Menarik

2461 Words
    Puti mengenakan sebuah anting tambahan di daun telinga putihnya. Kini, Puti memang mengenakan beberapa model anting yang tengah booming. Ating-anting kecil dengan berbagai model manis tersebut kini terpasang apik pada telinganya. Setelah selesai, Puti pun meninggalkan lemari etalase di mana dirinya menyimpan semua perhiasan dan aksesoris kecilnya. Puti berpindah pada etalase penyimpanan tas dan memilih salah satu totebag berwarna senada dengan outfit yang ia kenakan saat ini. Setelah itu, Puti kembali berpindah etalase dan memilih sepatu kets yang nyaman dan tentunya harus cocok dengan pakaiannya.     Puti hanya memerlukan waktu sekitar sepuluh menit untuk mencocokkan semuanya dan kini Puti sudah siap untuk berangkat kuliah. Ya, kali ini Puti sudah siap memulai masa kuliahnya. Kebetulan, di kampusnya tidak ada masa ospek. Hanya ada masa pengenalan dosen dan lingkungan kampus selama satu minggu sebelum masa perkuliahan yang sesungguhnya dimulai. Namun, Puti sengaja melewatkan masa itu. Puti terlalu malas, dan merasa tidak wajib untuk menghadirinya. Lagi pula, Puti hanya perlu peta dan daftar diri dosen pengajar. Itu semua sudah menjadi bekal yang lengkap bagi Puti, hal itu juga terasa lebih efisien daripada harus mengikuti masa pengenalan. Itu, menurut Puti. Si jenius dari lahir.     Ya, Puti memang terlahir dengan IQ tinggi. Seiring berjalannya waktu, kepintaran Puti tersebut semakin menjadi seiring dengan Puti yang memang senang mencari pengetahuan yang baru. Karena kecerdasan Puti tersebut, teman-teman Puti terkadang merasa jika Puti adalah orang yang aneh. Itu adalah salah satu alasan Puti tidak memiliki teman yang terlalu banyak, walaupun dirinya termasuk ke dalam golongan gadis yang populer. Bahkan, di media sosial, pengikutnya sudah mencapai ratusan ribu. Bisa dibilang jika Puti memang sudah menjadi publik figur yang menjadi rolmodel.     Namun, dengan semua ketenaran dan tidak memiliki banyak teman dekat, sama sekali tidak dipikirkan oleh Puti. Menurutnya semua hal itu sama sekali tidak pernting dan tidak menarik. Sejak kecil, Puti memang tidak berpikir jika hidup di dunia ini menyenangkan. Hanya bunda dan ayahnya yang membuat Puti mau menjalani keseharian seperti orang normal. Karena tingkah Puti inilah, saat Puti berusia delapan tahun, Yasmin dan Agam membawa Puti ke psikiater dan pada akhirnya keduanya tahu jika ada jiwa sosiopat di dalam diri Puti.     Karena itulah, Yasmin dan Agam memberikan sepenuhnya perhatian yang mereka miliki untuk Puti. Atas saran dokter, mereka juga memberikan pengawasan ketat pada Puti. Sebab itu juga, Agam semakin protektif pada Puti. Meskipun psikiater mengatakan jika Puti tidak akan melukai orang lain, atau melukai dirinya sendiri, Agam tetap tidak bisa melepaskan perhatiannya pada putrinya ini. Karena itulah, Agam semakin hari, semakin protektif pada Puti. Agam hanya tidak ingin ada hal buruk yang terjadi pada kehidupan Puti, putrinya yang cantik dan manis itu.     Puti memastikan penampilannya sekali lagi di hadapan cermin yang bisa memuat pantulan tubuhnya dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Setelah merasa puas dengan tampilannya itu, Puti pun segera ke luar dari ruangan berias yang menyatu dengan ruangan khusus yang berisi semua pakaian hingga aksesoris miliknya. Puti mengambil ponselnya yang sejak tadi ramai karena dering notif media sosialnya. Tadi pagi, Puti memang memotret kebun bunga serta labirin yang berada di halaman belakang rumahnya yang masih ditutupi kabut. Hasil potretnya itu ia bagikan di media sosial pribadinya, dan hingga saat itu notifikasinya masih saja ramai.     Puti menatap layar ponselnya dengan datar, lalu memasukkannya ke dalam totebag yang ia bawa. Tanpa banyak kata, Puti pun melangkah ke luar dari kamar yang di desain sedemikian rupa sesuai dengan keinginan Puti tersebut. Namun, begitu ke luar dan mengambil satu langkah setelah menutup pintu kamarnya, Puti menatap datar sepasang orang yang ia kenali tengah berbincang dengan serunya di ujung lorong yang menghubungkan lantai di mana kamar Puti berada, dan tangga yang akan membawa ke lantai pertama.     Puti menatap datar pada kedua orang tua tersebut. Puti bisa menilai, jika keduanya tengah membincangkan sesuatu yang menyenangkan. Hal itu terlihat dari raut wajah keduanya yang tampak merona dan berbinar. Namun, Puti tampak tidak tergerak untuk memisahkan mereka. Puti tampak memikirkan sesuatu yang serius, sebelum memilih untuk melangkah mendekat pada keduanya. “Nazhan,” panggil Puti dengan nada datar yang ternyata sudah lebih dari cukup membuat kedua orang yang tengah berbincang tersebut terkejut.     Ya, yang tengah berbincang tersebut adalah Nazhan, seorang bodyguard yang memang dipilih untuk Puti menjadi pengawal pribadinya. Nazhan dan lawan bicaranya tadi, segera memberikan hormat serta memberikan sapaan ramah pada Puti. Namun, Puti sama sekali tidak tertarik untuk menjawab sapaan tersebut. Puti mengarahkan pandangannya pada seorang pelayan yang menjadi lawan bicara Nazhan tadi. Dia adalah pelayan yang usianya tidak beda jauh dengan Puti. Usia mereka hanya berbeda dua tahun, dan Puti lebih muda darinya.     “Apa tugasmu sudah selesai, Tahani?” tanya Puti.     Pelayan yang tengah ditanyai oleh Puti memang bernama Tahani. Puti sendiri tahu dengan jelas apa tugas Tahani, dan merasa jika saat ini bukan waktu yang tepat bagi Tahani ada di lantai ini, apalagi ditambah dengan fakta jika Tahani tengah berbincang dengan Nazhan. Tahani tampak gugup. Ia pun menjawab dengan gagap, “Sa-saya—”     Namun, Puti tampak tidak sabar dengan jawaban yang akan diberikan oleh Tahani. Puti pun memotong, “Sepertinya tugasmu belum selesai. Ingat, aku tidak mau ada satu pun bungaku yang layu. Aku pun tidak mau ada hama yang masuk ke dalam kebun bunga yang baru saja aku buat kemarin. Jika sampai itu terjadi, aku tidak akan memaafkanmu. Karena semua tugas tersebut, seharusnya kamu tau jika saat ini bukan saatnya bagimu untuk berbincang santai di tempat ini.”     Setelah mengucapkan hal tersebut, Puti pun melangkah melewati keduanya dan berkata, “Nazhan, ikuti aku!”     Tentu saja Nazhan tidak memiliki pilihan lain, selain mengikuti Puti dengan patuh. Nazhan mengamti sosok Puti dalam diam. Kemarin, Puti terlihat seperti putri dari keluarga konglomerat lainnya. Tampak anggun dengan aura yang menyenangkan. Namun, entah kenapa di pertemuan kedua mereka kali ini, Puti terlihat berbeda dari penampilannya kemarin. Selain karena gaya berpakaiannya yang lebih berani daripada gaun rumahan yang terlihat anggun, aura Puti juga terasa sangat berbeda dan membuat Nazhan berpikir dua kali untuk membuka pembicaraan dengan nona muda yang akan ia jaga kedepannya itu.     Nazhan mengikuti Puti yang ternyata akan berpamitan dengan sopannya pada ibu dan ayahnya. Puti mencium pipi Yasmin lalu berkata, “Bunda, Puti kuliah dulu.”     Yasmin mengangguk dan memberikan isyarat, “Iya. Hati-hati di jalan. Jika ada apa-apa, katakan pada Nazhan atau hubungi Bunda dan Ayah. Jangan melakukan hal yang macam-macam, ingat jika Bunda dan Ayah sangat menyayangimu.”     Puti mengangguk dan mengulum senyum. “Puti juga sayang Bunda dan Ayah,” ucap Puti.     Setelah itu, Puti pun mencium pipi ayahnya dan berkata, “Ayah, Puti berangkat kuliah. Jangan membuat Bunda repot.”     Mendengar hal itu, Agam pun mengernyitkan keningnya dalam-dalam. “Hei, kenapa kamu mengatakan hal seperti itu pada Ayah? Memangnya apa yang Ayah lakukan sampai membuat bundamu repot?” tanya Agam tidak terima.     Puti hanya mengendikkan kedua bahunya tidak berniat untuk menjawab. Puti memasang senyum lalu berkata, “Kalau begitu, Puti berangkat dulu. Assalamualaikum.”     Setelah itu, Puti pun berbalik dengan diikuti Nazhan yang tentu saja memberikan hormat pada Yasmin dan Agam sebelum mengikuti sang nona muda yang akan ia layani ke depannya. Agam tentu saja berseru, “Nazhan, pastikan tidak ada satu pun orang yang berani mendekat dan bertingkah kurang ajar pada putriku! Terutama jika itu laki-laki. Semua laki-laki di dunia ini buaya! Jadi, jangan biarkan mereka mendekat pada putri cantikku!”     Puti yang jengkel dengan apa yang ia dengar, menghentikan langkahnya dan berbalik sebelum berkata, “Bunda, hati-hati pada Ayah. Sebaiknya, Bunda segera masuk ke kamar dan mengunci pintu, soalnya kata Ayah semua laki-laki itu buaya. Jadi, Ayah juga buaya.”     Mendengar hal itu, Yasmin tentu saja menahan senyumannya, sedangkan Agam meradang dengan ucapan sarkasme putrinya. Agam bangkit dan berseru, “Hei, kembali! Ayah sentil telingamu, ya! Puti!”     Namun, Puti sama sekali tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh ayahnya dan tetap memilih melangkah diikuti oleh Nazhan. Sebuah mobil mewah yang menjadi mobil pribadi Puti, sudah disiapkan. Nazhan membukakan pintu kursi penumpang belakang untuk Puti, tetapi Puti malah membuka pintu kursi penumpang depan, dan membuat Nazhan terlihat canggung. Namun, Nazhan tidak membuang waktu untuk segera beranjak dan masuk mobil. Tentu saja Nazhan yang akan mengemudikan mobilnya.     Puti tampak seperti burung merak yang tengah bermalas-malasan. Tampak begitu anggun dan cantik, tetapi memiliki sejuta kejutan yang ia sembunyikan rapat-rapat. Nazhan berdeham dam berkata, “Saya akan mengemudikan mobil, Nona. Kita berangkat.”     Puti sama sekali tidak menjawab, dan Nazhan tentu saja mengemudikan mobilnya dengan lancar. Selama perjalanan, Puti sama sekali tidak membuka pembicaraan, begitu pula dengan Nazhan. Namun, tanpa Nazhan sadari sejak tadi Puti tampak mengamati gerakan Nazhan dari sudut matanya. Karena Puti menggunakan kaca mata hitam, hal itu tidak bisa dilihat oleh Nazhan. Puti melepaskan kacamata hitamnya dan berkomentar, “Kemampuanmu mengemudi lumayan juga. Padahal, ini mobil keluaran baru, yang kemudinya juga didesai khusus dan perlu berlatih hingga bisa mengemudikannya dengan baik.”     Nazhan memasang sebuah senyuman profesional dan berkata, “Saya tersanjung dengan pujian yang Nona berikan. Namun, semua orang yang berada dalam perusahaan kemanan kami, memang mendapatkan pelatihan untuk bisa melakukan hal semacam ini.”     Puti terdiam. Ia tampak memikirkan sesuatu sebelum berkata, “Kamu, menyukai Tahani.”     Ya,  Puti memberikan pernyataan, bukan sebuah pertanyaan. Hal itu tentu saja membuat Nazhan terkejut. Namun, kemampuan Nazhan yang mumpuni tidak membiarkannya terganggu walau terkejut. Nazhan berdeham. Tentu saja ia bingung harus bereaksi seperti apa. Jujur saja, Nazhan sendiri sama sekali tidak pernah memperkirakan jika dirinya akan mendapatkan pertanyaan seperti ini dari Puti. Melihat Nazhan yang bersiap untuk menjawab, Puti pun mengeluarkan earphone keluran terbaru dari merek ternama.     Tentu saja hal itu bisa terlihat oleh Nazhan. Mau tidak mau, Nazhan pun menelan semua hal yang akan ia katakan pada Puti sebelumnya. Sesekali, Nazhan pun melirik sang nona muda yang tampak dingin tak tersentuh. Nazhan merasa, jika sang nona muda ini berbeda dengan nona-nona muda keluarga kaya yang lainnya. Ada sesuatu yang berbeda dari sang nona. Namun, Nazhan merasa jika dirinya sama sekali tidak berada dalam posisi yang harus dan boleh mengulik hal tersebut. Lagi pula, kini hati Nazhan sudah dimiliki sepenuhnya oleh Tahani. Benar, Nazhan memang menyukai Tahani.     Tak berapa lama, mobil yang dikemudikan oleh Nazhan memasuki area kampus Puti. Nazhan pun menghentikan mobil, sesuai dengan instruksi Puti. Nazhan berniat untuk ke luar dan membukakan pintu. Namun, Puti melarangnya. Puti merapikan barang-barangnya dan berkata, “Tidak perlu mengawalku ke dalam kampus. Dengan tampilanmu ini, aku sudah bisa menebak jika kehadiranmu hanya akan menarik perhatian orang-orang. Jadi, tunggulah aku di tempat yang kamu inginkan. Aku hanya ingin kamu ada saat aku ke luar dari kampus.”     “Baik, Nona,” ucap Nazhan.     Puti mengangguk, ia membuka pintu. Namun, sebelum dirinya benar-benar ke luar dari mobil, Puti pun menoleh pada Nazhan dan berkata, “Aku rasa kamu sama sekali tidak cocok menggunakan kontak lensa seperti itu.”     Setelah mengatakan hal itu, Puti pun ke luar dari mobil meninggalkan Nazhan yang terkejut dengan apa yang ia dengar. Ya, Nazhan memang menggunakan kontak lensa berwarna hitam untuk menutupi warna netra aslinya. Namun, tidak ada satu pun orang yang mengetahui hal ini. Bahkan, orang-orang di perusahaan juga tidak ada satu pun yang mengetahuinya. Lalu, bagaimana bisa Puti bisa mengetahuinya? Nazhan menatap arah kepergian Puti dalam diam. Nazhan rasa, melayani Puti sebagai seorang bodyguard akan membuatnya menemukan banyak hal yang menarik.       **           Sore menjelang, dan Puti sudah selesai dengan perkuliahannya. Puti melangkah dengan penuh percaya diri, dengan earphone yang terpasang apik pada telinganya. Puti tampak tidak peduli dengan pandangan orang-orang yang tertuju padanya. Seakan-akan, Puti hanya tengah dipandangi oleh patung-patung yang tidak bernyawa. Puti mempercepat langkahnya menuju mobil mewah yang terparkir di bagian paling ujung parkiran mobil. Itu adalah mobilnya, dan Puti menilai jika sepertinya Nazhan sama sekali tidak meninggalkan area kampus.     Puti membuka pintu depan dan duduk di kursi penumpang tanpa permisi. Hal itu mengejutkan Nazhan yang sebelumnya tengah fokus menonton sebuah video dalam ponselnya. Meskipun Nazhan menutupnya dengan terburu-buru, Puti bisa mengetahui apa yang sebelumnya ditonton oleh Nazhan. Puti menatap Nazhan dan berkata, “Belajar menggunakan buku lebih dahulu,  setelah itu, praktekan secara langsung. Itu lebih efisien.”     Nazhan yang mendengarnya tentu saja merasa malu. Puti ternyata benar-benar melihat jika dirinya tengah mencoba belajar bahasa isyarat. Sebenarnya, Nazhan memang sudah bisa bahasa isyarat sedikit-sedikit, tetapi ia perlu level mahir, agar dirinya bisa berkomunikasi dengan nyaman dengan sang nyonya besar. “Baik, Nona. Saya akan mengingatnya,” ucap Nazhan pada akhirnya.     Puti mengangguk lalu bersandar dengan nyaman, sementara Nazhan mulai mengemudikan mobilnya. “Jangan pulang, tapi kemudikan mobilnya ke alamat yang sudah aku setel pada gps. Tenang saja, aku sudah mendapat izin dari Bunda dan Ayah,” ucap Puti.     “Baik, Nona,” jawab Nazhan patuh.     “Dan berbicaralah santai padaku,” ucap Puti membuat Nazhan terdiam.     “Saya tidak bisa melakukannya, Nona. Saya adalah pengawal Nona, tentu saja saya harus bersikap hormat pada Nona.”     Puti melirik Nazhan dan menatap pria itu. “Begitukah?”     “Iya, Nona,” jawab Nazhan tegas.     Setelah itu tidak ada satu pun yang berusaha membuka suara. Mobil terus melaju dengan lancaranya. Beberapa saat kemudian, mobil pun tiba di tempat tujuan. Nazhan segera turun, tetapi belum juga Nazhan sampai untuk membukakan pintu bagi Puti, Alfa dan Tengku sudah lebih dulu tiba dan berebut untuk membukakan pintu mobil Puti. Tentu saja Puti yang akan ke luar dari sana, merasa sangat jengah. Tanpa banyak kata dan tanpa banyak pikir, Puti pun mendorong pintu hingga menabrak Alfa dan Tengku dengan kerasnya.     Keduanya tersungkur, tetapi keduanya juga masih saja berdebat membuat Puti yang kini sudah kembali menutup pintu mobil memutar bola matanya. Puti pun memberikan isyarat pada Nazhan untuk mengikutinya ke dalam kafe. Saat itulah, Nazhan membukakan pintu kafe untuk Puti. Tentunya Puti tidak protes dan terus melangkah dengan percaya diri. Tak jauh dari saja, Beltran muncul dengan senyum merekah. Kehadiran Beltran di sana sama sekali tidak mengejutkan Puti, karena kafe tersebut memang miliki Beltran. Salah satu kafe dari sekian banyak kafe yang dimiliki Beltran.     “Puti, sudah datang?” sapa Beltran dan berniat untuk memberikan peluka pada Puti.     Namun, Puti segera menghindar dan hanya membuat Beltran memeluk udara. Meskipun begitu, Beltran sama sekali tidak merasa tersinggung, Beltran masih saja tersenyum dan membuat Puti jengkel. Puti menendang tulang kering Beltran dan membuat Beltran mengerang. Puti sendiri sama sekali tidak peduli dengan kesakitan Beltran dan memilih untuk duduk di sebuah kursi. Baru saja Puti akan meminta Nazhan untuk ikut duduk, Puti sudah lebih dulu melihat Nazhan yang menahan daun pintu untuk para pelanggan yang baru saja datang. Puti yang melihatnya mau tidak mau merasa tidak percaya dengan apa yang ia lihat.     Beltran duduk di samping Puti dan mengikuti arah pandangan Puti. Saat itulah, Beltran juga menyadari apa yang tengah diperhatikan oleh Puti. Beltran saat ini mengernyitkan keningnya. Ia tumbuh besar dengan Puti, dan ia hampir tahu semua hal mengenai gadis satu ini. Jadi, tentu saja Beltran bisa menyadari ketertarikan Puti pada Nazhan. “Apa kamu sangat tertarik dengan bodyguard-mu itu? Sebenarnya, aku merasa penasaran.”     Puti menoleh pada Beltran dan balik bertanya, “Apa yang membuatmu penasaran?”     “Alasan mengapa kamu memilih pria itu, di antara para bodyguard yang lainnya,” jawab Beltran jujur.     Jawban Beltran tersebut membuat Puti mengernyitkan keningnya. Namun beberapa saat kemudian, Puti mengulum senyum yang membuatnya terlihat semakin cantik saja. Puti lalu kembali menatap Nazhan yang masih setia memegangi daun pintu, agar mempermudah para pelanggan untuk masuk ke dalam kafe. “Entahlah. Aku hanya merasa tertarik saja. Aku hanya mengikuti naluriku,” ucap Puti.     Puti menyandarkan punggungnya dan melipat kedua tangannya di depan dadanya. “Bukankah ini sangat menarik? Aku tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya,” tambah Puti membuat Beltran terdiam. Entah kenapa, kini Beltran mulai merasa dirinya terancam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD