2

803 Words
"Ouhh emhh... Masth-terr. Ahh..." Baekhyun terus meracau, mendesah kuat, saat Chanyeol terus menaikkan volume vibrator yang ada di lubang anusnya. Chanyeol menyeringai, lelaki berumur dua puluh lima tahun itu duduk dengan menaikkan salah satu kakinya ke pahanya yang lain, menonton Baekhyun yang tersiksa. Entah mengapa, ia merasa bahwa desahan Baekhyun terdengar sangat khas, merangsang. Baekhyun semakin menggeliat tak nyaman, campuran akan rasa nikmat, sakit karena ujung penisnya yang di jepit sebuah ring hingga menahan orgasmenya, juga kedua kaki dan tangannya yang terikat di masing-masing ujung tempat tidur Chanyeol semakin membuatnya tersiksa. Tak lama, tubuh Baekhyun menegang, ia akan segera menjemput orgasmenya, nafasnya semakin memburu juga rintihannya yang semakin kuat, tapi ring di ujung penisnya yang menahan orgasmenya benar-benar terasa sangat menyiksa. Tuk. Chanyeol tiba-tiba mematikan vibratornya, sebelum klimaks Baekhyun sampai, membuat slave itu bernapas tak beraturan, dadanya naik turun, lantas menatap Chanyeol yang duduk di kursi kebesarannya. Baekhyun malah tersenyum, dengan mata bulan sabitnya. Memang seperti itu kan menjadi slave? Kau di permainkan. Melihat itu alis Chanyeol hampir bertemu. 'Bagaimana bisa ia tersenyum setelah tersiksa.' Kira-kira seperti itu yang terlintas di pikiran Chanyeol. Tapi itu tak lama, seketika Chanyeol langsung menunjukkan seringaiannya lagi. Lelaki dewasa itu berdiri, lalu melangkah menuju nakas di dekat tempat tidur, terlihat mencari sesuatu di sana. Mata Baekhyun membulat sempurna saat Chanyeol mengeluarkan lilin juga pemantiknya. Wajah Baekhyun tiba-tiba memucat, ia tak pernah suka dengan tetesan lilin, itu sangat menyakitkan menurutnya. "Kau takut?" Tak sadar ternyata Chanyeol telah memerhatikan gelagat Baekhyun. Baekhyun menggeleng ragu, tetap memaksakan senyumnya. Chanyeol tersenyum miring, tentu saja dapat menebak dari matanya jika anak ini ketakutan. Chanyeol membungkuk, mendekatkan bibirnya ke telinga Baekhyun, dan berbisik di sana. "Ini akan sangat nikmat, Bee..." ucapnya dengan nada sangat seduktif, membuat slave itu meremang, di tambah dengan suara berat Chanyeol yang memang seolah terbuat untuk menggairahkan lawan mainnya, membuat Baekhyun tiba-tiba terangsang, sedikit melupakan rasa takutnya. Chanyeol semakin menyeringai lebar saat api lilin itu hidup, ia menatap Baekhyun. "Mendesahlah. Jangan buat aku marah dengan kau yang mengeluarkan ringisan sakit." Baekhyun mengangguk, bersamaan dengan itu pula tetesan pertama tepat mengenai p****g kanannya. Mata Baekhyun lantas terpejam, berusaha menghalau rasa sakit, panas, dan perih dari tetesan itu, dengan mensugesti otaknya untuk merasakan nikmat. "Ahhhh... Hah-hah-hah... Eumh..." Baekhyun terengah. Setidaknya itu cukup berhasil, ia benar-benar merasakan nikmat walau perih masih tetap terasa. "Louder Baekhyun, louder." Chanyeol semakin menyeringai setan, saat bibir tipis nan merah Baekhyun kepayahan, mendesah. "AHHH... Mashh-ther. Anhh..." "Jangan pejamkan matamu, Baekhyun." Plak! Bersamaan dengan itu, sebuah besi yang memang sebelumnya sudah di pegang Chanyeol, menampar paha atas Baekhyun. Slave itu membuka matanya cepat, tak ingin tuannya marah. Ia langsung menyunggingkan senyumnya dengan napas yang tetap naik turun, terdengar seperti desahan. Tes... Tetesan kedua mengenai perutnya. Sekuat mungkin Baekhyun untuk tak terpejam, beralih dengan menatap manik hitam Chanyeol. Ia mendesah, terdengar alami dan sarat akan kenikmatan. "Good baby boy," ucap Chanyeol dengan nada rendah. Chanyeol mematikan lilinnya, yang langsung di sambut dengan kelegaan di hati Baekhyun. Jujur saja, lilin tetap tak akan pernah jadi yang ia suka. Chanyeol mengangkat besi dingin di tangannya, mulai menyusuri seluruh bagian tubuh telanjang Baekhyun dengan ujung besi yang menempel di sana, memberikan sensasi dingin yang terasa nikmat, membuat Baekhyun tanpa di suruh langsung mendesah kuat. "More-hh Master, more-hhh... Anhh... Eunghh-hh..." Bibir kemerahan alami itu mendesah hebat, membuat Chanyeol terus menatap wajah Baekhyun, sejujurnya sedari tadi dadanya bergejolak entah kenapa. "Sebut namaku, Baekhyun. Desahkan." Plak! "Ahhh dadd-yhh... Chanhyeol-ahh... Eumhh..." Plak! "Anghh... Chanyeol, more. I want more daddy-hhh..." Libidonya langsung naik drastis saat Baekhyun mendesahkan namanya langsung. Dan juga, bagaimana bisa desahan lelaki mungil itu benar-benar terdengar seksi. "f**k, Baekhyun," ucapnya dengan geraman. Lantas lelaki dewasa itu langsung melepaskan borgol di kedua kaki dan tangan Baekhyun, membuat lelaki mungil itu mengernyit samar. Srughh! Chanyeol tiba-tiba saja langsung menyerang Baekhyun dengan lumatan-lumatan kasar nan ganas dengan bibir tebalnya, membuat Baekhyun agak terkejut lantas berusaha mengimbangi lumatan tersebut. Tapi rasanya percuma, he is a good kisser look like, pikir Baekhyun. Tanpa di suruh Baekhyun membuka mulutnya, mempersilahkan lidah Chanyeol untuk bermain di dalamnya. "Anhhh dadd. Eunghh..." Desahan Baekhyun semakin tak terkendali, tatkala Chanyeol mengeksplorasi mulutnya, di tambah meraba putingnya yang sudah menegang, dan satu tangan lain milik lelaki dewasa itu mulai menelusup ke perut bagian bawahnya, menggapai k*********a. Chanyeol semakin menggila. Bau alami tubuh Baekhyun membuatnya mabuk, entah kenapa terasa seperti bau stroberi, lebih memabukkan dari wine yang sering ia teguk. Ciumannya terus turun ke rahang, dagu, hingga p****g, membuat slave itu semakin mendesah gila. Satu hal yang Chanyeol sadari, ini adalah pertama kalinya ia menyiksa s*x slavenya sangat sebentar dan cepat sekali merasa terangsang. Tak seperti dulu, ia bahkan bisa menghabiskan dua jam lebih melihat slavenya yang tersiksa, berbeda jauh dengan sekarang yang bisa di perkirakan hanya tiga puluh menit. Kejantanan Chanyeol terasa semakin mengeras di bawah sana. Maka, Chanyeol akan benar-benar menghabiskan Baekhyun malam ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD