Not For You

1635 Words
Jose terus berusaha untuk mendekati Palloma supaya bisa menyewanya hanya untuk semalam saja, tapi setelah 8 minggu tetap saja Jose belum berhasil. Palloma bahkan secara nyata menunjukkan sikap penolakannya terhadap Jose dengan beberapa kali dia lebih menerima disewa oleh pria lainnya tepat di hadapan Jose dan pergi meninggalkan Jose begitu saja bersama pria lain. Carlos tak mengerti dengan sikap Palloma yang terus menolak sang dokter itu dan sangat terlihat tidak menyukainya. "Kenapa kau terus menolaknya?" Tanya Carlos saat Palloma datang terlebih dahulu ke Bar sebelum Jose datang. "Dia tidak pantas untuk menyewaku, jadi untuk apa aku menerima dan melayaninya?" Sahut Palloma dengan santai. "What?! Tak pantas untukmu? Hei! Dia itu seorang dokter! lagipula dia sangat tampan dan terlihat seorang pria kaya dan berkelas! Lalu dari segi apa dia tak pantas untukmu?!" Protes Carlos. "Dari segi penglihatanku! Sudahlah! Jangan terus membahasnya! Atau kau saja yang menemani dan melayaninya!" Sahut Palloma kesal. "Tidak, dia bukan seleraku." Ucap Carlos dengan tersenyum lebar. "See?! Kau saja tak selera dengannya! Jadi tak usah lagi bertanya apa alasanku menolaknya!" Sahut Palloma dan Carlos hanya terkekeh menggelengkan kepalanya. "Hai." Sapa Jose yang mendadak sudah duduk di samping Palloma di sekitar meja bar. "Aku pulang, aku sedang tak enak badan. Bye." Pamit Palloma mencium pipi Carlos lalu meraih tasnya dan pergi keluar dari Bar. Jose hanya tersenyum menatap punggung Palloma yang berjalan menghilang di balik pintu. "Kau tak mengejarnya?" Tanya Carlos bingung dengan Jose yang tidak seperti biasanya. "Tidak, dia sedang butuh istirahat. Biarkan saja. Aku juga sedang ingin menikmati tempat ini." Sahut Jose tenang dan santai. Carlos pun segera menyajikan segelas bir besar pada Jose. "Minumlah! Aku traktir kau malam ini." Ucap Carlos tersenyum lebar. "Terima kasih, Carlos." Sahut Jose. Carlos melanjutkan pekerjaannya dan melayani tamu-tamu yang mulai datang, sambil tetap menatap ke Jose sesekali. Carlos semakin bingung karena Jose adalah seorang dokter, tapi tak sedikitpun mabuk setelah 3 gelas besar bir diminumnya, Jose juga tidak menanggapi para wanita jalang yang mencoba merayunya. Jose benar-benar hanya menjadi pengamat di club ini sepanjang malam, bahkan dia pulang paling akhir bersama Carlos saat pagi hampir muncul. "Carlos, dimana Palloma tinggal? Apa yang dia lakukan saat siang hari?" Tanya Jose saat berjalan berdua meninggalkan Bar itu. "Kau sengaja menungguku untuk mendapatkan informasi tentang Pall?" Carlos balik bertanya "Sangat terlihat ya?" Jose terkekeh sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, karena ketahuan maksud hatinya, dan Carlos pun ikut terkekeh juga. "Kenapa kau terus mengejar Pall? Kau hanya penasaran saja? Atau kau.....?" Pertanyaan Carlos tidak berlanjut, berpikir bahwa Jose akan segera menjawabnya. "Bagaimana jika aku mengatakan bahwa aku menyukainya? Apa kau akan percaya? Atau kau justru akan marah?" Jose balik bertanya, membuat Carlos tertawa seketika. "Kau?! Kau menyukai Pall?! Bagaimana mungkin?! Hei! Kau tahu kan, siapa Pall itu?!" Tawa Carlos karena terkejut bercampur bingung, bercampur tidak percaya dengan ucapan Jose. "Kenapa?! Pall, wanita yang cantik, dia juga sexy dan entah mengapa dia justru menolakku! Itulah yang membuatku semakin menyukainya!" Sahut Jose. "Apa kau sudah gila?! Atau kau sebenarnya mengidap penyakit parah di bagian otakmu? Hei! Kau seorang dokter! Kau tampan, cerdas, bahkan kaya! Mengapa kau justru menyukai wanita seperti Pall?!" Tanya Carlos sungguh bingung. "Bukankah kau yang mengatakan bahwa dia sebenarnya wanita yang baik? Kau juga pernah mengatakan bahwa dia bukanlah jalang yang sungguh-sungguh jalang. Jadi sangat wajar jika aku menyukainya." Sahut Jose. Carlos menghentikan langkahnya dan menatap heran pada dokter muda itu. Jose pun ikut berhenti dan tersenyum pada Carlos. "Sudahlah, jangan menatapku seperti itu, aku tak akan bisa membalas cintamu jika kau sampai jatuh cinta padaku." Goda Jose sambil tertawa. "Sial! Aku memang penyuka sesama pria, tapi kau sungguh bukan seleraku!" Protes Carlos lalu mereka lanjut berjalan hingga di pertigaan jalan. "Dimana rumahmu?" Tanya Jose "Aku harus belok ke kiri, kalau kau?" Sahut Carlos balik bertanya juga. "Aku malam ini bertugas menjaga klinik, jadi aku harus tetap lurus ke depan. Apa kau tetap tidak akan memberitahuku dimana Pall tinggal?" Ucap Jose mencoba bertanya lagi. "Rumah Pall ada di blok sebelum klinik, kau akan menemukan sebuah rumah besar bernuansa ungu dan putih. Itulah rumahnya." Sahut Carlos. "Baiklah, terima kasih atas informasimu." Ucap Jose lalu merekapun berpisah dan melanjutkan perjalanan mereka masing-masing. Jose berhenti sejenak saat tiba di blok sebelum klinik. Dia melihat ke arah arlojinya dan melanjutkan langkahnya ke klinik. "Sudah waktunya aku ke klinik. Sebaiknya besok siang saja aku melihat rumahnya." Batin Jose. **** Jose masih menyeduh kopi untuk dirinya sambil menatap langit fajar yang indah terlihat dari jendela belakang klinik itu. "Sebenarnya kota ini sangat indah, hanya saja terlalu tertutup untuk sebuah perubahan dari kota besar di sekitarnya." Batin Jose tersenyum menikmati indahnya langit fajar dan matahari yang baru muncul sinarnya saja. Braak... Braak..... Braaak.... Pintu klinik digedor seseorang dengan sangat panik. Jose pun segera meninggalkan kopinya dan berlari ke pintu depan. "Carlos???" Sebut Jose bingung dan buru-buru membuka pintu kliniknya. Jose semakin bingung dan panik saat melihat wanita yang dibawa oleh Carlos adalah Palloma. "Tolonglah dia! Kumohon selamatkan dia!" Seru Carlos panik dan menerobos masuk ke dalam klinik. Jose segera menutup pintu dan mengarahkan Carlos untuk menidurkan Palloma di atas tempat tidur. "Apa yang terjadi dengannya?!" Tanya Jose sambil mengambil peralatannya dan langsung memeriksa tanda-tanda vitalnya. "Entahlah apa yang salah dengannya, dia menghubungiku tapi hanya diam, aku segera ke rumahnya dan ternyata dia sudah jatuh di lantai." Sahut Carlos cemas. "Dia mengalami kelelahan yang terlalu parah, aku akan memberikan suntikan vitamin untuk menambah daya tahan tubuhnya, sementara itu dia harus tetap disini setidaknya sampai cairan infus ini habis." Ucap Jose setelah selesai memeriksa Palloma dan memasang infus pada tangan Palloma. "Baiklah, bisakah aku menitipkan dia padamu? Aku harus menemui Tuan Jack dan memberitahunya tentang kondisi Pall saat ini." Sahut Carlos. "Tuan Jack? Jack Hogward maksudmu? Ada hubungan apa Pall dengan Tuan besar itu?" Tanya Jose bingung. "Tidak ada, Pall disana hanya seorang pekerja harian." Sahut Carlos tidak ingin memperburuk citra diri Palloma. "Pantas saja dia mengalami kelelahan, dia bekerja di siang hari dan terus menari setiap malam. Kapan waktunya dia untuk tidur?" Ucap Jose merasa kasihan terhadap kondisi Palloma. "Baiklah, aku harus segera kesana sebelum Tuan Jack marah dan mencari Palloma." Sahut Carlos dan Jose pun mengangguk setuju. Carlos sudah pergi, dan Jose segera mengunci pintu klinik, lalu memberi tulisan Closed di pintu. Jose ingin menggunakan kesempatan ini untuk bisa berdua dengan Palloma. Jose terus tersenyum menatap wanita yang masih belum sadar itu. "Cantik." Ucap Jose menatap Palloma yang hanya menggunakan kaos oblong longgar dan celana panjang piyama. "Astaga! Aku pasti sudah gila! Aku harus tetap membuka klinik." Batin Jose pada sendirinya lalu kembali menjaga klinik di depan. Sekitar satu jam kemudian, Palloma mulai menunjukkan tanda sadar, dia mulai melenguh dan matanya mulai mencoba untuk terbuka perlahan menyesuaikan dengan sinar yang ada. "Eugh... dimana aku?" Batin Palloma dan mulai sadar sepenuhnya. Palloma mulai sadar bahwa dia ada di klinik. "Siapa yang membawaku kesini? Dimana para suster dan dokter yang berjaga disini?" Tanya Palloma pada dirinya sendiri. Saat Palloma sedang berusaha untuk turun, masuklah Jose dan tersenyum padanya. "Kau? Sedang apa kau disini?" Tanya Palloma bingung. "Aku sudah katakan padamu, aku ini seorang dokter, dan saat ini masih masuk dalam shift tugasku, jadi disinilah aku." Sahut Jose lebih santai, tidak seperti awal-awal bertemu yang lebih suka memaksa dan kesal ditolak oleh Palloma. "Kau yang membawaku kemari? Dimana Carlos?" Tanya Palloma bingung. "Bukan, Carlos yang membawamu, tapi dia sudah pergi untuk memberitahu Tuan Jack bahwa kau sakit." Sahut Jose. "Astaga! Bisakah kau lepaskan infus ini? Aku harus segera berangkat bekerja." Tanya Palloma. "Tidak, kau harus menunggu hingga cairan infus itu habis, karena tubuhmu terlalu lemah untuk bekerja hari ini. Sebaiknya kau beristirahat." Sahut Jose. Palloma menghela napas besar karena kesal. Palloma melihat ke arah botol infus dan berpikir infus itu hanyalah sebuah modus Jose untuk bisa bersamanya. "Aku sudah kuat, lepaskan saja!" Ucap Palloma. "Tidak! tidak bisa kulepas sebelum cairannya habis." Sahut Jose tetap pada pendiriannya. "HEI! APA YANG KAU LAKUKAN?!" seru Jose terkejut dan langsung mendekati Palloma, karena melihat Palloma memaksa untuk melepas jarum di tangannya, dan berusaha turun dari tempat tidur. "Aku harus bekerja! Sehari saja aku tidak datang maka selamanya aku akan kehilangan pekerjaanku!" Sahut Palloma "Tunggu! Tanganmu harus ditutup lukanya." Ucap Jose menahan pergelangan tangan Palloma, karena bekas infus yang ditarik dengan kasar tadi mulai mengalir darah segar. Palloma pun menurut dengan ucapan Jose dan kembali duduk di tepi tempat tidur, menunggu Jose mengambil plester dan antiseptik. Jose membersihkan luka itu perlahan lalu menutupnya dengan plester. "Plester ini anti air, jadi kau tidak perlu khawatir karena tidak perlu sering diganti." Ucap Jose "Terima kasih." Sahut Palloma lalu langsung berdiri dan berjalan keluar dari klinik tanpa menoleh atau berpamitan lagi dengan Jose. Jose hanya menghela napas panjang dan besar, menatap kepergian Palloma. Pada kenyataannya Palloma tetap tidak ke rumah tuan Jack, dia justru melangkah pulang ke rumahnya sendiri dan menghubungi seseorang. "Carlos, terima kasih sudah memberitahu Tuan Jack tentang keadaanku." "Apa yang terjadi sebenarnya? Menurut Jose kau terlalu kelelahan. Jangan terus memaksa dirimu untuk selalu bekerja." "Tidak apa, aku hanya butuh istirahat saja hari ini." "Baiklah, kalau begitu kau sebaiknya kembali tidur dan beristirahat." Panggilan pun berakhir dan Palloma segera menyiapkan air hangat lalu berendam di dalamnya. Palloma memejamkan matanya, tapi seketika langsung dibukanya lagi. "Kenapa harus wajahnya yang muncul! CK! Sial!" Rutuk Palloma pada dirinya sendiri. Beberapa kali dia mencoba memejamkan matanya, tetap saja wajah Jose lah yang selalu muncul dan membuat Palloma semakin kesal hingga akhirnya membatalkan untuk berendam. Tapi entah apa yang terjadi, saat sudah di tempat tidur dan mencoba membayangkan pria lain pun tetap saja pikirannya kembali ke wajah Jose dan senyuman pria itu. "Bodoh! Pria yang sangat bodoh! Apa dia tak bisa menemukan wanita yang lebih baik dariku?! Aku tidak akan pernah bisa berhubungan dengannya! Dia pasti akan menghinaku dan masa laluku jika sedang marah, jadi sebaiknya aku tidak pernah berhubungan dekat dengannya!" Ucap Palloma mengingatkan dirinya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD