MINE

SELAMAT MEMBACA Lily melangkah masuk ke dalam mansion mewah miliknya. Gadis berusia 17 tahun itu hanya menatap lurus ke depan dan mengabaikan sapaan para pelayan serta bodyguardnya. "Di mana pria itu?" tanya Lily pada salah satu bodyguard yang lebih tua tiga tahun darinya, Wiliam. Wilian mensejajarkan langkahnya dengan Lily seraya menunjuk salah satu kamar. "Dia di dalam sana." Lily segera memasuki kamar itu dan mendekati sosok pria yang tengah terlelap dengan selimut tebal di kasur King Size di sana. Lily mengamati wajah tampan itu cukup lama lalu melempar atensi ke arah Wiliam. "Bagaimana bisa dia tiba-tiba ada di dalam kamarku?" Wilian langsung menjelaskan semuanya pada Lily. Ia menemukan pria ini ketika ingin mengambil dokumen yang diperintahkan nona mudanya itu. Tapi, alangkah terkejutnya Wiliam ketika mendapati seorang Pria dengan pakaian yang terlihat kuno telah terbaring di kasur milik nonannya. "Aku pikir nona telah berani bermain dengan seorang pri-" Wiliam menghentikan perkataannya ketika tatapan tajam milik Lily menghujam netranya. "Panggil aku setelah dia sadar. Aku harus mengintrogasinya," tutur Lily kemudian beranjak meninggalkan Wiliam. Wiliam menelan salivannya kasar. Lily tak pernah berubah, gadis berusia 17 tahun itu bersikap seolah-olah dia telah berumur 20 tahun ke atas. Wajah sangat menawan yang mampu memikat para kaum adam itu tak pernah tersenyum sama sekali setelah kejadian buruk menimpa seluruh keluarganya. "Aku harap kau selamat saat diintrogasi," tutur Wiliam sembari menatap pria itu. Lily itu mengerikan. Sebelum bertemu dan bekerja sebagai bodyguard Lily, ia sempat tertipu dengan wajah menawan dan kalem milik gadis itu. Tapi, setelah ke sini ia harus membuang jauh-jauh asumsinya itu.  Awalnya itu ketika Lily bahkan tanpa segan menembak kepala penculik yang menyiksanya. Nona mudanya itu tidak pernah tersenyum, tertawa, bergurau, bahkan banyak bicara. Memiliki keahlian beladiri yang sangat unggul bahkan di umurnya yang masih menginjak 17 tahun. Lily telah mampu mengelola seluruh perusahaan peninggalan keluarganya. Salahkan kecerdasan di atas rata-rata yang ia miliki. Eunghhh.... Wiliam terkesiap ketika lenguhan terdengar dari sosok itu, tubuhnya menggeliat tak nyaman. Wiliam buru-buru keluar dan memanggil Lily. ♡♡♡♡♡♡ "Siapa namamu?" Tanya Lily pada sosok pria yang kini tampak bingung dengan dirinya yang telah berganti pakaian dan berada di tempat yang sangat asing baginya, pria itu berpikir sangat keras. "Sehan Manuferion Caroline," jawabnya. Lily menelengkan kepalanya dengan curiga. "Kenapa kau bisa di kamarku?" Sehan menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Aku tak tau." "jangan berbohong!" Sehan mengangguk antusias. "Percayalah." "Baiklah. Kalau begitu, di mana kau berasal sebelumnya?" Sehan kembali menggeleng dengan raut wajah bingung. "Aku pun tak tau. Aku hanya mengingat namaku,"  Lily memijat pelipisnya, ia tak bisa melepaskan Sehan begitu saja setelah memasuki rumahnya, tak akan ada yang bisa keluar dengan selamat kecuali bersumpah untuk menjadi orang milik Lily tanpa ada penghianatan sedikit pun. "Kalau begitu kau harus mati." Lily berusaha mengetes keberanian milik Sehan dengan gertakannya. Sehan menatap Lily cukup lama lalu tersenyum sarkas. "Atas dasar apa kau berkata seperti itu?" Lily menyunggingkan senyum sinisnya melihat respon milik Sehan. Sehan Manuferion Caroline tak mengingat apapun setelah kepalanya dihantam oleh pukulan milik Sharon di kehidupannya di dunia immortal sehingga dirinya terpental hingga ke tempat ini. Bahkan. sebagian sosok lugu milik Sehan sirna begitu saja hingga menyisakan sifat vampir arogant miliknya. Ia hanya mengingat bahwa dirinya seorang vampire dan berasal dari dunia immortal. "Mahluk lemah memang harus mati, beban memang harus dihilangkan." Perkataan Lily sukses menyulut emosi Sehan. iris hitam milik Sehan berubah menjadi merah darah hingga Lily membeliak kaget. "Tarik kata-katamu," geram Sehan dengan mencengkram dagu milik Lily dengan kuat. Manik kelam milik Sehan seakan terkunci oleh netra indah milik Lily, bibir Sehan terangkat membentuk sebuah Seringai yang makin membuat wajahnya mempesona. "Biarkan aku jadi pelindungmu." Perkataan Sehan sukses membuat jantung Lily berdetak tak karuan. Gadis itu menampik kasar tangan Sehan lalu berdiri di hadapan Sehan. mencengkram baju Sehan dengan kencang. "Kau vampir?!" netra Lily berkilat penuh amarah. Sehan menyentuh pipi Lily. "ya." Vampir hanya di dunia dongeng dalam sebuah buku dan khayalan. Namun, Lily sudah pernah melihat vampir sebelumnya bahkan dalang dari pembunuhan keluarganya selama ini adalah seorang pria paru baya setengah vampir. "Kenapa kau menawarkan dirimu padaku?" " Aku butuh tempat tinggal sementara, Aku merasa tak akan lama di dunia manusia ini,"  jawab Sehan. "Jadi, anggap ini impas, kau memberiku tempat tinggal dan aku akan membantumu," sambung Sehan. Lily yakin bukan itu maksud Sehan. Bagaimana bisa pria itu menawarkan pelindungan pada dirinya? Kecuali Sehan telah mengetahui masalah dirinya. "Aku tak perlu perlindunganmu." Sehan terdiam cukup lama. "Matamu menyiratkan semuanya, kau dalam bahaya' kan?" Lily mendorong Sehan lalu meninggalkan pria itu. "Jadilah Bodyguard ku mulai besok. Aku akan menyuruh Wiliam mempersiapkan segala sesuatu untukmu," ujar Lily sebelum benar-benar meninggalkan Sehan. Akhhh... Setelah kepergian Lily, kini Sehan menyentuh dadanya yang terasa amat sakit. "Apakah sesuatu buruk telah terjadi padaku sebelum berada di tempat aneh ini?" Sehan bertanya pada dirinya sendiri. BERSAMBUNG....