PROLOG
"VOLKAN ... AKU HAMIL, ANAKMU!"
Kalimat tersebut serupa kutukan yang mengiang di gendang telinga Liona. Merajai dan menusuk sanubarinya laksana pedang musuh yang menancap di benak d**a.
Sakit tak berdarah. Malang!
Kini gadis itu duduk di pinggiran ranjang. Menatap lemari kaca yang menampilkan bayangan dirinya tengah terpuruk terendam kesedihan. Kedua tangan mulusnya meremas gaun pengantin yang ia kenakan. Mengacak rambut, sebelum akhirnya berteriak bagai orang gila. Lantas membocorkan sumber air yang tertampung di pelupuk mata.
"Argh ...!"
Liona Laverine, gadis cantik dengan kepandaian di atas rata-rata, tetapi sangat bodoh dalam hal percintaan. Dia tidak terlahir dari keluarga yang kaya raya, tetapi juga enggan untuk hidup terlalu miskin. Mandiri dan pekerja keras, itu merupakan sikap yang melekat dalam dirinya sejak usia dini. Usai mendapat gelar Sarjana Fashion Design, ia mulai berangan-angan untuk melambungkan mimpinya mencapai ranah Internasional. Namun, hal itu harus undur saat ia akhirnya dipersunting oleh seorang aktor tampan bernama Volkan Ardonio.
Liona amat mencintai Volkan. Selain memiliki fisik yang sempurna serta ketenaran, Volkan juga amat baik dan perhatian terhadapnya. Karena itulah, Liona rela melepas status pacar yang telah ia jalani selama lima tahun terakhir bersama Volkan dan siap berganti status sebagai calon istri.
Liona berpikir, pernikahannya dengan Volkan akan menjadi hal terindah dalam hidupnya. Bahkan sang kekasih itu sudah berjanji untuk menemani dan mendukung penuh mimpinya untuk menjadi Desainer Internasional. Tentu saja, buah bibir manis tersebut membuat Liona antusias untuk segera mengikat janji pernikahan dengan sang kekasih.
Bahkan, gadis itu sendiri yang merancang gaun pernikahannya. Namun, sayangnya saat ini gaun indah berbalut serpihan pernak-pernik bintang tersebut harus lusuh ketika kedua jemarinya mengoyak dan menghancurkannya.
Terpuruk!
Gadis itu tersimpuh di samping ranjang. Menjerit histeris saat mengingat pernikahannya dengan sang kekasih gagal, lantaran seorang gadis tiba-tiba datang dan mengaku hamil anaknya Volkan.
"Liona, buka, Sayang! Aku bisa jelasin semuanya!" Itu suara Volkan, mencoba membujuk sang kekasih yang mengurung diri dalam ruangan persegi.
"Liona! Buka atau aku dobrak!" Suara seorang pria lainnya terdengar mengancam.
"Liona, percuma lo punya wajah cantik kalau mau bunuh diri! Buat apa?!" Suara seorang wanita menggetarkan dinding-dinding kamarnya. "Setidaknya pikirkan perasaan kakakmu! Atau kucing peliharaan lo deh, siapa yang akan menyusuinya nanti kalau lo mati?!"
"Martha, jangan bicara omong kosong! Liona tidak mungkin akan bunuh diri!" Volkan panik, membentak wanita tersebut yang bernama Martha.
Bunyi gedoran pintu terdengar nyaring.
"Liona, buka, Sayang …."
"Lagian lo pake buntingin anak orang, jelas-jelas lo udah mau nikah, Bego! Tunggu sebentar aja lo nggak tahan. Celap celup ... Lo pikir lo Oreo?!" Martha terdengar menceramahi Volkan.
"Aku tidak melakukan itu! Aku bisa jelasin semuanya. Dan sebaiknya lo diam! Jangan semakin memperburuk keadaan!"
"Jelasin sono sama Liona, sebelum malaikat maut menjemput!"
"Astaga, Martha!"
"DIAM KALIAN SEMUA!" Akhirnya suara serak tersebut terlontar dari kerongkongan Liona. Gadis itu berdiri dari setimpuhnya, kemudian memekik, "Gue akan bunuh diri! Gue tidak sanggup hidup lagi!"
"Liona sadar, Lio! Jangan berbuat hal keji. Kakak mohon sama kamu, bukain pintunya!" Suara lelaki terdengar memelas.
"Iya, Sayang ... dengerin kakakmu. Kita bisa bicarakan ini baik-baik." Volkan masih saja mencoba membujuk. Suaranya penuh iba.
"Gue tidak percaya lagi sama lo, Volkan! Sana temui wanita selingkuhan lo itu! Enggak usah sok peduli sama hidup gue!"
"Lio, Sayang ... jangan ngomong gitu dong. Aku minta maaf dan aku bisa jelasin semuanya."
"Enggak! Gue udah mutusin, kalau gue mau–"
Sesaat kemudian, bunyi pecahan kaca lemari menggema lekat beserta teriakan Liona yang semakin mengencang.
"Aaa ...!"
Mendengarnya, orang-orang di luar sana semakin panik. Pintu didobrak dengan kerasnya, hingga engselnya terpisah dari daunnya. Semua sorot mata terbelalak dengan mulut menganga.
"LIONA!"