Murid baru (1)

1538 Words
                                                                                    ***                                                                        Selamat membaca.                                                                                     ***                         Jika suatu saat nanti kamu malah memilih pergi meninggalkan kisah kita yang sudah kita rajut lama, tenang saja akan aku relakan dirimu pergi, meski nantinya aku takkan siap untuk merindu.                                                                                      ---             Aluna Chantika, perempuan berambut panjang sedada itu mengomel tidak jelas di dalam mobil yang biasa mengantarnya ke sekolah, bukan karena ban mobilnya bocor atau supirnya tidak masuk, tapi laki-laki yang selalu menumpang untuk ke sekolah bersama dengannya masih tidak menampakan hidungnya sedari tadi.             Andrean Hanif, laki-laki yang tampangnya di cukup membuat mata Aluna jernih itu membuat Aluna menarik napas dalam-dalam agar kesabarannya menambah, menghadapi laki-laki yang resmi menjadi kekasihnya selama satu tahun belakangan ini.             Jangan tanya kenapa Aluna memilih menaiki mobilnya daripada pergi bersama Andre dengan motor laki-laki itu, alasannya hanya satu, Andre tidak mau Aluna celaka, karena terlalu sering berpergian dengannya menggunakan motornya, padahal menurut Aluna sendiri, namanya takdir, namanya nasih, mau Aluna naik apa pun, kalau sudah takdirnya kecelakaan, ya diakan mengalami hal pahit itu.             Andre hanya sesekali mengajak Aluna menaiki motornya, kalau dia rasa ia sudah bosan dengan jemputan supir pribadi Aluna, dan, satu lagi jangan tanya kenapa Andre mau berangkat bersama dengan Aluna, karena Andre males membawa mobil ke sekolah.             Pintu dibagian samping kanan Aluna akhirnya terbuka, menampakan sesosok laki-laki yang hampir di tunggunya setiap pagi itu. "Lama," desis Aluna sambil menyingkirkan tasnya untuk ditaruhnya dipangkuannya.             Andre hanya menampilkan senyumnya, senyum yang selalu Aluna senangi.                                                                         ***             Aluna dan Andre jelas bersamaan turun dari mobil yang mereka tumpangi, hari ini hari rabu, dan mereka baru masuk sekolah di awal semester, ya dua hari sebelumnya mereka memilih untuk tidak masuk, karena masih tidak wajib, katanya masih digunakan untuk perjenalan lingkungan oleh murid yang baru, tapi, kalau ingin masuk tidak apa-apa, sekalian untuk mencari kelas baru, info yang Aluna dapatkan seperti itu, hingga ia dan Andre memilih untuk meliburkan diri saja.             Andre males sekolah, dan Aluna males gerak. Perpaduan yang pas bukan? alasannya karena menurut mereka senin dan selasa juga tidak akan terlaksana aktivitas belajar dan mengajar, absen juga tidak berlaku.             Andre menyisir rambutnya ke belakang, menebarkan pesona ke beberapa adik kelas yang tengah berlalu lalang, berjalan bersamaan dengan mereka, memasuki gedung sekolah. Sedangkan Aluna mengangkat bahunya acuh, sama sekali tidak kelihatan risih dengan apa yang dilakukan oleh Andre.             "Kamu enggak cemburu, aku dilirik-lirik adik kelas?" pancing Andre yang kini memutar jalannya, agar berjalan mundur dan menghadap Aluna.             Aluna tersenyum, "Enggak, ngapain juga cemburu?" Tanya Aluna bingung, lagi pula menurut Aluna, wajar kalau adik kelas memperhatikan mereka, terlebih lambang kelas mereka yang berbeda, Aluna pun saat menjadi kelas sepuluh menatap kakak-kakak kelas, menatap orang sekitarnya, lalu, apa yang harus Aluna repotkan?             Andre memajukan mulutnya, bertingkah seperti anak kecil yang merajuk kepada ibunya.             Aluna menepuk jidadnya pelan lalu memegang tangan Andre, membawanya ke sisi lorong dan mendudukan pantatnya ke kursi panjang yang ada di sana, tanpa sepatah kata.             Andre hanya mengikuti saja, “Kenapa?" tanya Andre akhirnya.             "Kita memang mau kemana, kamu tahu kelas baru kita?" Aluna bertanya sambil menaikan alisnya satu, mereka benar-benar tidak sadar, berjalan dengan santainya menuju kelas mereka yang dahulu, bukan kah kini mereka sudah tak lagi menempati kelas itu? Mereka sudah naik kelas.             Andre menepuk pelan pucuk kepala Aluna, "Ini yang bikin aku cinta kamu Al, kamu tau apa yang aku lupakan,” gombal Andre.             Aluna hanya membalasnya dengan wajah yang pura-pura geli dengan perkataan laki-laki itu.             Andre meraih ponselnya, berniat menelpon teman dekatnya untuk menanyakan di mana kelasnya sekarang. Sedangkan Aluna yang berada di sampingnya sudah berdiri, dan melangkah menuju mading yang berada kurang dari dua meter dari tempatnya semula.             Aluna meneliti daftar nama siswa dan kelas yang akan di tempati, senyumnya tercipta setelah namanya dan juga nama Andre kembali menjadi satu kelas, surga dunia kalau sudah satu kelas sama doi mah.             "Ndre, kita satu kelas." Aluna menggoyangkan telapak tangannya, berseru agar Andre segera mendekatinya, tampa menolehkan kepalanya yang masih fokus dengan daftar siswa di madding.             Andre yang masih menelpon seseorang itu pun mematikan panggilannya, dan berdiri menuju Aluna berada. "Sudah aku tebak, mana mungkin kita terpisahkan," ucap Andre yang juga ikut meneliti daftar siswa dan daftar kelas.             Aluna hanya menganggukan kepalanya, "Yaudah ayuk ke kelas," ujarnya lagi, tanpa repot harus bertanya, karena di madding terlihat dengan jelas di mana kelas mereka.             Andre terdiam di tempat, matanya pun melirik ke sisi kanan dan kirinya, lalu bola matanya bertemu dengan Hanna, gebetannya Agus, temen sekelasnya dulu. "Hanna," panggil Andre tanpa berjalan menjauh dari Aluna. Aluna mengikuti arah mata Andre, dan di sana ada seorang perempuan yang berjalan menuju tempatnya dengan Andre, mungkin namanya Hanna.             "Ya, Andre ada apa?" tanya Hanna dengan tampang bertanya, setelah sampai di depan Andre, yang memanggilnya.             "Nitip Aluna yah." Andre berucap, membuat Aluna dan Hanna sendiri, bingung dengan apa yang dikatakan oleh Andre, enggak, Aluna paham, tapi, kenapa Ander jadi mau menitipkannya? Mau kemana laki-laki itu?             Hanna menganggukan kepala, "Pacar lo beres sama gua, kok," sahutnya, menerima permintaan dari laki-laki itu.             Aluna membuka matanya lebar, tunggu-tunggu jangan bilang berita ia dan Andre pacaran masih tersebar luas, padahal ia sudah menutupinya selama setahun lamanya, ya, Andre dan Aluna memang sepakat untuk menutupi hubungannya, menurtnya tidak penting juga semua orang tahu tentang hubungannya dengan Andre, lagi pula, aneh saja kalau semua orang mengosumsi tentang masalah percintaan mereka.             "Teman." Andre dan Aluna berbicara bersamaan, dan itu malah membuat Hanna tertawa.             "Iya, teman-teman, emangnya lo mau kemana?" tanya Hanna lagi, setelah tertawanya sudah selesai.             Aluna mengganguk setuju, "Iya, mau kemana Ndre?" Aluna memandang Andre menuntut kejelasan, kepada laki-laki itu.             "Hari tabrakan, aku sama Agus mau nyusulin, Agus ada di depan, aku pergi ya." Andre berucap dengan cepat, dan meninggalkan Aluna tanpa mendengar apa yang dikatakan oleh perempuan itu, ya, dia memang langsung pergi begitu saja, karena Andre yakin, Aluna tidak akan pernah mengijinkannya, selagi perempuan itu bisa mengkangnya.             Memangnya, kapan Aluna bisa melarang Andre untuk melakukan apa-apa, bahkan Aluna merelakan Andre balapan motor, walaupun Aluna tau itu sangat bahaya, tapi, ya terkadang Aluna juga tidak ingin Andre pergi dengan motornya, terkadang lagi, Aluna sudah terlalu pasarah keapda laki-laki itu, jadi, ya terserah Andre saja.             Anggap saja ia memberikan kebebasan kepada Andre, agar Andre betah di sisinya, dan tidak akan meninggalkanya, untuk sementara ataupun meninggalkanya untuk selama-lamanya.                                                                                 ***             "Aluna, lo sama Andre duduk di sini ya," seru Hanna setelah mereka sudah sampai di kelas.             Aluna menganggukan kepalanya, bahkan kursi untuk ia dan Andre sudah disiapkan, Andre memang penuh kejutan, walau mereka tidak sekolah, mereka masih mendapatkan kursi, tidak akan berebut atau berpikiran kehabisan kursi.             Hanna menyodorkan tangannya kepada Aluna, mengajaknya untuk berteman.             Aluna tampak bingung, tapi ia tetap menerima uluran tangan Hanna, "Aluna," ucap Aluna.             Hanna menggeleng, tunggu sebentar siapa di sini yang tidak tahu Aluna, murid kesayangan guru, cantik, dan jangan lupakan dia anak orang kaya. Apalagi di sisinya selalu ada Andre, danton kebanggan SMA Merah putih, ah bahkan secara dekat pun Aluna sangat sempurna, lebih tepatnya Aluna juga perempuan yang tertutup, membuat dirinya seoalh misterius.             "Hanna Ayudia."             "Jadi gua sama Andre duduk disini?" tanya Aluna sekali lagi, ia mendapatkan kursi nomor dua dari depan dan barisan ke dua dari pintu kelas.             Hanna menganggukan kepala, "Di belakang meja kalian, Agus sama Hari, kok," jelas Hanna lagi, Agus dan Hari adalah teman Andre, ya berarti temannya juga.             Aluna diam, dan mulai duduk di kursinya, mengambil ponselnya, menunggu kabar dari Andre. Perhatian Aluna teralihkan karena melihat seorang perempuan dengan tergesa-gesa duduk di samping Hanna, rasanya ia kenal dengan wanita itu.             "Aluna," sapa perempuan itu, dan tentu membuat keheranan Aluna bertambah.             "Ya?" jawab Aluna.             Perepuan itu kembali berucap, karena matanya tidak salah melihat orang. "Masih ingat gua?" Putri memutar posisi duduknya, agar lebih mudah berbicara dengan Aluna.             Flashback on             "Andre tunggu." Aluna berbicara sambil melambaikan tangannya, agar Andre bisa melihatnya.             Andre yang berada di dekat pagar sekolah hanya menganggukan kepala, mana mungkin ia meninggalkan Aluna. Tapi sayang, kesialan sedang menghampiri Aluna sepertinya, perempuan berambut panjang itu di tabrak oleh seseorang, menyebabkan pop ice coklatnya jatuh membasahi seragamnya.             Flashback off             "Iya, yang nabrak gua waktu itu," ucap Aluna setelah mengingat perempuan itu.             Putri, tersenyum malu, "Ma’af ya," katanya lagi.             Aluna menganggukan kepalanya, padahal masalahnya hanya sepele, tapi kenapa orang-orang seperti takut kepadanya, setelah mengangguk, Aluna kembali berfokus pada pekerjaanya, menunggu kabar dari Andre.              Derap langkah kaki Ibu Rosa menuntut Aluna untuk berhenti berpikir, saatnya ia fokus kedepan, dan Andre..., ia masih belum kembali ke sekolah, laki-laki itu memang semaunya sendiri, jadi tidak salah kan, kalau kadang Aluna mengekang laki-laki itu?             Mata semua siswi mau pun siswa teperangah kepada siswa baru yang dibawa Ibu Rosa.             "Perkenalkan diri," ucap Ibu Rosa, di depan sana.             "Saya Rama Gilang Pradana, baisa dipanggil Rama," laki-laki itu berucap, dengan padat, dan jelas.             "Oke anak-anak, kalau mau tanya-tanya, nanti saja waktu istrahat," sambung Ibu Rosa, guru yang mengajarkan pelajaran IPA, termasuk guru yang sedikit kiler, "Silahkan kamu duduk di...," perkataan ibu Rosa terhenti, matanya mulai jeli melihat bangku yang tidak berpehuni di kelas itu.             "Di situ, di samping Aluna itu," ucap ibu Rosa menunjuk samping kursi yang sedang di duduki Aluna, tempat di mana kursi itu untuk Andre.             Rama pun beranjak dari depan keals menuju kursi yang di tunjuk ibu Rosa, ia rasanya sedang mendapatkan hadiah, bagaimana tidak, ia baru masuk dan duduk di samping cewek cantik seperti Aluna, surga bagi laki-laki.             Lalu, kabar Andre bagaimana?                                                                             ---
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD