Bab 1 - Gara-gara karcis

1133 Words
Amanda duduk di sebuah bangku yang ada di arena permainan arkade itu, ia masih mencoba menghapus air matanya. Tangannya terasa kaku serta pegal karena berkali-kali melemparkan bola basket tanpa pemanasan dahulu. Amanda menundukkan pandangannya, ia malu karena beberapa pengunjung kini tengah memperhatikannya. Ia mencoba menahan air matanya yang hendak keluar lagi, sebisa mungkin. Gue selalu ada buat lo, xel. Kenapa lo tega banget sih, putusin gue dengan cara yang nggak baik? Tiga tahun bukan waktu yang singkat. Gue tau, gue sadar, selama ini gue banyak kurangnya. Tapi kenapa kayaknya gue susah buat nerima ini semua? Amanda merogoh sling bagnya, ia kembali mengecek ponselnya. Ada beberapa pesan yang dia dapatkan dari Dilla. Cewek itu sekarang pasti sedang kebingungan mencari keberadaan Amanda. Namun, Amanda tetap mengabaikan pesan tersebut, dan beralih ke aplikasi twitter.   @Exceeeel___ @amandaagyna Nda, kamu dimana? Mau aku jemput nggak? 1 Minute Ago. Amanda tertawa sinis, masih berani ya, Excel, menawarkan untuk menjemputnya? Padahal tadi, cowok itu memutuskannya dalam waktu kurang dari tiga detik. Itu sih namanya cowok k*****t. "Ini nih mbak, karcisnya. Saya nggak mau karcis itu, kan yang main mbak... Saya taro sini aja ya?" Amanda mendongak, raut wajahnya berubah menjadi kesal karena yang ia dapati adalah laki-laki berambut kribo yang mirip karakter Shaun The Sheep tadi. Cowok itu membawa ratusan karcis yang Amanda dapatkan dari permainan tadi. Namun, Amanda tidak membutuhkannya. Cewek itu malah berdecak sebal “Udah buat lo aja.” Kata Amanda. Cowok itu menggeleng, “Jangan dong, kan sayang bisa dikumpulin terus dapet hadiah.” Amanda makin kesal, ia kembali berdecak, “Kenapa sih disuruh ambil aja susah? Gue ngasihnya gratis kok gak bayar.” “Bukannya gitu mbak, ini kan....” “Gue bukan mbak lo, gue punya nama.” Kata Amanda sinis. “Yaudah siapa namanya, mbak?” “Amanda.” Cowok itu menganggukan kepalanya mengerti, “Arka.” Balasnya. “Ka! Ngapain lo? Ayo balik!” Arka menengok ke belakang setelah mendengar temannya memanggil. “Iya, bentar yan!” balas Arka setengah berteriak. Arka kembali fokus pada Amanda, ia menatap cewek itu, lalu meletakkan karcis-karcis itu di pangkuannya. Lalu, Arka melangkah menjauh. “Semoga bisa ketemu lagi ya, Amanda.” Kata Arka sebelum pergi.   *   Arka masih tidak habis pikir, ia akan menemukan cewek seperti Amanda di area permainan arkade game seperti tadi. Cowok itu tertawa kecil saat mengingat bagaimana ekspresi Amanda ketika kesal padanya tadi. Arka mengakui, bahwa Amanda sangatlah cantik. Namun, ia juga berkali-kali berpikir, bagaimana bisa cewek cantik seperti Amanda menangis dan bermain arkade game sendirian? Menurut kesimpulanya, Amanda sedang patah hati. Bisa jadi, kan? “Itu tadi siapa, Ka?” tanya Adrian, sambil melipat karcis hasil permainannya. Cowok itu sesekali menyomot kentang goreng yang ada di meja. Setelah puas bermain arkade game, mereka memutuskan untuk makan di restoran cepat saji yang hidangannya terkenal itu, ayam goreng. Restoran cepat saji favorit banyak kaum. Arka mengangkat bahunya, “Nggak tau, cuma dia ninggalin karcis banyak banget pas abis main basket. Terus nangis-nangis gitu, kayaknya sih patah hati.” Jelas Arka. “Cantik tapi.” Puji Adrian, yang memang juga menyadari kecantikan Amanda tadi. “Iya, cantik.” Sahut Fabian. Adrian dan Fabian adalah sahabat Arka sejak SMP. Saat ini, mereka sedang dalam masa liburan untuk mempersiapkan masuk ke SMA. Dan Arka serta Adrian memutuskan untuk masuk ke sekolah yang sama, SMA Adhi Bangsa. “Ya... Emang cantik sih.” Kata Arka. “Yee... Awas lo naksir, siapa emang namanya?” goda Fabian, dan kini giliran cowok itu yang menghitung karcis hasil dari permainannya. “Ya gila kali lo ya, Bi? Gue udah punya Dea, juga.” Bantah Arka, “Namanya Amanda.” “Bi, lo udah mutusin mau masuk SMA mana? Nggak mau bareng kita lagi aja?” tanya Adrian, mengalihkan pembicaraan yang sejujurnya tidak penting-penting amat baginya yang anti banget sama cewek. Fabian menghela napasnya, “Gue mau pindah ke London, dan sekolah di sana.” Jawabnya. Arka dan juga Adrian sama-sama terkejut mendengar jawaban Fabian barusan. Bagaimana mungkin Fabian tega meninggalkan kedua sahabatnya itu dan pergi jauh ke London? “Jauh banget! Lo nggak lagi bercanda kan?” tanya Arka, pandangannya penuh selidik. Fabian menggeleng dengan keras, “Ya nggak lah, bokap gue ada urusan di sana jadi gue sekeluarga juga pindah ke sana.  Itu mau nyokap juga, sih.” Jelasnya. Kekecewaan terlihat jelas di raut wajah Arka dan juga Adrian, karena mereka pikir, mereka bisa bersama-sama hingga masa remaja mereka selesai. Namun, dengan berat hati Arka menepuk bahu Fabian. “Kalo liburan, mampir ke kita ya.” Kata Arka, ia tersenyum. Sementara, Adrian mencibir. “Cih, nggak ada pantes-pantesnya lo sedih-sedihan begini.” Lalu mereka bertiga tertawa, menghabiskan waktu di sore hari yang belum tentu akan terulang lagi jika Fabian pindah ke London.   *   Amanda dengan malas turun dari taksi, lalu berjalan ke arah rumahnya. Namun, langkahnya terhenti saat melihat motor serta orang yang sudah tidak asing lagi baginya berdiri di halaman rumahnya. Sementara, orang itu kini sedang mengobrol bersama Azriel, abangnya. Ya, itu Excel. Ngapain sih itu k*****t masih ke rumah gue? Batinnya. Amanda berjalan dengan kesal menuju motor Excel, lalu sontak menendang motor tersebut sekuat tenaga hingga motor itu dengan sukses terjatuh dan menyebabkan bunyi yang cukup keras. Karena mendengar bunyi tersebut, Excel dan juga Azriel yang sedang mengobrol dengan terkejut memandang Amanda. Bodo amat! Kalo motor itu jatoh, emang bisa ngerasain rasa sakit kayak yang gue rasain sekarang?! Amanda melemparkan pandangan paling nyolot yang ia punya kepada Excel, dan cowok itu kini sedang berjalan menghampirinya. Sedangkan Azriel memutuskan untuk masuk ke dalam rumah tanpa ingin ikut campur ke masalah mereka berdua. Setelah memposisikan motornya seperti semula, Excel langsung menatap Amanda dalam. Jelas sekali diraut wajahnya bahwa ia merasa bersalah. Meskipun tentunya, Amanda jelas tidak peduli. “Ngapain lo di sini?!” tanya Amanda dengan suara yang lantang, ia menempatkan kedua tangannya di pinggangnya. “Maaf, Nda. Aku nggak bisa jelasin langsung di telepon tadi.” Kata Excel, ia mencoba meraih tangan Amanda, sementara cewek itu langsung menepisnya. “Buat apa lo  jelasin sih? Lo mutusin gue aja nggak ada tuh tiga detik lo ngomong, langsung dimatiin. Gue pun nggak sempet ngomong apa-apa tadi.”  Sahut Amanda kesal.. “Maaf, maaf banget. Tadi pikiran gue juga kalut, Nda. Gue nggak bisa langsung jelasin, dan sekarang gue dateng buat jelasin.” Amanda menghela napasnya, dan dalam hati, ia juga ingin mengetahui apa alasan Excel memutuskannya. Ada apa dengan cowok itu sampai-sampai merelakan tiga tahun waktu mereka bersama begitu saja? “Oke, jelasin.” Ucap Amanda setelah memutuskan. Sekarang, giliran Excel yang menghela napasnya. Cowok itu jelas sedang mencoba menahan dirinya untuk tidak menangis atau pun merengek di hadapan Amanda. “Gue ngehamilin anak orang, Nda.” Jelas Excel, “gue nyesel, gue minta maaf sama lo...” lanjutnya. Mata Amanda melebar, dan ia makin tidak habis pikir dengan cowok yang kini berada di hadapannya. Cowok yang sangat dicintainya, cowok yang baru saja memutuskannya lewat telepon dan cowok yang baru saja lulus dari SMP! Apa ini nggak gila? Bagaimana bisa Excel ngehamilin anak orang? Amanda menelan ludah karena tenggorokannya terasa kering, ia tidak sanggup untuk menahan air matanya. Cewek itu buru-buru menghapusnya, lalu merubah raut wajahnya. Amanda benar-benar harus melepaskan Excel. “Gue nggak percaya.” Kata Amanda tiba-tiba, “lo udah mastiin kalau itu beneran anak lo?” tanyanya. Excel mengangguk, “Gue minta maaf.... Gue harus tanggung jawab dan, gue harap lo ngerti, Nda,” katanya. Benar. Excel harus tanggung jawab kepada cewek yang sudah dihamili olehnya, dan ia harus menikahinya. Tidak mungkin kan, Amanda memohon agar Excel tidak bertanggung jawab? Amanda menepuk bahu Excel, ia mencoba tersenyum walaupun rasanya sangat sulit. “Lo pasti bisa, semoga berhasil.” Katanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD