Paksaan

1284 Words
Tantiana Pov. Aku bergetar di bawah selimut hangat Gerald. Baru kali ini aku menyaksikan hal vulgar itu secara live. Tubuhku serasa tersengat listrik seolah baru mendapatkan shock terapi yang super mengejutkan. "Otot besar itu, tato tribal seksi yang melingkar di tangannya, rambut panjangnya dan otot bisepnya yang besar... Oh Tuhan dia sepertinya perwujudan stroberi dengan berhias cerry diatasnya atau stroberi berlumur coklat, perumpamaan manapun semua terlihat lezat dimataku. " Aku selalu tenang ketika menghadapi segala macam kondisi. Tetapi tidak kali ini untuk pertama kaliny hasratku bergejolak setelah melihat aroma macho dan otot tubuh yang terpahat sempurna untuk pertama kalinya. "Aaahhggghh... " Suara laknat itu akhirnya berhenti setelah jeritan panjang wanita diluar. Aku akhirnya bisa tidur dan bermimpi. Ah nasib perawan yang jomblo. Tetapi ini lebih baik daripada menjadi sekumpulan tong sampah s****a pria. Tantiana Pov End. Normal Pov. Edvand sedikit menangkap bayangan seseorang yang mengintip dari balik pagar tangga. Ia mengernyit dan menduga jika bayangan itu adalah putranya. 'Sial, seharusnya Gerald tidak melihat hal ini. ' Edvan menghentikan kegiatan panasnya. Dia menulis cek dan memberikan pada wanita itu. "Bukan ini yang aku mau Edvan, aku bukan jalang!" "Bagiku kau bagian dari mereka. Terima dan pergilah, aku tidak menginginkanmu lagi. " "Agghrr! " Brak! Molly keluar dari rumah Edvan dengan keadaan kesal. Niatnya untuk menjadi nyonya Blackfire ternyata harus terhenti. Padahal dia menunggu saat ini, ketika seorang pria membutuhkan pelampiasannya. Sayangnya semua tidak sesuai rencana. Edvan naik ke lantai satu, dia ingin melihat putranya dan berbicara sebagai sesama laki-laki. Tangannya hendak mendorong pintu kamar Gerald sebelum menyadari jika hari telah larut malam. 'Lebih baik besok saja. ' 'Aku juga harus membersihkan aroma ini agar dia tidak bertambah kesal. ' . Tantiana mengangkat tangannya tinggi -tinggi untuk merentangkan tubuhnya. Rasanya perenggangan di pagi hari tidaklah buruk. Sudut bibirnya terangkat, tidak ada ruginya memiliki teman sekaya dan berkuasa seperti Gerald. Untuk itu dia akan menikmati fasilitas mewah di kamar Gerald. Untuk kali ini dia bisa meluangkan waktunya mengagumi lantai marmer yang mengkilat dan bercahaya diterpa cahaya dengan puas. Tantiana sedikit bergidik ketika ujung jari kakinya menyentuh marmer dingin itu. Lalu tangannya membelai ranjang tempatnya tidur. Tantiana yakin jika sprei yang ia tiduri berasal dari sutra berkualitas tinggi, perabotan yang berkesan sederhana namun jika diamati lebih teliti bahan dasarnya tidaklah murah. Tantiana membuka pintu kamar mandi. Mereka luas, elegan dan mewah. Dia bahkan tidak sabar menelanjangi dirinya dan masuk ke bathup yang menggoda itu. Sementara itu, Edvan memutuskan menuju kamar Gerald dan berbicara. Mereka perlu bicara untuk mencairkan hubungan mereka yang dingin. Memang apa yang terjadi adalah salahnya. Tangannya meraih gagang pintu. Ceklek. 'Tidak dikunci, cukup ceroboh. ' Edvan mengedarkan pandangannya, ia menautkan alisnya saat melihat pakaian dalam wanita tergeletak. "Jadi dia berbohong jika dirinya gay, " gumannya. Ceklek Pemandangan gadis setengah basah yang hanya ditutupi handuk minim membuatnya setengah telanjang muncul dari balik pintu kamar mandi. Godaan lezat di pagi hari. "Siapa kau? " tanya Edvan. Nampaknya Tantiana masih tercengang dengan kemunculan pria terseksi versi majalah Peop*e. Matanya tak berkedip dan terpaku pada wajah tampan di depannya. Jadi dia masih membisu untuk beberapa saat. 'Apa aku bermimpi? ' batinnya bertanya. Tantiana meluangkan waktunya menelisik setiap jengkal pahatan tubub Edvand di balik kaos longgar yang ia kenakan. Tetapi otot bagus Edvan masih bisa ditangkap mata hijaunya. Masih teringat jelas pada ingatannya tubuh Edvan yang terbuka, ototnya yang berkontraksi. Imajinasinya kembali membayangkan dirinya meraba kulitnya yang membingkai otot keras tubuhnya. Jari-jarinya yang menelusuri rambut panjangnya. "Ehem... Sudah puas nona? Sekali lagi aku tanya, siapa kau? " tanya Edvan. Munculnya gadis di dalam kamar Gerald adalah sesuatu yang menarik. Tantiana menggigit bibir bawahnya, pertanyaan yang mudah tapi memiliki jawaban yang sulit. 'Jika aku bilang teman Gerald maka dia akan langsung menendangku dari sini, lalu pacar? Tidak mungkin dia pasti tau Gerald gay. Lalu aku harus menjawab apa? ' batin Tantiana bingung. "A-aku... " kata Tantiana gugup. Edvan mengangkat alisnya seksi, Tantiana semakin menggila karena aksi kecilnya. "Aku disini untuk anakmu, " jawab Tantiana cepat. "Jadi kau adalah gadis yang dikirim orang tuaku untuk meluruskan Gerald? " tanya Edvan kedua kalinya. Apa? "Apa? Oh... I-iya. Sayangnya dia tidak bisa menemaniku sekarang dan bilang untuk menungguku di sini. Seminggu. " Tantiana meringis akan kebohongannya. Setidaknya dia tidak sepenuhnya berbohong. 'Jadi dia jalang yang dikirim ibu untuk memaksa Gerald di ranjang?' batin Edvan bertanya. Edvan mengamati kaki panjang Tantiana yang agak basah. Lalu ke gundukan yang berusaha di tutupi tangannya untuk menahan sehelai kain putih itu tidak jatuh. Matanya hitamnya juga tidak melepaskan leher panjang yang lezat itu. Gadis basah di pagi hari memang makanan yang lezat. 'Mengapa dia melihatku seperti itu? ' batin Tantiana. Tatapan mata Edvan serasa membakar kulit Tantiana seinci demi seinci. Dia hampir tidak bisa percaya jika hanya dengan tatapan pria ini dirinya hampir saja memerah karena malu. 'Dewa seks tolong segera pergi dari sini... ' rintih Tantiana dalam hati. Pagi ini dia harus menghabiskan waktu berimajinasi lagi. "Bi-bisa aku memperoleh waktu privasiku sekarang? " Oh aku gugup sekali. "Sepertinya tidak, " jawab Edvan. "Aku memutuskan jika kau di sini bukan untuk Gerald, tetapi untukku. " "Apa? " Ini gawat. "Aku tahu kau tertarik padaku nona, begitu pula aku. Bahkan jika kau tidak mau menyebutkan namamu maka aku akan memanggilmu baby. " "Tantiana Taylor, " cicit Tantiana. "Bagus nona Taylor, aku ingin kau mendekat dan melayaniku. " Ternyata reputasinya sebagai maraton wanita benar adanya. "Tapi, aku sudah menyetujui jika kehadiranku hanya untuk Gerald, aku tidak bisa tidak bersikap profesional. " ''Jalang juga bertindak profesional? pfft ini lucu. '' Edvan menahan diri agar tidak tertawa. 'Mengapa aku berkata hal yang paling bodoh... ' Tantiana ingin menepuk jidadnya. "Dengar, aku di sini untuk menjadi istri kontrak anakmu. Nama baik Blackfire tidak boleh ternoda karena orientasi seksual penerus Blackfire yang menyimpang. Okey? " Edvand mengangkat sedikit sudut bibirnya. Dia berdiri dari ranjang dan mendekati Tantiana. Tantiana menegang 'Cobaan apa lagi ini. Hei jantungku tidak kuat di hadapkan pria panas yang seksi lalu tampannya kebangetan ini. Tolong aku sekarat oleh pesonanya. ' "Aku bilang aku bisa menemukan gadis lain untuk Gerald. Tetapi aku menginginkanmu... " Edvan telah berada di belakang tubuh Tantiana. Ya Tuhan, ini godaan menggiurkan. Bilang iya. Bilang tidak. Iya. Tidak. Deg deg deg... Tangan besar Edvan menggenggam pundak kecil Tantiana. Pria itu sedikit menempelkan hidungnya pada tengkuk Tantiana. "Tetapi...!" Tantiana berusaha menghindar. Dia maju untuk menghindari pria ini. Namun Edvan tidak akan membiarkan buruannya lepas. 'Gadis ini cocok untuk melengkapi rencanaku. ' Secara otomatis Tantiana merasa takut. Perasaan kagum, terpesona dan lainnya langsung hilang digantikan perasaan buruk yang menakutkan. "Apa-apaan ini? " Tantiana berusaha melepaskan diri dari Edvan. "Aku bukan pria yang diam hanya karena penolakan nona. Aku tidak akan melepaskan sesuatu yang ku inginkan. " Edvan mencium handuk lembab Tantiana dan melemparkannya ke samping. Dengan cepat ia membuka kaos yang ia kenakan dan melemparkannya ke arah handuk tadi. 'Menggoda gadis dengan aktivitas seksual adalah cara yang bagus untuk menjinakkannya, ' batin Edvan. Selama ini dia memang mencari seseorang yang menjadi tameng imaje-nya. Teror menghantui Tantiana. Wajahnya memucat karena rasa takut. Tidak ada lagi rasa kagum, tidak ada lagi semua serasa menakutkan. "Tidak, aku - aku sebenarnya bukan jalang... Aku teman Gerald yang menginap di sini. " "Itu bagus, karena kau akan jadi wanitaku. " Air mata meleleh dari pipi Tantiana. Trauma di masa lalunya mulai menyala. Dia tidak akan tahan jika pria didepannya ini memaksakan dirinya. "Aku tidak mau. Berhenti...jangan mendekat." Edvan. menjilat bibirnya. "Tidak. " 'Kau adalah orang yang cocok untuk menutupi skandalku. Mana mungkin aku akan melepaskanmu begitu saja. ' Alasan Edvan memilih Tantiana adalah karena gadis ini terlihat polos meskipun cerdas. Dia bisa menggunakannya untuk menutupi rahasia gelap yang selama ini ia sembunyikan. Jadi Edvan yakin jika Tantiana adalah gafis yang mudah dibuat jatuh cinta. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD