bc

The Baby Sitter

book_age18+
816
FOLLOW
12.8K
READ
HE
curse
confident
boss
sweet
bxg
campus
office/work place
enimies to lovers
assistant
like
intro-logo
Blurb

Kisah ini merupakan lanjutan dari Cinta Tanpa Syarat. Agar tidak bingung dengan alur dan tokohnya, disarankan untuk membaca cerita pertama dulu...

David tak menyangka kalau patah hati akan sepahit ini. Ditinggal menikah oleh ibu dari anak kandungnya benar-benar menyentil ego dan meluluhlantakkan hatinya, apalagi dulu gadis itulah yang mengejar-ngejarnya lebih dulu. Namun roda memang berputar, kini giliran David yang terpuruk. Di saat ia baru menyadari kalau cintanya pada Laura telah tumbuh sejak lama, Laura telah menemukan pelabuhan hati yang baru karena merasa hanya dijadikan pelampiasan dendam David yang marah akibat perselingkuhan orang tua mereka dulu.

Hanya Devan, anak dari hasil hubungan terlarangnya dengan Laura yang menjadi penghibur lara hatinya. Tapi Devan belum mau diajak tinggal bersamanya, ia hanya mau tinggal bersama David kalau wanita yang mengasuhnya sejak masih bayi ikut dengan mereka. Hal ini yang membuat David bingung karena sejak awal berjumpa dengan Dian, hubungan mereka tidak berjalan dengan baik. David menganggap gadis itu hanya memanfaatkan keberadaan Devan untuk keuntungan pribadinya. Sementara Dian menganggap David adalah orang yang ketus dan sombong.

'Kenapa kamu menghalangi Devan ikut dengan saya, apa kamu takut kehilangan sumber penghasilan? ingat, status kamu hanya pengasuh, berapa yang kamu minta, saya akan penuhi, tapi lepaskan anak saya, jangan kamu racuni pikirannya'

-David Leonardo Mc Kenzie-

'Saya tidak pernah mengambil keuntungan dari Devan, silahkan kalau kamu mau bawa dia. Sepeserpun saya tidak sudi menerima uang dari kamu'

-Diandra Amelia-

chap-preview
Free preview
INVITATION
David menatap nanar undangan berwarna putih dan emas yang diletakkan oleh Ayu, sekretarisnya, di mejanya barusan. Tanpa membaca isinya pun ia tahu siapa yang mengirim undangan itu. Ia tahu nama kedua calon mempelai yang tertulis di dalam undangan mewah yang belum dibukanya itu tapi hatinya menolak untuk mempercayainya. Ia menganggap semua ini hanya mimpi buruk dan akan hilang saat nanti ia terbangun dari tidurnya. Tapi ia tidak sedang tidur. Selain itu, ini juga bukan jam tidurnya, saat ini ia juga sedang berada di kantornya yang sama sekali tak memungkinkan baginya untuk tidur saat sedang bekerja. Tapi walaupun sudah berkali-kali menyakinkan diri sendiri kalau ini nyata, hatinya tetap menolak untuk percaya. Ia tak percaya kalau Laura benar-benar akan menikah. Bukan menikah dengannya seperti yang telah berulangkali ia coba usahakan, baik dengan cara melamar gadis itu secara langsung maupun menyatakan niatnya melamar kepada ayah Laura yang malah menjawabnya dengan pukulan di wajah. Kalau saja rasa penyesalan bisa ditukar dengan emas, mungkin David sudah akan menjadi orang paling kaya di dunia karena memiliki emas yang tinggi dan panjangnya melebihi deretan pegunungan Himalaya. Ya sekarang sepertinya hidup David akan semakin dipenuhi dengan penyesalan. Ia menyesali saat di mana ia memergoki ayahnya berselingkuh. Ia menyesali saat dengan sengaja ia menjebak Laura dalam hubungan terlarang di pesta perpisahannya malam itu. Ia menyesali kenapa terlambat mengetahui kalau Laura hamil akibat ulah bejatnya. Ia menyesali kenapa tak berhasil membujuk Laura untuk menikah dengannya. Dan masih banyak penyesalan-penyesalan lain yang David rasakan yang berkaitan dengan hubungannya bersama Laura. Satu-satunya hal yang tak disesalinya adalah Devan. Ya, ia merasa bersyukur bisa memiliki anak itu. Walaupun Laura menolak lamarannya tapi gadis itu masih bermurah hati dengan mengijinkan David memiliki hak asuh atas Devan. Ya, meskipun sampai sekarang pun David belum seratus persen memenangkan hati anak itu. Jangankan diajak pindah ke rumahnya, untuk menginap pun Devan masih menolak. Anak itu hanya mau datang dan menginap di rumahnya kalau Laura atau Dian ikut bersamanya. Ya Dian, wanita yang telah mengasuh dan merawat Devan sejak bayi. Pernah David mencoba memaksa Devan untuk pergi bersamanya, kala itu Laura sedang pergi ke Surabaya sehingga tidak bisa menemaninya menjenguk Devan, Tapi anak itu malah menangis dan merajuk yang berujung gagalnya rencana David menghabiskan akhir pekan bersama anaknya. Dan David menyalahkan Dian yang dianggapnya mempengaruhi Devan agar tak mau pergi bersamanya. Ujung-ujungnya Dian pun tak terima atas tuduhannya lalu mengadu pada Laura dan mengembalikan kartu ATM yang pernah David berikan yang berisi uang untuk biaya hidup Devan. Sejak saat itu hubungan David dan Dian pun menjadi canggung. Tiap kali David datang ke Depok untuk menjenguk putranya, sebisa mungkin Dian tidak menampakkan diri dan hanya ibunya yang keluar untuk menyambut David. Ada beberapa kali momen yang tak dapat dihindari saat Dian terpaksa ikut pergi bersama Devan dan David, gadis itu tak pernah sekalipun berbicara padanya, Devan lah yang menjadi perantara di antara mereka. Anak itu sepertinya mengerti kalau hubungan antara David dan Dian tidak baik-baik saja. Entah kenapa setiap berada di dekat Dian, David merasa mood-nya langsung berantakan. Tatapan gadis itu seperti 'menghakimi' dirinya. Walaupun mereka tak pernah berbincang selain saling menyebutkan nama saat pertama kali Laura memperkenalkan mereka, David merasa gadis itu tahu segalanya. Ya mungkin saja Laura telah menceritakan latar belakang Devan bisa hadir ke dunia kepada Dian. Itulah sebabnya David pun tak pernah bersikap ramah pada Dian. Ia cenderung dingin dan ketus, tak lain disebabkan alam bawah sadarnya yang merasa kalau Dian seperti menantangnya untuk berlomba mendapatkan perhatian Devan. David merasa Dian bersikap seolah-olah Devan adalah milik gadis itu. David percaya kalau sedikit banyak Dian telah mempengaruhi Devan dengan segala cerita buruk tentang dirinya sehingga sampai sekarang Devan belum sepenuh hati menerimanya sebagai ayah kandung, itu terlihat dari Devan yang selalu menolak dan tidak mau pergi bersamanya kalau tidak ditemani oleh Laura ataupun Dian. Dan sekarang ini dengan akan diresmikannya pernikahan antara Laura dan Andre tentu saja David tak bisa lagi meminta Laura untuk sering-sering menemaninya menjenguk Devan. Bagaimanapun ia harus menghargai posisi Andre sebagai suami Laura. Walaupun selama ini Andre tak pernah sekalipun ikut campur dalam urusan pengasuhan Devan antara dirinya dan Laura, tapi David juga tak ingin disangka menjadi orang ketiga dalam hubungan Laura dan suaminya. Pernikahan itu hanya untuk dua orang, suami dan istri, titik. Itu prinsipnya. Ia tidak mau kejadian yang menimpa rumah tangga kedua orang tuanya akan berulang pada rumah tangan Laura. Gadis itu juga berhak bahagia, ia tak ingin merusuhinya. Kalau kemarin-kemarin ia masih berusaha membujuk Laura untuk menikah dengannya itu karena Laura dan Andre masih berstatus sepasang kekasih dan belum resmi menikah, tapi kalau nanti sudah menikah resmi tentu lain ceritanya, ia tak mau dianggap sebagai pebinor. David harus memikirkan bagaimana caranya agar Devan mau tinggal bersamanya tanpa harus ditemani oleh Dian. Terus terang ia kurang sreg dengan gadis itu. Kalaupun nanti ia harus membayar pengasuh, ia akan mencari orang lain untuk membantu maminya merawat Devan. David meraih ponselnya dan menghubungi sebuah nomor. ***** Laura berjalan bergegas memasuki sebuah restauran tempat janji temunya dengan David. Sesampainya di pintu masuk seorang pelayan menyambutnya. Setelah Laura mengatakan keperluannya, pelayan itu mengantarkannya ke meja di mana David sudah duduk menunggunya. Laura mengucapkan terima kasih pada pelayan itu dan melangkah menghampiri laki-laki itu. "Hi, sorry I'm late," sapa Laura. David mengangkat wajahnya dari ponsel yang sedari tadi dipandanginya. "Oh, never mind," sahut laki-laki itu, "Aku juga belum lama sampai." Laura duduk di hadapan David sambil meletakkan tas tangannya di samping kursi yang didudukinya. "Mau pesan apa?" tanya David sambil membuka buku menu yang tadi diberikan oleh pelayan. Laura menelusuri deretan daftar menu di hadapannya. "Aku mau onion soup dan poulet sandwich, minumnya ice tea," ujar Laura. "Dessert?" "Nanti aja," Pelayan mencatat pesanan Laura, sementara David memesan premium fillet dan minuman yang sama dengan yang dipilih Laura. "Aku telah menerima undangan kalian," kata David setelah pelayan pergi untuk menyiapkan pesanan mereka. "Congratulation." "Oh ya, thanks," jawab Laura, "Kami berharap kamu bisa hadir." David tak menjawab perkataan Laura, ia tak mau berjanji. "So, kamu mau bicara apa?" tanya Laura. "Aku mau minta tolong supaya masalah hak asuh Devan bisa diselesaikan sebelum kalian nikah," ujar David, "Sebentar lagi kan libur sekolah, aku mau coba ajak Devan pindah." Laura mengernyitkan dahi lalu menganggukkan kepalanya. "Ya, aku mengerti," jawabnya, "Dengar Dave, aku akan menghubungi pengacaraku untuk menyiapkan semua dokumen yang diperlukan, nanti setelah semua siap kita bisa tanda tangan bersama. Jika sampai saat aku menikah dokumen itu belum selesai, ya nanti aku coba bujuk Devan pindah ke rumah kamu dulu, dokumennya bisa menyusul." "Baiklah kalau begitu. Tapi kamu benar bisa bantu bujuk Devan kan? Kamu tahu sendiri anak itu susah sekali aku ajak pergi kalau hanya berdua," keluh David. Laura terkekeh. "Dave, itu hal yang mudah, kamu tinggal ajak Dian untuk menemani, pasti Devan mau," ujar Laura. "Ck, kamu tahu sendiri, aku kurang cocok dengan gadis itu," tolak David. "Tapi setidaknya untuk permulaan kamu harus menurunkan egomu, untuk sementara ajak Dian untuk menemani Devan. Nanti setelah Devan bisa beradaptasi Dian bisa pulang dan sesekali menengok saja," kedengarannya mudah, tapi Laura sendiri tidak yakin Devan akan mengijinkan Dian pulang jika sudah dari awal menemaninya tinggal di rumah David, pasti anak itu seterusnya tidak ingin ditinggal. "Apa kamu yakin akan se-simple itu?" tanya David ragu. Laura menghembuskan nafas panjang, "I'm not sure," ujar gadis itu. "Devan bisa begitu keras kepala," tambah Laura. Sebenarnya David ingin mencoba peruntungannya dengan menawarkan pernikahan sekali lagi kepada Laura, toh saat ini status Laura belum menjadi istri Andre, tapi ia takut permintaannya akan merusak mood Laura dan membuat pertemuan mereka hari ini berakhir buruk. Ia sudah beberapa kali mencobanya dan berakhir dengan kemarahan Laura. Setidaknya di pertemuan mereka kali ini ia ingin semua berakhir dengan baik karena mereka sedang mencoba bersepakat demi kebaikan anak mereka. Tapi tentu saja David tak bisa membohongi diri sendiri. Walaupun mencoba ikhlas tapi tak dipungkiri hatinya merasa sakit. Apalagi saat ia melihat Laura begitu bahagia menjelang pesta pernikahannya. Bahkan hari ini gadis itu tampak begitu mudah diajak bernegosiasi soal Devan. Tak ada kata protes atas permintaan yang David ajukan bahkan bersedia membantu mempercepat proses pengalihan hak asuh Devan kepadanya. Pelayan datang membawakan pesanan mereka. Semua makanan yang dihidangkan terlihat lezat dan Laura memakannya dengan lahap. David sedikit heran melihat Laura bisa menghabiskan kedua menu yang dipesannya tanpa sisa, padahal biasanya gadis itu tak pernah makan banyak. Sedangkan David justru kebalikannya. Dengan susah payah ia berusaha menelan makanannya. Makanan berharga mahal itu sudah pasti enak karena bukan sekali ini saja David makan disini dan ia memilih restauran ini karena memang terkenal dengan rasa masakannya yang lezat. Tapi entah kenapa siang ini makanan mahal yang dipesannya terasa pahit di lidah sehingga ia harus susah payah menelannya. Laura meneguk ice tea-nya lalu mengusap bibirnya dengan serbet. Gadis itu menatap David dengan pandangan heran. "Are you oke?" tanyanya. "Yeah, why?" David ganti bertanya. "Kenapa kamu tidak menghabiskan makananmu?" "Ah ya, tenggorokanku sedikit radang jadi sakit saat menelan," jawab David berbohong, "Aku sedikit susah menghabiskan makananku." "Seharusnya kamu jangan memesan minuman dingin," ujar Laura, "Mau aku pesankan lemon hangat? Itu bisa membuat tenggorokanmu terasa lebih baik." "No, tidak usah, I can handle it," jawab David, lalu ia mulai memotong steaknya lagi dan memasukkannya ke dalam mulut. Hening beberapa saat. Laura yang sudah menghabiskan makanannya sekarang sibuk menggulir layar ponselnya sementara David masih mencoba menelan makanannya dengan susah payah. Bukan karena sakit tenggorokan seperti yang dikatakannya pada Laura tadi tapi karena memang selera makannya sudah menguap. Tadi pagi saat ia menerima undangan pernikahan Laura dan Andre, dirinya masih berharap itu semua tidaklah nyata. Tapi sekarang saat dia tengah duduk berhadapan dengan Laura, ia tahu bahwa semua yang terjadi bukanlah mimpi tapi memang kenyataan yang menghantamnya tepat di d**a dan membuatnya sesak. "Laura," panggil David. Laura mengangkat wajahnya dari layar ponsel. "Ya?" "Are you happy?" tanya David. "Yes I am, aku sangat bahagia," jawab gadis itu, "Why?" David menghela nafas kasar tak langsung menjawab pertanyaan dari gadis di hadapannya ini. "Dave, please don't be like this," ujar Laura sambil menatap David lekat-lekat, "Berbahagialah." David menggelengkan kepalanya. "My happiness is gone," jawab David seperti seorang pecundang yang kalah perang. "No don't say that," potong Laura, "Masih ada Devan. Jangan biarkan ia melihatmu lemah seperti ini. Raih kebahagianmu." Kebahagiaanku adalah bersamamu, Laura, bisik David dalam hati. "Laura, if even once he hurt you, please let me know," kata David sungguh-sungguh. Laura hanya tersenyum tanpa menjawab. Tepat pukul satu siang Laura pamit karena masih banyak perkerjaan yang menunggunya di kantor. "May I hug you? For the last time?" tanya David setengah memohon. "Of course," jawab Laura sambil tersenyum lalu berdiri. David menghampiri gadis itu lalu memeluknya erat. Membaui harumnya, mematrinya dalam ingatan agar ia dapat mengingat momen ini selamanya. David mengecup puncak kepala Laura kemudian melepaskan pelukannya. "Thanks," kata David, "Be safe." "Ya, you too, thanks for the lunch," setelah mengambil tasnya gadis itu pun berjalan meninggalkan David yang masih menatapnya dengan pandangan nanar.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
191.9K
bc

Siap, Mas Bos!

read
14.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
103.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
208.1K
bc

My Secret Little Wife

read
100.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.8K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook