pelan. Nenny yang mengerti langsung bergegas pergi. Dan setelah Lucas memastikan Nenny tidak ada di sekitar mereka lagi, ia menatap Analise. "Aku nggak protes kamu makan sebanyak itu, tapi janji ya harus habisin makanannya," kata Lucas pasrah. Sepertinya mood Analise sedang tidak baik hari ini karena ia memakan bekal cewek itu. "Iya," jawab Analise seadanya. Sekitar sepuluh menit kemudian pesanan pun datang, Nenny yang membawa pesanan Analise dan Lucas terlihat sedikit kesusahan membawa pesanan itu. Sebenarnya salahnya sendiri membawa tiga mangkuk mi ayam, satu piring nasi goreng, dan dua botol air mineral dalam satu nampan yang sedang. Lucas yang merasa iba, membantu wanita itu. Sedangkan Analise, dia hanya duduk dan melipat tangan melihat dua orang di depannya yang sedang mengatur makanan dan minuman di atas meja. "Hati-hati, Mbak, mi itu panas tuh," kata Lucas sambil meletakkan sepiring nasi goreng di atas meja kepada Nenny yang sedang memindahkan mangkuk mi dari nampan ke meja. "Hehe, iya dek," kata Nenny. Setelah semuanya sudah tersusun rapi, Nenny meninggalkan Analise dan Lucas. Mereka pun berdoa lalu makan. Selama keduanya makan, tidak ada percakapan yang terjadi. Lucas hanya menikmati makanannya yang menurutnya lezat itu sambil memperhatikan Analise yang juga sedang makan. Otaknya berpikir, apakah Analise akan berhasil memakan semuanya itu? Sedangkan Analise, cewek berkulit langsat itu sibuk memakan makanannya sambil beberapa kali melemparkan pandangan ke arah gerombolan anak XII IPS yang baru saja memasuki area kantin. Ia mencari satu objek di sana, ya... siapa lagi kalau bukan Mark. Tetapi sepertinya ia tidak menemukan Mark di sana. Di dalam hati ia sangat senang. Mark tidak datang ke kantin dan itu berarti ia tidak akan melihat Analise makan bersama Lucas. Setelah beberapa menit, Lucas telah menghabiskan makanannya. Sedangkan Analise baru menghabiskan dua mangkuk mi. Itu cukup baik, bukan? Sepertinya Analise akan bisa menghabiskan ketiga mangkuk mi itu. Dia masih terlihat lapar. Lagian, siapa yang tidak menyukai mi ayam di kantin lantai satu? Makanan ini adalah favorit sebagian besar kalangan siswa di sekolah ini. "Semangat Na, satu mangkuk lagi," kata Lucas sambil tersenyum jahil. Tangannya mengambil botol air mineral lalu membuka tutup dan meminumnya. Tetapi mata cowok berambut gelap itu masih saja melirik Analise yang tengah sibuk makan. "Tenang aja, gue abisin kok," kata Analise dengan optimis. Tiba-tiba, seseorang duduk di kursi yang berada di samping Analise. Dia adalah Chirstie. Analise menengok ke arah kanan dan mendapati cewek itu sedang tersenyum ke arahnya. "Ke kantin juga akhirnya?" tanya Christie. "Iya, hehe," jawab Analise sambil terkekeh pelan. Christie melihat Lucas yang berada di depan Analise, lalu kembali menatap ke arah cewek di sampingnya. "Oh, nungguin Kak Lucas, ya? Cie ... yang mau ke kantin bareng Kak Lucas." Analise yang masih belum melepaskan pandangannya dari Christie itu kemudian melemparkan pandangan ke arah Lucas. Tetapi sebelum ia melihat Lucas, ia mendapati cowok bermata elang yang Analise sendiri sangat hafal dengan tatapan itu. Itu dia, Mark sedang duduk di sebelah kiri Lucas. "Kak Mark?" tanya Analise spontan seperti sedang tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Hai," sapa Mark dengan senyuman hangat dan suara berat lembut yang khas di telinga Analise. Demi apapun, Analise merasakan degupan jantungnya yang semakin cepat dari biasanya. Tetapi ia berusaha terlihat normal. Lalu, ia mencoba menjelaskan. "Ehem, jadi, tadi si Lucas makan bekal gue, jadi dia udah janji traktir gue di jam istirahat kedua buat gantiin bekal gue yang udah dia makan," jelas Analise agar Mark tidak salah paham. Christie pun hanya beroh-ria. Situasi kembali sunyi di antara mereka berempat. Kantin juga hampir sepi. Analise sedang sibuk memakan mie ayamnya. Sedangkan Lucas masih duduk di depan Analise walaupun ia sudah selesai makan sejak lima menit yang lalu. "Christie kamu belum ada air, kan? Biar aku beliin yah," kata Mark memecah kesunyian. "Nggak usah Kak, biar aku beli sendiri aja," tolak Christie dengan sopan. "Nggak papa, biar sekalian aja aku beliin buat kamu," Mark tetap memaksa. Cowok itu tidak menunggu persetujuan dari Christie dan langsung bergegas membeli mineral. Analise terdiam beberapa saat. Ia memberhentikan aktivitas makannya dan otaknya mulai berpikir. Di dunia yang luas ini, hanya ada dua orang yang mengetahui perasaan Analise terhadap Mark. Kedua orang itu hanyalah Christie sebagai sahabat Analise sajak SMP dan Lucas sebagai senior yang entah mengapa selalu berada bersama Analise. Dan sekarang, Analise tidak bisa mempercayai apa yang dilihatnya. Mengapa Mark dan Christie terlihat begitu akrab? Selama ini Christie hanya mendengarkan apabila Analise menceritakan tentang Mark kepadanya. Ia memang memberikan beberapa masukan untuk mendekati cowok itu, tetapi dia tidak pernah bilang kalau dia dekat dengan Mark. Ah, mungkin hanya perasaan gue aja kalau mereka dekat banget. Biasa aja deh Ana, lo nggak ada hak apa-apa atas Mark. Tak begitu lama, Mark kembali dengan membawa dua botol air mineral. Ia memberikan satu botol kepada Christie. Mark dan Christie meminum air mereka masing-masing. Mark langsung menghabiskan isinya sedangkan Christie masih meninggalkan setengah. Setelah itu mereka kembali memakan makanan mereka. "Gimana Kak ulangannya tadi?" tanya Christie kepada Mark. "Oh, itu ... geografi. Susah-susah gampang sih," "Tapi aku bisa kerjain semuanya kok, kamu nggak usah khawatir," kata Mark diakhiri sebuah senyuman yang lebih hangat dari yang diberikannya tadi kepada Analise. "Ih, apaan sih ...." Christie tersipu malu. Analise yang melihat itu hanya bisa iri kepada Christie. Cewek itu mengaduk-aduk mi ayamnya yang tiba-tiba saja terasa hambar. Bisa-bisanya sahabat yang ia percayai sejak SMP bermesraan bersama orang yang disukainya sejak dua tahun terakhir. Dan mereka berdua membuat kantin ini seperti dunia mereka sendiri, menghiraukan kehadiran dua manusia lain di samping mereka. "Apanya yang apaan?" Mark terkekeh pelan melihat tingkah malu-malu Christie yang menurutnya imut. Tangannya mengambil botol air mineral Christie dan meminumnya beberapa teguk. Ya, Mark baru saja meminum air yang sama dari botol Christie. "Ih, Kak ... itu kan minuman aku ...." kata Christie protes, tetapi siapa pun yang mendengar bagaimana Christie mengatakan kalimat tersebut bisa mengerti bahwa ada satu percik kebahagiaan dari protes yang dikatakan cewek itu. Pipi cewek itu mulai memerah seperti jambu. "Minuman kamu kan minuman aku juga," Mark melihat Christie dengan ekspresi lucu. Bagi Mark, pipi merah Christie adalah pemandangan favoritnya. "Ehem, Na, ke kelas, yuk," ajak Lucas. Cowok itu sedari tadi memperhatikan perubahan ekspresi wajah Analise yang tidak menyenangkan. Dan sekarang, perasaan tidak menyenangkan itu tertular juga pada Lucas. "Tapi kan gue belum selesain makanannya," "Udah, ayok ...." Lucas bangkit berdiri dan menyeret pergelangan tangan Analise dengan paksa. Membuat cewek itu tidak bisa menolak. "Kita duluan, ya," kata Lucas kepada Mark dan Christie yang dibalas oleh anggukan keduanya. ‘Jika itu menyakitkan untuk melihat dia yang kamu sukai, maka lebih baik kamu tidak pernah melihatnya sama sekali.’ ♡♡♡
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD