bc

Hades, Love in Underworld

book_age18+
949
FOLLOW
7.8K
READ
stalker
dominant
drama
bxg
mystery
male lead
campus
rebirth/reborn
school
like
intro-logo
Blurb

Mengandung adegan dewasa, bijaklah dalam memilih bacaan.

"Aku tidak berselingkuh, Persefone... "

Kembali Ivy terbangun dari tidurnya setelah mendengar kalimat itu dari seseorang. Ia bahkan sudah mendengar kalimat itu sejak dirinya berumur delapan belas tahun. Di umurnya yang baru menginjak delapan belas tahun itu, Ivy mengalami hal-hal aneh di sekitarnya. Dia seperti diikuti oleh seseorang selama dua puluh empat jam. Ivy tidak berpikir jika orang yang mengikuti dan mengawasinya dari kegelapan adalah Hades, Dewa kematian alam Underworld. Di mana kisah cintanya di masa yang sudah lama menunggu untuk menangkapnya lagi.

chap-preview
Free preview
Stalker
Aku adalah misteri. Aku juga penguasa ketakutan. Juga penjaga jiwa setelah kematian. Ironi atas takdir cintaku. Menolak melepaskan seutas benang jiwa yang harus diambil. Sedang aku adalah pembawa maut. Dan aku membenci julukan itu. Karena satu sebab yaitu menyelamatkan Dewi musim semiku. > > Menyaksikan pergeseran warna pada angkasa dari warna gelap yang ke warna terang merupakan pemandangan menakjubkan bagi Ivy. Setiap hari ia biasanya menunggu peristiwa alam tersebut untuk sekedar mengaguminya. Namun tidak untuk hari ini. Ivy memutuskan pagi ini yaitu hari pertama ia mengijak delapan belas tahun, menjadi hari bermalas-malasan. Ivy siap berkencan dengan tempat tidur sampai ada teman yang mengedor pintu apartemen dan menginvasi apartemennya dengan segala kekacauan yang biasa para gadis lakukan. Rasanya Ivy sudah sangat siap untuk melawan kegilaan mereka. Hanya saja sebelum agresi teman-temannya tiba, Ivy perlu mengisi staminanya. Usia delapan belas tahun adalah usia yang istimewa bagi setiap gadis demikian pula dengan Ivy. Dia bisa berkencan, mengikuti ujian Sim, pergi ke bar atau lainnya. Yang pasti dia bisa secara penuh memiliki hidup tanpa aturan konyol orang tuanya yang over protekstif. Semua ia awali dengan pindah ke apartemen dan lepas dari ibunya tepat sehari sebelum usia delapan belas tahun. Hal ini sudah menjadi impian seumur hidup Ivy. Rasanya hidup menjadi lebih mudah karena tidak akan ada lagi teriakan dari bawah yang ibunya lakukan di bawah loteng. Persefone... Deg. "Hah? " Ivy tersentak, mengernyit dan membuka matanya perlahan. Matanya berkedip-kedip untuk menyesuaikan cahaya yang belum dibagikan sang surya secara penuh. Suara serak nan dalam itu berhasil menarik Ivy dari mimpi sekaligus membuatnya bangun dan terduduk karena terkejut. "Persefone? Apa ada yang berlatih teater di pagi hari? " gerutu Ivy. Yang ia ingat Persefone adalah dewi musim semi orang-orang Yunani. Ivy pun melihat sekitarnya, memasang indra pendengarannya untuk menangkap suara bariton yang seksi itu. Namun nihil. Dalam kamar yang hanya diterangi lampu tidur, tidak ada suara apapun selain pesawat yang sesekali lewat. "Tidak ada suara apapun, apa aku sedang bermimpi tadi. Huft..." Dia pun kembali berbaring sembari menutup mata hijaunya karena tidak ingin hari bermalas-malasan yang ia rencanakan kacau. Terutama oleh suara yang harus ia akui...Seksi. Sayangnya tidak cukup untuk membuka matanya lebar-lebar, bagi Ivy tempat tidur seribu kali lebih memikat dari suara seksi itu. "Ugh..." rintih Ivy. Tak lama berselang, Ivy tiba-tiba merasakan atmosfer di kamarnya begitu mencekam. Seolah ada hal asing mendatangi dirinya yang terbaring di kamar. Dia bahkan bersumpah jika mendengar suara langkah kaki menuju ranjangnya. Tap. Tap. Semakin lama, suara langkah kaki itu semakin jelas. Semakin dekat dan terus mendekat. Tap Suara langkah kaki itu berhenti ketika berada tepat di sisi ranjang Ivy. Gadis itu ingin bangkit dan berteriak, tapi ada sesuatu yang terjadi pada tubuhnya. 'Ada apa ini, ' batin Ivy. Dia merasakan tubuhnya begitu berat dan tidak bisa bergerak sedikit pun. Tubuhnya seolah menjadi batu, hal tersebut diperburuk karena bulu kuduknya merinding dari ujung kaki hingga leher. 'Mengapa aku tidak bisa bangun? Tubuhku bahkan seperti patung.' Semua semakin mengerikan saat Ivy merasakan ada seseorang yang membelai wajah dan rambut pirang kemerahan miliknya. Ivy pun mulai panik karena takut jika ada psikopat yang masuk ke apartemennya. Dia tidak menyangka jika awal ia berumur delapan besar tahun, dirinya akan merasakan pengalaman mengerikan yang tidak ia butuhkan. Persefone.... Lagi-lagi dia mendengar suara yang memanggil nama dewi Yunani. Hanya saja Ivy tidak tau apa hubungan suara itu dengan kondisi tubuhnya yang tiba-tiba membeku seperti ini. Ivy sangat ketakutan tapi tidak bisa berbuat apapun. Ia hanya bisa pasrah menanti hal buruk yang terjadi padanya. "Ugh... Hah! " Begitu tubuhnya bisa digerakkan, Ivy langsung bangun dan terengah-engah seperti ikan yang dipisahkan dari air. Dia mendudukkan dirinya dan meraih gelas air minum untuk menenangkan diri. "Apa itu tadi? Apa aku sedang bermimpi? " tanya Ivy pada dirinya sendiri. Dia kembali mengamati kamarnya yang kosong dan terkunci. Kini dia takut sekaligus bingung pada apa yang ia alami barusan. "Ya itu tadi pasti hanya mimpi, kejadian tadi pasti karena efek tubuhku yang tidak terbiasa bangun siang. " Gadis itu berusaha menenangkan pikirannya dengan alasan positif. Dia mengambil sebab terlogis untuk menjelaskan kejadian tadi. Bagaimanapun Ivy tidak membutuhkan energi negatif di awal hari kebebasannya. "Lebih baik aku tidak meneruskan niatku bermalas-malasan. " Ivy kini tidak memiliki niat berkencan dengan tempat tidurnya yang nyaman. Peristiwa tadi sukses membunuh keinginannya untuk bermalas-malasan. Gadis itu berpikir akan lebih baik jika menyiapkan diri sebelum temannya datang. Mereka pasti tidak akan melewatkan kesempatan untuk menghancurkan apartemennya. Dengan langkah malas, ia menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Namun suara telepon berdering sebelum ia melangkahkan kaki. Drrtt. Drrtt. Angel is calling.... "Ya, halo? " "Ivy, kami akan menuju ke tempatmu. " "Apa? Hei, aku tidak yakin itu ide yang bagus. " Sesusi dugaan tapi Ivy berpura-pura menolak, sebab dia tau jika keras kepala Angel bahkan melebihi batu sekalipun. Gadis itu tidak pernah menerima kata tidak. "Kenapa tidak. Kau sekarang sepenuhnya bebas, Girl. Kita perlu merayakan kebebasanmu itu. " "Kemarin kita sudah merayakan ulang tahun ku sampai malam. Dan aku terlalu lelah membersihkan kekacauan yang kalian buat. " "Itu bukan alasan. Kami akan ke sana tiga puluh menit lagi. " "Baiklah. Kau menang. " Ivy tersenyum dan meletakkan teleponnya. Ia melanjutkan langkahnya untuk membersihkan diri. Lampu menyala begitu kaki Ivy memasuki kamar mandi. Ini membuatnya semakin menyukai apartemen baru pilihan Lilac, sang ibu. Terutama dengan dinding dengan warna pastel yang hangat. Sangat romantis jika dipadukan dengan lilin aroma terapi dan beberapa kelopak bunga. Ivy mendekat ke cermin berbingkai oval. Bingkainya sangat cantik dengan ukiran bunga dan buah berwarna perunggu. Hal yang tidak singkron mengingat kamar mandi ini bergaya modern. "Siapa perduli. " Tanpa ia sadari, Ivy mengusap-usap cermin tersebut. Ia begitu terpukau dengan cermin hingga terus menerus memandangnya tanpa berpaling. Semakin lama ia merasa melihat pantulan wajahnya di cermin menjadi seseorang yang bukan dirinya meski mirip. Wanita di cermin nampak bersinar dengan senyum murni yang menenangkan. Tanpa sadar Ivy pun ikut tersenyum sampai ia mendengar sesuatu. Byur.... Hah?! Ivy tersentak lalu berpaling ke arah bathup yang tadi terdengar seperti ada suara orang yang menceburkan diri ke dalam bathup. Suara itu begitu keras dan nyata tapi ternyata tidak ada yang terjadi. Bathup dalam kondisi normal tanpa riak atau apapun yang aneh. "Lagi-lagi aku terkejut untuk hal yang tidak perlu. " Sayangnya gangguan yang Ivy hadapi tidak berhenti. Kali ini sudut mata Ivy menangkap bayangan tinggi hitam di cermin. Deg. Deg. Deg. Kali ini Ivy tidak berani menoleh secara langsung. Bayangan itu terlihat jelas tertangkap di sudut matanya, dan menatapnya dengan mata merah. Ivy begitu tegang hingga dahinya berkeringat dingin. Butuh kekuatan besar untuk menoleh ke cermin. Ivy harus mempersiapkan diri untuk melihat hal yang tidak diinginkan. Ia pun melakukannya. Kosong. Seperti sebelumnya, tidak ada apa pun yang aneh di cermin. Semuanya normal, tidak ada yang salah atau hal aneh. Ivy begitu lega hingga menghembuskan nafas keras-keras. "Mengapa aku terus berhalusinasi. " Ivy pun melanjutkan acara mandi yang berkali-kali tertunda oleh hal-hal yang tidak bisa ia jelaskan. Kali ini Ivy bertekad untuk tidak lagi mengosongkan pikiran. Dia tidak memiliki waktu meladeni suasana mistis di saat teman-temannya siap mengacau di apartemen barunya. Ivy segera membersihkan diri dan keluar dari kamar mandi. Yang dirasakan Ivy bukanlah sebuah halusinasi. Sosok tak kasat mata---menatapnya dengan mata merah yang penuh kesedihan dan rasa rindu. Pria itu berdiri tanpa kenal waktu mengawasi gerak gerik sang kekasih yang terpisahkan darinya. Hades.... Pria yang tidak pernah takut pada apapun karena posisinya yang menjadi sumber rasa takut alam semesta, tapi sekarang merasa tak berdaya oleh gadis yang ia tunggu kelahirannya selama ribuan tahun. Semua itu karena satu alasan yaitu cinta. Hades, sang dewa alam bawah berhasil menemukan belahan jiwanya yang ia titipkan pada Dementer. Kesalahpahaman kejam telah merenggut Persefone yang cantik dari pelukan Hades, membawanya ke musim dingin terpanjang yang pernah ada. Itu semua karena Dementer segera menghilang setelah mendapatkan jiwa Persefone dengan satu tekad yaitu agar Hades tidak bisa lagi bertemu dengan belahan jiwanya. Hades tak henti menjelajah dunia demi menemukan Dementer. Dia menembus langit dan lautan untuk mencari dewi yang membawa jiwa kekasihnya. Tahun yang berlalu tak menghentikan dirinya mencari, sampai akhirnya, Hades berhasil menemukannya di kota London. Itu karena perisai pelindung dari Dementer tidak bisa bekerja secara optimal jika mereka terpisah oleh jarak. "Akhirnya aku bisa menemukanmu tepat di usiamu yang ke delapan belas tahun, Core..." ucap Hades. Mata merahnya tidak lepas dari sosok Ivy. Dia bahkan mengepalkan tangannya karena karena menahan diri untuk tidak memeluk sang kekasih yang ternyata sudah lahir kembali. Hades pun melebur bersama kegelapan yang sewarna dengan surainya. "Kali ini, aku tidak akan membiarkan siapapun akan menghalangi cinta kita. Persefone... " Tbc.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Crazy In Love "As Told By Nino"

read
280.0K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
50.2K
bc

Playboy Tanggung Dan Cewek Gesrek

read
462.9K
bc

ARETA (Squel HBD 21 Years of Age and Overs)

read
58.2K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.5K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
55.4K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook