bc

Karina ( Indonesia )

book_age16+
592
FOLLOW
6.8K
READ
second chance
pregnant
arrogant
dominant
drama
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Karina ingin mengubah nasibnya. Namun salah jalan karena mendekati Niko yang jelas sudah memiliki istri. Akibat ulahnya itu Karina harus berakhir dengan Regil orang di masa lalunya yang di beri tugas oleh Niko agar membuatnya hancur. Namun karena perasaan masa lalu yang belum tuntas membuat keduanya malah kembali terikat. Karina pun Hamil.

chap-preview
Free preview
1
Karina beringsut mundur, saat pertama kali membuka mata pusing menyerangnya lalu sayup - sayup matanya menatap pria tinggi tengah menatapnya. Pria itu perlahan menaiki kasur yang tengah di tempati olehnya. "Siapa kau!" pekik Karina kelabakan dengan terus berusaha mundur, kepalanya menggeleng dan terus berkata tidak dan jangan mendekat. Regil tersenyum sinis."Diam dan nikmati!" jawabnya dengan penuh tekanan, mengintimidasi. Karin ingin kabur namun terlambat, Regil sudah mengukungnya dengan kedua tangan dan tubuh besarnya yang penuh dengan otot itu. "Tidak! Jangan" Karina semakin kelabakan, histeris dan terus berusaha menghindar. Karina berusaha memberontak namun Regil tak bergeming, Regil hanya menatap Karina dengan tatapan tak terbaca, menatapnya lekat nan dominan. "Diam!" desis Regil."kau hanya membuat juniorku semakin tegang, manis!" lanjutnya dengan di iringi seringai setan yang khas. Karina mulai menangis."Niko? Di mana dia—NIKO!" teriak Karina kalut dan terus bergerak, mencoba untuk lepas dari kuasa Regil. Regil mengecup leher Karina membabi buta lalu naik ke rahang yang terus saja bergerak menolak kedatangan bibirnya itu. Regil tentu saja semakin gemas, jemari tangannya menjepit kedua pipi Karina agar diam, Karina semakin terisak. Regil menciumi wajah Karina lalu melumat bibirnya dengan tanpa kelembutam sama sekali, membuat Karina sedikit lemas karena oksigennya menipis. Regil melepas ciumannya lalu mengangkat tubuhnya menjadi duduk dengan masih mengangkangi tubuh Karina, menghimpitnya dengan kedua kakinya. Karina semakin histeris saat melihat Regil membuka kaosnya dan gespernya. "Berhenti menangis!" tekan Regil lalu meraih tali jubah mandi Karina. Karina semakin tersedu - sedu, perlahan dia mati rasa."Jang-an" mohon Karina lirih, kedua matanya begitu basah. "Kenapa? Bukannya kau senang akan di tiduri bosmu? Apa bedanya denganku? Toh sama - sama milikmu akan penuh." balas Regil v****r dengan tanpa menghentikan gerakan tangannya yang tengah membuat Karina polos. Regil terpesona sesaat."Indah," gumam Regil lalu melahap apapun yang ada pada Karina. "Ahh!" Karina terpekik, menangis dengan kencang. Regil menjatuhkan jemarinya pada pusat Karina, bermain di sana tanpa kelembutan sama sekali. "Ahh, sakit!" teriak Karina dengan merintih lirih. Wajahnya semakin basah berderai air mata. Pemandangan yang membuat Regil semakin terangsang, namun sekejap menatap Karina yang berantakan di bawahnya dengan kaget. "Virgin?" Karina tersedu lalu mengangguk kecil. Regil tersenyum kecut."Dan bosmu—kau ingin menjadikannya yang pertama? huh?" ejek Regil dengan senyum miring mencemooh. Sebelum menjawab, Regil kembali menyerang Karina dengan kecupan di setiap lekukan indahnya. "Ahh.. Tolong berhenti!" Mata Karina terlihat bengkak, begitu pun bibirnya. Bukan kenikmatan, tapi rasa sakit yang Karina rasakan. Luka semakin menganga dalam hatinya. Regil membuka semua yang ada di tubuhnya dan langsung saja membuka lebar - lebar paha Karina, begitu pun Karina yang terus berusaha menutupnya namun kalah telak. "Menurutlah!" desis Regil dengan tatapan menyorot Karina penuh peringatan. Karina pasrah, tanpa menghentikan isakannya. Dia merasa benar - benar mati rasa. Dia tidak punya kuasa. Regil mengarahkan miliknya ke inti Karina."Jangan mendekati lelaki beristri, inilah akibatnya!" geramnya saat merasakan betapa susah dia membobolnya. "Ahh! Sakit, tolong berhenti!" raung Karina dengan air mata kembali terus mengalir. Regil mendiamkan miliknya yang telah mengoyak keperawanan Karina, hingga detik berikutnya dia bergerak pelan. Regil mencium kembali Karina, mencoba menutup isakannya yang menjengkelkan baginya. Regil tak melepaskan ciumannya, beriringan dengan hentakan demi hentakan keras yang mulai di berikannya. isakan, raungan dan suara - suara panas mulai terdengar walau lirih dan kesakitan. Regil mengerang dalam ciumannya, merasakan betapa nikmatnya rasa Karina. Dengan gemas Regil melepas pagutannya dan menghentakkan miliknya semakin cepat dan dalam. Karina tanpa bisa menghentikan isakannya terus meminta berhenti, memohon karena rasanya sungguh sakit. Pengalaman pertama yang buruk. Regil menundukkan wajahnya untuk meraih sesuatu yang indah milik Karina yang ikut bergoyang di setiap hentakan yang di berikannya dan itu berhasil membuatnya gemas. "Ahh! Kau.." erang Regil kenikmatan. *** Karina menarik selimutnya, menutupi tubuhnya yang telanjang, Karina kembali terisak pilu. "Kau akan tinggal di sini, sampai kau hamil anakku!" terang Regil yang tengah memakai kembali pakaiannya dengan wajah datar dan tatapan tajam. Karina menggeleng cepat."Tidak! Siapa kau! Kenapa kau—" Regil menatap sengit Karina."Diamlah!" desisnya tajam, terlihat sekali kalau Regil terusik dengan raungan dan tangisannya. Karina menutup kembali mulutnya, dia benci jika lemah seperti ini. Entah kenapa pria ini mampu membuatnya takut, padahal dari dulu tidak ada satupun yang membuatnya takut. Karina mengusap air matanya dengan banyak perasaan, entah itu jengkel, sedih, kecewa, marah dan masih banyak lagi. Sesekali dia melirik Regil, antara sedih dan marah. Regil yang peka pun menatapnya juga."Kenapa? Ingin lagi?" tanyanya acuh lalu beranjak meninggalkan Karina yang kini menunduk takut. Karina menatap pintu yang membuat Regil menghilang itu. 'Dia siapa? Anak? Hamil? Dan tatapannya sangat menakutkan, ketampanannya hilang karena tatapannya itu! Ah Niko, kemana dia? Apa dia yang melakukan semua ini?' batin Karina terus membeo gelisah. Karina mendesah berat, saat mengingat keperawanannya yang di simpan untuk Niko, kini hilang. Mengingat itu membuatnya kembali terisak, meratapi nasibnya ke depan. *** Karina masih bergelung dalam selimut, jubah mandi, handuk, bahkan baju yang di gunakannya entah kemana. "Apa aku akan terus telanjang begini?" gumam Karina kalut, tangannya terus bertautan cemas. Mata sembabnya terlihat lelah. Hingga pintu kamarnya terbuka, Regil datang dengan paper bag di tangannya. "Makanlah" ucapnya lalu berbalik menjauh, Karina melirik paper bag itu sekilas. "Tu-tunggu," panggil Karina ragu, tangannya semakin erat memegang selimut di dadanya. "Apa?" tanya Regil dingin, menyorot tajam Karina, membuat Karina semakin menciut. Seperti bukan dirinya batin Karina kesal. "Mm anu, aku mau baju." cicit Karina lalu menunduk. "Tidak usah! Malam ini kita akan melakukannya lagi." Regil kembali mengayunkan langkahnya keluar kamar, tak lupa mengunci lagi pintu kamar yang di tempati Karina. *** Karina belum menyentuh makanan yang di bawa Regil, dirinya takut terjadi sesuatu apabila memakannya. "Huft! Perutku lapar sekali, belum sempat makan sama Niko." gumamnya dengan tatapan sendu. "Niko—" lirih Karina."apa dia menjebakku? Cih.." lanjutnya tak percaya. "Terlalu cinta, sampai sampai aku buta!" sambungnya bergumam. Karina kesal pada dirinya sendiri. Ceklek! Karina terperanjat lalu melirik Regil yang tengah kembali mengunci kamar lalu menghampirinya. "Kau belum makan?" tanya Regil dengan tatapan menajam. Karina hanya diam, menatap jemarinya yang tengah memilin selimut. Regil menarik selimut itu dengan kasar, membuat Karina terpekik kaget dan di serang malu. "Kembalikan!" pinta Karina kelabakan, mencoba menutup tubuh polosnya. Regil membuka seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya lalu beringsut naik menghampiri Karina yang sama telanjangnya seperti dirinya. "Kenapa tidak makan?" tanya Regil , seraya menarik kedua kaki Karina yang menutupi tubuh polosnya. "Jangan!" pekik Karina namun kalah karena Regil sudah membuatnya kembali tidur telentang. "Sstt.. Jangan membuatku berbuat kasar padamu." Regil berada di atas kuasa, membuka lebar kedua kaki Karina. Kriyukk.. Regil terdiam sesaat, Karina semakin merunduk takut dan juga malu, perutnya berbunyi. Regil kembali bangun, meraih paper bag yang di simpan di nakas, membukanya lalu meraih tubuh Karina dengan gampang ke pangkuannya. "Tidak!" tolak Karina namun dengan cepat Regil meraih perut Karina dan menahannya dengan satu tangan. "Diam! Biar cepat ku suapi!" Karina membuka mulutnya ragu lalu mengunyah pelan sushi yang baru saja masuk ke dalam mulutnya. "Aku tidak suka sushi." aku Karina setelah sushinya mulai habis dalam mulut. "Sekarang harus suka." Regil kembali menyuapi Karina sushi. Dengan susah payah Karina menelannya lalu menerima lagi suapan dari Regil. Karina sedikit tidak nyaman dalam duduknya, milik Regil yang tegang kini menusuk paha dan sebagian pantatnya. Regil sadar dengan ketidak nyamanan Karina. "Makanya cepatlah, sudah waktunya ku memakanmu.." bisik Regil seraya menggigit kecil telinga Karina. Karina semakin takut, dia sedikit berkeringat dingin, matanya menatap lekat Regil. "Se-sebenarnya apa yang terjadi, kenapa kau—" Regil meraih bungkusan sushi itu lalu menyimpannya sembarang, dengan cepat mengangkat Karina lalu kembali merebahkannya. "Nikmati saja." Regil memulainya tanpa pemanasan, membuat Karina terpekik keras. "Ahh sakit!" teriak Karina dengan terus meringis. Rasanya sungguh seperti luka di tetesi air jeruk. Regil mengulum apapun yang ada pada Karina dengan lihai, menyecapnya, mengemutnya dengan gemas membuat tubuh Karina melenting. Karina menjerit saat Regil menggerakan miliknya dengan cepat dan tanpa perasaan. Regil terus meracau, menggeram dan terus membuat Karina seperti cacing kepanasan. "Kau nikmat, sayang." racau Regil, di iringi jeritan dan isakan Karina. *** Regil melepaskan penyatuannya dengan Karina, nafasnya yang terengah kini berangsur - angsur normal. "Berhenti menangis! Kemana perginya si pemberani!" ejek Regil di sertai kekehan sinis. Karina mengusap air matanya dengan kasar."b******k! Sebenarnya apa yang terjadi! Kenapa kau mengurungku dan terus menyetubuhiku!" teriak Karina dengan nafas yang memburu penuh emosi. Regil bertepuk tangan, seraya tersenyum miring."Wah - wah! Inikah dirimu? Berani sekali berteriak padaku? Ingin hukuman?" tanya Regil berdesis tajam, tatapannya menggelap di peluk emosi yang meletup - letup.. Regil menahan kedua tangan Karina dan berada di atas kuasanya lagi, memasuki Karina dengan ritme keras dan tanpa perasaan. "Ahh! Hiks tolong! Sakith!" teriak Karina histeris. Regil menyerangnya tanpa henti, membuat Karina terus terusan menerima pelepasan. "Sudah! Aku akan nurut!" raungnya di sela - sela isakan. Regil semakin mempercepat gerakannya untuk mencapai pelepasan. "Eumh!" erang Regil gemas saat semua miliknya kembali terlepas membasahi rahim Karina. Karina memejamkan matanya lelah. Regil melepaskan penyatuannya lalu mengecup singkat bibir Karina. "Ku pegang ucapanmu!" *** Regil membawa paper bag di tangannya, berisikan pakaian dalam untuk Karina dan satu baju tidur tipis. "Kau sudah bangun?" sapa Regil lalu kembali mengunci pintu sebelum menghampiri Karina. Karina hanya diam, Regil berdecih lalu berujar sinis."Aku bertanya bodoh!" di tatapnya Karina tajam sesaat. "Ya! Aku sudah bangun." jawab Karina cepat, tanpa melihat Regil yang kini tengah membuka selimutnya yang dari tadi di remasnya. "Tidak! Jang—" Regil mengeluarkan semua isi yang berada di paper bag."Hanya ingin memakaikan baju, kau ingin terus telanjang?" tanyanya tak bernada. Karina buru - buru menggeleng."Biar aku saja yang memakainya." katanya dengan canggung dan takut. "Tidak, biar aku saja." Regil menepis tangan Karina, Karina mengepalkan tangannya gugup. Dengan telaten, Regil memakaikan Karina bra. "Bi-biar aku pakai sendiri." cegah Karina. "Sstt.. Diamlah." Regil kembali memasangkan cd lalu memakaikan gaun tidur. "Selesai, tidak begitu buruk! Tapi kau lebih cantik telanjang." Regil menarik Karina untuk terlentang lalu memeluknya untuk tidur. "Tidurlah." *** Regil membuka matanya, melirik Karina di sampingnya, menatapnya dengan sedikit rindu. Tangannya terulur merapikan rambut yang menghalangi wajahnya. "Syukurlah, sepertinya kau tak mengingatku." gumamnya sangat pelan, bahkan angin saja tidak mampu menangkap gumaman itu. Selama beberapa jam, Regil hanya menatap dan terus berpikir tentang semua hal. *** Paginya Karina bangun tanpa ada Regil di sampingnya. Ceklek! Karina melirik ke arah pintu, Regil menghampiri Karina, membuka selimutnya lalu meraih pinggang Karina untuk membuka cdnya. "Jangan!" Regil menatap Karina tajam."Kau sudah berjanji akan nurut!" desis Regil. "Aku lelah." aku Karina dengan wajah sendunya. Regil tetap membuka cd Karina, memainkannya, berusaha membuat Karina siap untuknya. "Ahh—emm jangan!" Karina gelisah di bawah Regil, Regil memandang Karina dalam lalu mengecup bibirnya. "Tidak akan lama." terang Regil. Regil mempercepat gerakannya dia tidak akan membuatnya lama lalu keduanya pun mencapai pelepasan. Regil mengecup pelipis Karina lalu beranjak turun dari atas tubuh Karina. "Kasih tahu, kenapa?" tatapan Karina menyorot Regil sayu. Regil melirik Karina."Ini karena ulahmu." jawabnya dengan tenang. Karina beringsut bangun lalu menghadap Regil."Tolong jelaskan," pintanya penuh permohonan. Karina menatap Regil penuh harap, Regil yang di tatap seperti itu hanya diam menatapnya tak terbaca. "Belum saatnya." Regil beringsut duduk, membingkai pipi Karina dengan kedua tangannya lalu mendaratkan ciuman dalam di bibir Karina. "Makanlah, itu untukmu." Regil merapikan celananya lalu meninggalkan Karina yang terdiam menatap kepergian Regil. "Kau Regilkan?" Regil menghentikan langkahnya, tubuhnya menegang sesaat. "Makanlah.." Regil kembali melangkah, benar - benar hilang di telan pintu mengabaikan pertanyaan Karina. *** Regil menghampiri bosnya, Niko. "Bagaimana?" tanya Niko. "Saya sudah melakukan tugas dengan baik, tuan." "Bagus," Niko menepuk bahu Regil,"jangan terbawa perasaan, aku tahu semuanya Regil." lanjut Niko dengan tersenyum jenaka. Regil tertegun, cepat - cepat kembali mengontrol ekspresinya Menjadi datar."Baik tuan" jawab Regil sekenanya. "Maaf karena memberimu tugas yang berat." Regil tersenyum simpul, tuannya ini memang baik, sudah seperti keluarganya sendiri. "Apapun yang tuan inginkan, semua tidak sebanding dengan kebaikan tuan." balasnya tulus. *** Regil duduk melamun di ruang kerjanya. "Kau regilkan?" ucapan Karina terus terngiang di telinganya, berdengung dan mengganggu. Regil tersenyum kecut, Rupanya Karina bisa mengingatnya. Regil beranjak keluar ruangan, mengayunkan langkahnya menuju kamar Karina. "Regil," panggil Karina saat melihat Regil memasuki kamarnya. Regil terdiam lalu kembali menatap Karina seperti biasanya tajam, meyakinkan hatinya untuk tetap membenci wanita di depannya. "Akhirnya kau mengingatku?" tanya Regil tersenyum sinis. Karina mengangguk."Apa karena waktu itu kamu melakukan ini?" tanya Karina seraya menghampiri Regil yang masih berdiri. Regil menatap Karina yang melempar tatapan bersalah kepadanya. "Aku mohon, jangan begini.." Regil tertawa kecil."Ini bukan karena kejadian itu.." Regil mengusap rambut Karina sekilas. "Lalu?" "Kau belum mandi? Mandilah biar orang suruhanku membeli baju.." balasnya tanpa ingin menjawab. Regil ingin berbalik keluar namun di tahan Karina. Regil melirik tangan Karina yang kini menggenggam tangannya. "Tolong.." mohon Karina. Regil melepas tangan Karina, tanpa menjawab Regil meninggalkan Karina. *** Regil kembali menindih Karina."Wangi.." gumam Regil di leher Karina. "Regil.." panggil Karina seraya mencoba mendorong Regil. "Sstt.. Malam ini kita akan b******a lagi, aku ingin kau hamil.."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.4K
bc

Romantic Ghost

read
162.5K
bc

Mrs. Fashionable vs Mr. Farmer

read
422.6K
bc

Bukan Istri Pilihan

read
1.5M
bc

Satu Jam Saja

read
593.5K
bc

Dependencia

read
186.9K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook