Bagian 1

619 Words
Kamu bunga terakhir aku Rei.. -Keira Agatha- *** Keira berjalan di sepanjang pinggir pantai. Menikmati udara yang menerpa seluruh tubuhnya. Menikmati matahari yang mulai tenggelam dan digantikan oleh bulan yang indah. Keira tidak sendiri dia bersama sang kekasih yang sudah 20 menit yang lalu pergi. Keira diperintahkan untuk menunggu Reihan dari 20 menit yang lalu. Keira berhenti berjalan. Dia menatap kearah matahari yang mulai menenggelamkan dirinya. Tersenyum melihat indahnya cahaya jingga yang dipancarkan oleh matahari tersebut. "Permisi?" Keira mengalihkan pandangannya kepada seseorang yang memanggilnya. "Iya?" Tanpa menjawab pertanyaan dari Keira beberapa anak perempuan itu memberikan bunga yang lumayan banyak. Keira hanya tersenyum menerimanya. Setelah semua bunga itu dia terima, semua anak perempuan itu pergi meninggalkannya. "Kei.." Keira menoleh kebelakang dan mendapatkan kekasihnya bersimpuh dihadapannya dan memberikan satu tangkai bunga mawar kuning. "Bunga yang kamu pegang itu berjumlah 99 tangkai dan yang terakh-" "Kamu bunga terakhir aku Rei." Keira tersenyum manis kepada Reihan. Reihan tertawa mendengarnya. Dia berdiri dan memegang tangan Keira. Menatap lembut sang kekasih. "Aku tau ini cepat banget untuk kamu. Tapi aku enggak bisa untuk menunggu lagi Kei. Aku enggak mau buat perempuan yang aku cintai terlalu lama menunggu. Aku bukan pria sempurna tapi kalau kamu selalu ada disamping aku, aku merasa sebagai pria yang sempurna." Reihan menghentikan ucapannya dan mengelus pipi Keira. Keira hanya bisa menunduk menyembunyikan pipi yang mulai memerah itu. "Sekarang aku tidak akan menunda apa yang seharusnya aku lakukan dulu. Jadi, Keira Agatha bersediakah kamu menjadi istri saya? Menjadi teman hidup saya?" Keira menaikan kepalanya dan menatap Reihan dengan mata yang berkaca-kaca. "Iya. Aku bersedia." Keira tersenyum hangat kepada Reihan. Mereka tersenyum satu sama lain. Reihan membawa Keira kedalam pelukannya. Memeluk Keira dengan kasih sayang. Keira membalas pelukan Reihan. Pelukan mereka, cinta yang mereka pancarkan disaksikan oleh matahari yang mulai menenggelamkan dirinya tersebut. "Kamu kok bisa jadi romantis gini sih Rei? Ngelamar aku dipantai?" Keira menatap Reihan tersenyum. Kejadian beberapa jam yang lalu masih terus diingatnya. "Entahlah Kei. Aku juga enggak tau kenapa bisa. Cuma kepikiran aja sama idenya Alex. Dia yang ngerencanai ini semua. Astaga aku lupa. Riska pasti udah nunggu lama nih, kita langsung pulang aja ya. Aku anter kamu." Senyum yang tadi selalu Keira pancarkan kini perlahan luntur. Dia menatap Reihan dengan pandangan yang tidak percaya. Menatap Reihan yang mulai khawatir, karena Riska lagi menunggu kehadirannya. Keira kembali ke dunia nyata. Kembali untuk harus selalu mengerti keadaan Reihan. Dia tersenyum miris kepada dirinya sendiri. "Aku jadi penasaran. Kata-kata yang kamu ucapkan itu memang dari kamu atau ide dari Alex?" "Astaga Kei. Dengar ya sayang, semua itu maksudnya aku, dia hanya bilang kalau lebih bagus ngelamar kamu itu dipantai dan ngasih kamu bunga. Itu aja. Selebihnya itu ide aku lah. Dan kata kata yang aku ucapkan itu, tulus dari hati aku Kei. Enggak ada satu pun perkataan aku dari ide Alex. Kan aku yang ngelamar kamu, bukan Alex." Reihan mendekatkan bibirnya ke telinga Keira. "Jadi, berhenti berfikir yang tidak-tidak." "Baiklah. Tapi hari ini kamu enggak boleh kemanapun. Untuk hari ini kamu harus sama aku. Aku enggak mau tau." Keira memasang wajah sebalnya. Reihan menatap Keira dengan wajah yang memelas. "Kei.. aku udah janji sama Riska. Gak mungkin kan aku ingkar janji sama dia." Reihan mengelus rambut kekasihnya lembut. "Nanti kalau ada waktu aku pasti akan Sama kamu." Keira tersenyum sinis mendengar penuturan Reihan. "CK. Kapan sih Rei kamu punya waktu untuk aku? Kamu itu selalu ada waktu untuk Riska sedangkan aku? Enggak sama sekali." Reihan mengelah nafas panjang. Dia tersenyum tipis dan menatap Keira lembut. "Nanti pasti aku akan nemenin kamu seharian penuh. Tapi jangan sekarang ya." Keira sama sekali tidak menatap kearah Reihan. Dia hanya menatap hamparan pantai dengan menahan kesalnya. "Ayok kita pulang." Reihan menuntun Keira menuju mobilnya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD