BAB 1

1733 Words
  Jakarta 8:00 P.M. At. Kediaman Jeleo Aqwee. Jeleo menghempaskan tubuhnya di atas sofa bed yag terdapat di dalam kamarnya. Ia menghela nafas berat sembari memijit pangkal hidungnya. Wajah tampannya terlihat pucat, begitupun bibirnya yang terasa kering, membuat lidahya membasahi permukaan bibirnya yang sexi. Kepalanya benar-benar sakit hari ini. Pekerjaan di kantornya masih menumpuk. Masih banyak yang belum ia selesaikan. Terlebih lagi besok dirinya akan mengadakan rapat di hotel Pullman tentang perjanjian bisnis yangtak ujung-ujung membuatnya berhenti bekerja. Leo memejam matanya sejenak, mencari ketenangan yang mungkin bisa menghibur dirinya yag kelelahan.tapi tetap saja… HHuh! Pintu kamarnya terbuka perlahan, berbunyi decitan mengikik telinga Leo yang terus saja mengehela berat, derap langka seseorang terasa mendekat  membuat Jeleo sangat terganggu, dan dia tau siapa orang yang mendatangi dirinya saat ini "Aku tau Gelopi, biarkan aku istrahat sebentar," ucap Jeleo dengan mata tertutup. "Tapi tuan- anda harus bertemu dengannya hari ini juga, jika tidak, kita akan kehilangan dokumen penting itu" jelas Gelopi bediri di samping sofa. Jeleo dengan terpaksa membangunkan tubuhnya, ia bangkit dari sofa lalu menatap Gelopi sebentar, "Apa kau yakin kita akan mendapatkannya?" tanya Leo sedikit berfikir. "Asalkan anda melakukan sesuai rencana yang kita susun malam itu. Kita pasti mendapatkan file itu dengan mudah" jelas Gelopi sangat yakin, namun tidak dengan Leo. Feelingnya berkata lain. Leo melepas jas yang terbalut lengkap di tubuhnya. Sebuah jas hitam yang tak terlihat kusut sama sekali, bahkan wangi parfum mahal dari jas itu tercium jelas saat Leo membuakanya di depan Gelopi . ia memberikannya pada Gelopi. Hingga sekrang ia hanya mengenakan kemeja putih dengan dasi hitam yang masih tergantung di lehernya. Merasa tercekik, Leo Lalu melonggarkan dasinya, melepasnya cukup kasar. “Mau mandi tuan?” “Tentu saja.” Ia melepaskan semua pakaiannya karena merasa gerah. Bahkan ia tidak malu jika harus bertelanjang di depan pria parubaya di depannya. Lagipula mereka sama-sama laki-laki. Gelopi hanya tercenung dengan kedua tangan yang dipenuhi pakaian Leo. Leo tersenyum miring, sebelum akhirnya berbalik berjalan ke arah kamar mandi. Dengan tubuh yang setengah telanjang. "Kalau begitu aku mandi dulu, siapakan pengaman untukku, aku tidak mau terjadi hal-hal yang tak di inginkan" ucapnya sebelum menutup pintu kamar mandi   "Baik." Ucap Gelopi menunduk hormat. Ceklek! Gelopi terkejut masih dengan posisi setengah menunduk, melihat Leo yang tiba-tiba mebuka pintu kamar mandi. Leo menghela nafas sesaat "Ah! Aku tidak sabar melakukannya Gelopi, sudah lama aku tidak bermain-main seperti ini, aku sedikit gugup" Gelopi tertawa, "Candaan yang lucu Leo"   Leo mengangkat bahu, meremehkan ucapan Gelopi lalu ia berbalik dan menutup pintu kamar mandi kembali. "Aku akan menunggu di mobil, Tuan." ucap Gelopi sebelum Leo masuk ke kamar mandi. Lalu setelah itu ia pergi meninggalkan kamar Jeleo. 20 menit kemudian Jeleo muncul dari dalam rumahnya yang mewah. Penampilannya saat ini terlihat berbeda dengan dirinya yang sering mengenakan setelan ataupun kemeja dan jas. Sekarang ia terlihat santai memakai kaos putih yang di padukan dengan jaket kulit berwarna hitam, lengkap dengan jeans dan sepatunya tak lupa juga ia memakai topi dan kaca mata, pria itu terlihat sangat tampan dan kelihatan seperti anak remaja yang baru berumur 18 tahun, padahal umurnya sekarang sudah 24 tahun. "Kau terlihat berbeda Tuan." ucap Gelopi ketika membuka pintu mobil untuk Leo. Jeleo hanya tersenyum singkat lalu masuk ke dalam mobilnya. Setelah Jeleo masuk Gelopi langsung menutup pintu dan berjalan memutar untuk masuk ke pintu di sebelah. Kemudian ia menjalankan mesin mobil dan segera pergi ke tempat tujuan mereka.   Dalam perjalanan Jeleo hanya sibuk dengan Iphonenya. Ia membalas beberapa e-mail yang masuk. Bukan hal yang patut di pertanyakan. Jika ingin tau Jeleo tidak pernah lepas dengan namanya pekerjaan. Semenjak menjadi CEO dari perusahaan CT Corp milik peninggalan kakeknya. Jeleo tidak pernah lagi memikirkan tentang rasa bebas. Ia selalu sibuk dengan pekerjaannya, berkutat dengan laptop, mengisi jam santai dengan beberapa berkas untuk di tanda tanganinya. Melakukan rapat setiap detik dan pertemuan di berbagai negara. Leo benar-benar lupa dengan masa remaja. Masalah wanita?, Jeleo belum pernah tertarik. Kecuali menyewa ONS (one night stand) untuk memuaskan tubuhnya yang lelah sehabis bekerja. Tapi ketahuilah Leo tidak sesering itu. "Kenapa kau tidak membawa pengawal?" tanya Leo tiba-tiba, ia meletakkan Iphonenya begitu saja di atas dasbor. Lalu tatapannya di lemparkan pada Gelopi yang sibuk menyetir "Apa kau lupa?. Ini pertemuan rahasia tuan" jawab Gelopi tanpa menatap Leo karena sibuk menyetir. "Hahaha... Kau benar,kenapa aku menjadi pelupa begini ?" tanya Leo pada dirinya sendiri. Ia menghela nafas lalu menyandarkan kepalanya di sandaran kursi mobil. Gelopi menoleh dan tersenyum lembut. Pria paru baya itu merasa kasihan melihat Jeleo yang tidak berhenti menghela nafas. "Kau hanya kelelahan. Kau tidak pernah lupa untuk hal sepenting ini,tenang saja Leo aku selalu ada di belakangmu," tutur pria berkumis tebal itu pada Jeleo. Jeleo hanya diam. Ia memejamkan matanya sebentar sambil menunggu mobilnya sampai di tempat tujuan.   2 jam kemudian mobil milik Jeleo berhenti di depan Hotel Pullman. Salah satu hotel mewah di jakarta. Sekarang waktunya untuk beraksi. Pria itu memasuki hotel tampa ada yang bisa mengenalinya karena sekarang ia memakai masker sehingga wajahnya tertutup sempurna. Kecuali mata elangnya yang masih terlihat gagah. Meski banyak yang menatapnya curiga, tapi pria itu tetap melangkah santai memasuki lift yang hampir penuh. Tujuannya sekarang adalah lantai 5. Tempat dirinya akan bertemu dengan seseorang, ia harus ekstra hati-hati. Bisa gawat kalau wajahnya tertangkap sekarang. Ia tidak mau besok wajahnya muncul di media dan televisi.   Ting!.   Pintu lift terbuka. Pria tinggi itu keluar dan berjalan mencari kamar nomor 103. Tidak perlu mencari lama karena pintu itu sudah ada di depan matanya. Ia langsung membuka pintu kamar dan mendapati seorang wanita cantik tengah duduk di tepi kasur, tubuhnya sangat sexi memakai gaun ketat silver tanpa lengan. Rambut panjangnya terurai sangat indah.   Leo menutup pintu kamar itu rapat tanpa menguncinya. Karena ia tau tidak akan ada yang membuka pintu itu setelah dirinya menyelesaikan misinya. Ia juga merasa aman dengan dua penjaga yang sudah ia bayar untuk berjaga di depan pintu kamar ini.   Wanita itu tersenyum saat Leo berjalan mendekatinya, Leo membalas senyum tak kalah manisnya. Ia duduk di samping wanita itu "maaf aku sedikit terlam--"   Ucapan Leo tiba-tiba terpotong saat wanita cantik itu langsung mencium bibirnya. Untuk sesaat Leo mematung, tapi kemudian bibir wanita itu bergerak lembut melumat bibir yang selalu di dambakan oleh banyak wanita. Gadis itu menang banya hari ini suatu keberuntungan bisa menyentuh Jeleo. Biasanya wanita tidak berani menyentuh lebih dahulu. Jeleo yang melakukan itu lebih dahulu dan menyiksa wanita dengan segala sentuhannya, tanpa menunggu lama Jeleo langsung membanting tubuh gadis itu ke kasur membuat posisinya berada di atas menindih tubuh ramping wanita itu.   " Apa yang kau inginkan?" tanya Leo berbisik, suara beratnya berhasil Membuat wanita itu mengeluarkan desahan kecil. Ia benar-benar mendamba akan sentuhan dari Jeleo.   Leo menyentuh pipi wanita itu dengan lembut, sedikit mempermainkan perasaan meminta gadis itu. "aku sudah lama menunggumu Jeleo" jawab wanita itu mentap lembut wajah Jeleo.   "I want you-" ucapnya tertahan saat Jeleo mengecup lehernya.   Jeleo menyeringai, "aku juga menginkan sesuatu darimu. Kau sudah berjanji akan menyerahkannya bukan?" tanya Jeleo, sembari menurunkan gaun wanita itu.   "Tentu saja, aku akan memberikan semuanya untukmu. Apapun itu. Asal kau mau menjadi milikku" ucap gadis itu sambil menggigit bibir bawahnya.   Jeleo hanya tersenyum simpul lalu melumat kasar bibir wanita itu. Jagan meragukan keahlian Leo satu ini. Ia sekarang benar-benar menguasai wanita di bawahnya.   'Tidak semudah itu untuk mendapatkanku. Dasar wanita jalang!' ucapnya dalam hati.   Wanita itu seperti mendapatkan ransangan penuh di sekujur tebuhnya. Leo mencumbunya dengan sangat bernafsu, berusaha menguasai tubuh gadis itu. Tak kalah wanita itu kini mengusai Leo, ia menarik kepala Leo dan menciumnya lagi. Permainan panas itu tak berlangsung lama saat Leo tidak sengaja mendengar keributan di luar kamar. Ia langsung bangkit dari kasur . Sedangkan wanita itu sedikit kecewa. Ia enggan untuk bangun dan membiarkan tubuhnya terekspos begitu saja. "Biarkan aku masuk atau Kalian aku bunuh sekarang juga!" "Kau tidak boleh masuk Nona." "Lepaskan! Jangan pernah berani menyentuhku. Atau tangan kalian akan ku potong!" "Maaf Nona, kami tidak bisa membiarkan anada mas- AWW!" " Wanita jalang itu melarikan uang kakaku. Aku tidak bisa tinggal diam!" BRAK!. Pintu kamar itu terbuka lebar. Memperlihatkan seorang gadis cantik yang terlihat emosi. Gadis itu mengenakan dress berwarna hitam. Rambutnya sedikit berantakan sehabis melawan dua penjaga yang sudah tergeletak kesakitan di luar. Tatapanya langsung bertemu dengan mata Leo yang juga menatapnya dengan diam. Tak peduli dengan Leo gadis itu berjalan lurus. Ia sudah sangat ingin menghabisi wanita di belakang Leo.   Tapi selangkah melewati Leo. Gadis itu terhenti saat merasakan sebuah tangan menahan lengannya. "Hei apa yang kau lakukan?. Lepaskan!" bentak gadis itu ke pada Leo. Bukannya melepaskan, Leo malah menarik kasar lengan gadis itu sehingga membuat gadis itu jadi berhadapn dengannya.   Sedangkan wanita di belakannganya mengambil kesempatan untuk melarikan diri. Secepat kilat wanita itu keluar dari kamar yang sudah memanas itu.   "Lepaskan aku!. Kau membuatnya Lari bodoh!" bentak gadis itu sangat kesal, tapi tiba-tiba Leo menarik pinggang gadis itu. Membuat gadis itu seketika membuka mulut karena terkejutnya. "Apa yang kau lakukan?" tanya gadis itu tiba-tiba merasa gugup. Ia tidak pernah sedekat ini dengan pria. Kedua tangannya menahan d**a bidang Leo.   Leo menyeringai. "Harusnya aku yang tanya apa yang kau lakukan?" tanya Leo berubah dingin.   Hening sesaat. Leo kini menelusuri setiap lekuk wajah gadis di dekapannya.   "Aku tidak harus mengulang pertanyaanku kan?" ucap Leo saat gadis itu hanya mentapnya dengan bingung.   "Aku tau aku sangat tampan kau tidak perlu menatapku seperti itu" ucap Leo mengulurkan tangan menyentuh pipi gadis itu. Tak sampai di situ, ibu jarinya berani menyentuh bibir gadis itu. Leo tersenyum kemenangan saat berhasil membuat gadis itu mengeluarkan desahan kecil. Sekarang gadis itu menutup mata, merasakan Tangan Leo yang merambat ke leher jenjangnya. Tapi kemudian bibir gadis itu tersenyum miring, membuat Leo mengerutkan alis.   Gadis itu menekuk lututnya dan dengan gerakan cepat gadis itu langsung menyerang titik sensitif Leo. Membuat muka leo tiba-tiba memerah. Rasanya ingin berteriak tapi ia menahan rasa sakitnya. Wajah tampannya kini terlihat aneh. Gadis itu benar-benar gila telah berurusan dengan Leo.   Gadis itu tersenyum kemenangan sambil berkacak pinggang. "Kau pikir aku seperti wanita jalang tadi. Huh! Jangan berharap lebih!" ucap gadis itu sengit. Membuat Leo sangat ingin membunuh gadis itu sekarang juga, namun sayang ada yang lebih sakit di antara pahanya. Bergerak sedikit saja rasanya sangat sakit. Ia berpikir mungkin saja punyanya sudah patah sekarang. "B-be...beraninya k-au!" Gadis itu melangkah mendekti Leo mata coklatnya mentap tajam wajah Leo yang kesakitan. "Aku Kerry. Kerry Angelic! Dan aku tidak takut dengan siapa pun!"   PLAK! (oow tamparan yang cukup keras Leo)  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD