SL-1

1324 Words
"Teh, makan siang bareng yuk!" Ajak Tyas, wanita yang jauh lebih muda tiga tahun darinya—merupakan salah satu stafnya yang dekat dengan sita. Walaupun status sebagai atasan dan bawahan, mereka adalah teman dekat. Sita mengalihkan pandangan ke arah sumber suara dari tumpukan laporan pengeluaran Financial yang harus dia baca, sebelum dilaporkan pada atasannya—direktur keuangan. "Oke, tidak usah keluar ya, Tyas. Gue juga lumayan hectic, sore ini juga harus periksa laporan." Tyas mengangguk setuju, "Iya, gue juga malas keluar makan di belakang hotel aja. lagi PMS soalnya." katanya dengan menyeringai lebar, membuat Sita ikut tersenyum. "Susah jadi perempuan. PMS lebih mengerikan dari tanggal tua." Sita mematikan laptopnya, lalu menyusun cepat beberapa lembar kertas yang baru saja dapat perhatiannya, sebelum keluar ruangan untuk makan siang. Mereka menunggu lift. Karena ruang Finance berada dilantai empat. "Teh, sudah dengar hot news, belum?" Sita tersenyum tipis. Sudah paham betul. Tyas tipe teman yang dengan suka hati berbagi gosip terhangat di BM hotel ini—tempat Sita bekerja—tanpa di pinta dan itu sedikit memudahkan untuk sita yang memang tidak suka ikut bergosip, apalagi mencampuri urusan orang lain. Tipe teman seperti Tyas inilah yang jadi tetap memudahkan untuk tahu gosip terhangat di sekitar, tanpa repot ikut staf lain bergosip secara langsung. "Gosip apa? bukannya baru beberapa jam lalu, lo memberi tahu gue staf dari departemen F&B, cinta lokasi?" Kecepatan gosip dikantornya itu sama dengan kecepatan cahaya, berlebihan sih, tapi memang begitu kejadiannya. Baru tadi pagi Tyas menyambutnya dikantor, bukan dengan laporan pekerjaan melainkan wanita muda itu melangkah mengikutinya masuk ruangan hanya untuk menyampaikan gosip terhangat tentang kisah cinta lokasi dari staf F&B. Sekarang sudah ada lagi gosip yang akan dia berikan.  Departemen F&B adalah Department Food and Beverage salah satu Department yang ada di hotel bertanggung jawab atas penjualan makanan dan minuman, serta bertanggung jawab atas pengolahan bahan makanan mentah menjadi makanan siap saji, dan bertugas melayani penghidangan makanan dan minuman kepada tamu. Tyas tidak langsung menjawab, karena pintu lift yang ditunggu sudah terbuka. Ada beberapa karyawan lain di dalamnya, dan membicarakan orang lain dalam lift dengan keadaan banyak orang, itu bukan pilihan tepat. Sita bersyukur Tyas menutup mulutnya setelah berbisik... "Nanti dilanjut, teteh bisa sabarkan,ya?" Katanya. Beberapa staf yang bekerja di lantai atas ini mengenal sita dengan baik, semua departemen berhubungan dengan departemen keuangan. Jadi, saat dia bertemu dengan karyawan lain, mereka pasti akan menyapa. Sita dan Tyas memilih makan di warung soto favorit, tempatnya bersih dan makannya enak. Ada dibelakang hotel, berjajar dengan pilihan tempat makanan lain, hanya perlu berjalan keluar hotel, melalui jalan kecil disamping Hotel. Mereka memilih meja kosong dipojok, karena sebagian sudah penuh di isi karyawan lain yang tidak bekerja di BM hotel. "Gue dengar dari orang dapur, bulan depan ada Executive Chef baru. Gantinya pak Bernard." Sita pikir, Tyas akan melupakan gosip yang akan disampaikan tadi. Ternyata itu hanya khayalan saja, terbukti setelah duduk dengan piring makan berisi nasi putih dan semangkuk soto di hadapan mereka, Tyas langsung tidak mampu menahan bibirnya untuk bergosip. "Oh! soal itu gue sudah tahu, Tyas." Sita sudah dengar ini sebelum jauh-jauh hari, tepat sebulan lalu saat ada meeting bersama kepala departemen lain. Hal ini juga dibahas sehubungan dengan pengunduran diri, kepala chef BM hotel. Tyas mendelik kesal "Ish, bukan itu teh yang jadi menu utama gosip kali ini!" Katanya dengan semangat, terlihat sekali Tyas tidak sabar menyampaikan berita ini. Sita mengerutkan dahi, "Lalu?" "Katanya sih ya, Executive Chef ini masih muda, cakep. Pewaris keluarga Brian Mahendra yang punya hotel ini. Dia juga pernah muncul di salah satu acara ajang masak bergengsi gitu, disalah satu stasiun televisi swasta sebagai juri tamu, lulusan luar juga." Kalau soal dia pewaris tempatnya bekerja, Sita sudah dengar. Tapi hal lainnya, dia belum dengar. Sita tetap makan, tapi telinganya terus menangkap suara Tyas yang tidak berhenti bicara. "Oh iya, satu lagi. katanya juga dia pemilik salah satu resto di bukit pakar itu, bukit Dago yang lagi rame banget di **. Enak buat nongkrong selain konsep makanan western mereka yang juara." Lanjut Tyas, dengan berita begitu panjang. Sita paham. "Kalian para perempuan pemburu pria penyumbang tulang rusuk, pasti memanfaatkan situasi ini dengan baik." Sita mencibir, Tyas tersenyum lebar "Pantes aja lo sering-sering perawatan, itu biar nanti pas ketemu sama entahlah, siapa chef yang tadi lo bilang, muka lo jadi glowing?" Tyas mendengus dengan ejekan sita "Tahu deh yang mukanya sudah glowing tanpa perawatan. bisa dipakai mengaca, kalau kata teh santi." Santi—kepala departemen marketing hotel ini, dia adalah sahabat sita yang sangat dekat, seusia. Sudah bersuami, dengan satu orang anak yang baru berusia tiga tahun. Teman mereka yang lain—Rere—usianya dua tahun diatas Sita. dia juga sudah menikah dan memiliki dua orang anak. bekerja sebagai sekretaris dari pak Haris—GM Hotel BM. Biasanya tidak hanya makan berdua dengan Tyas. Berhubung hari ini Santi cuti karena anaknya sakit dan Rere sedang menemani pak Haris meeting di luar Hotel. Jadi, sita hanya pasrah menghadapi Tyas, sendirian. "Kalian nih berlebihan, gue sih tidak mau muka disamain sama kaca. Datar gitu." Sita memilih melanjutkan makan sampai tandas. Tyas terkekeh, ada-ada saja bosnya itu, tidak bisa di ajak bercanda. "Tapi benaran teh, dia handsome and hot, manly gitu. Apalagi pas jadi chef juri tamu di acara masak itu, cool!" Sita menggeleng kecil, masih tidak habis pikir, Tyas melanjutkan pembahasan ini. "Ko aneh sih, teteh tidak ikut excited, dapat kabar hotel BM kedatangan karyawan yang menjanjikan untuk dipandang, kalau soal berburu pria penyumbang tulang rusuk, teteh juga masih berburu, kan?" Sita cukup tertawa ringan saja, enggan menanggapi. "Lo kayak pernah lihat langsung orangnya aja." Tyas mendelik pada sita "Ya, jelas dong! dia juga selebgram, pengikutnya banyak di Instagram." "Pasti, lo salah satunya?" Tyas tidak lagi menjawab, dia hanya kembali tersenyum malu saat tebakan sita kali ini benar lagi.   ***   Kembali ke office sebelum waktu makan siang habis. Selain pekerjaan menumpuk, sita juga harus mengirim laporan bulan ini kepada atasannya--Direktur keuangan. Sita memilih lembur, kebetulan apartemen yang dia tempati sudah empat tahun ini, tidak jauh dari tempatnya bekerja hanya butuh waktu dua puluh menit untuk sampai. Apartemen yang masih properti kakak laki-lakinya. Saat memutuskan menetap di Bandung empat tahun lalu. Sebelum ini, apartemen di sewakan. Randy--kakaknya saat itu, satu-satunya anggota keluarga yang mendukung keputusan Sita, memaksa menempati apartemen ini. Sita tahu, ini lumayan sekali untuk menghemat pengeluaran dibanding mencari tempat tinggal lain, selain tempat yang strategis  dan dekat dengan hotel tempatnya bekerja. Berasal dari keluarga yang cukup berada, Papa punya bengkel mobil yang besar di Jakarta. Sementara kakak pertamanya--Randy bekerja sebagai Manajer perusahaan ekspedisi di Jakarta. Randy sudah berkeluarga. memiliki satu anak, berusia sepuluh tahun. Sementara kakak perempuan--Mila juga sudah berumah tangga dan memilih menjadi ibu rumah tangga seperti Mama. Suaminya bekerja sebagai staf kedutaan Indonesia di Australia, memutuskan membawa Ka Mila dan anaknya ke sana. Akhirnya Sita sampai apartemen setelah lembur. Apartemen yang di tempati ini hanya ada dua kamar tidur dengan kamar mandi di dalamnya, dapur yang terhubung langsung dengan ruang tv yang juga sebagai ruang tamu. Apartemen minimalis ini cukup nyaman, beberapa tatanan konsep dia mengubah untuk mencoba menyesuaikan dengan kepribadian sita, Simpel. Baginya apartemen ini harus menjadi tempat ternyaman setelah seharian beraktivitas dikantor. Sita memilih untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, sebelum memesan makanan untuk malam ini. Butuh waktu hanya lima belas menit, Dia sudah rapi dengan celana pendek setengah paha dan kaos longgar yang menutupi celana. Inilah kesehariannya saat sudah di rumah. Sangat berbanding terbalik dengan keseharian dikantor--seragam pegawai hotel. Ya, walau kadang sesekali sita memakai dress kasual dan blazer. Sita melihat-lihat menu yang tertera dilayar kaca ponsel, di aplikasi ojek online yang selalu menjadi pilihan saat dia malas keluar. pilihan malam ini, nasi goreng kambing terkenal yang tidak jauh dari kawasan apartemen. Tak butuh waktu lama, Makanan sudah datang. Sunyi dan sepi, inilah yang di rasakan selama empat tahun belakangan ini. entahlah, dia lebih nyaman dengan kondisi seperti ini atau memang memaksakan diri menerima keadaan yang di pilih.   [to be continued]
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD