PERTEMUAN PERTAMA

1034 Words
Elsa POV "STOP!!! APA LAGI YANG KAU LAKUKAN DISINI?!!" teriak suara perempuan yang kukenal sebagai ibu tapi tak pernah lagi kurasakan naluri ibu dalam dirinya sejak ayahku meninggal. "hentikan tingkahmu mom! sudah seringkali aku katakan jual saja wanita yang sudah kotor dan hina! jangan anak gadis yang masih polos! apalagi dibawah umur seperti ini! terlebih lagi, beraninya kau mengambil salah satu anakku?! aku tak akan pernah membiarkan kau menghancurkan masa depan anak-anakku mom!" Sahutku sambil memegang erat tangan Anna melindungi dari mommy dan para penjaganya. Anna seorang gadis berusia 17th yang pernah kuselamatkan dari kekejaman dunia mommyku. Anna kesulitan keuangan sehingga berniat menjual kegadisannya melalui club mommy. Aku ditelepon oleh Kenzi bartender di club mommy, beruntungnya saat aku datang kutemukan Anna sedang menangis di kamar hotel, menunggu tamunya yang belum datang. Kenzi selalu menolong setiap gadis seperti Anna ini supaya tidak jatuh ke dunia gelap prostitusi. "Mom! sudah kubilang kalau kau berani mengambil anak gadis lagi untuk kau jual, maka aku akan mencabut seluruh fasilitas yang aku berikan selama ini! Aku akan mengusirmu dan hotel ini akan segera kututup sehingga kau akan menjadi gelandangan di luar sana. Kau masih ingat kan?!" Ancamanku selalu berhasil mengalahkannya. "MINGGIR!!!" teriakku pada para penjaga mommy yang mengepung kami. "Baiklah Elsa kali ini kau boleh membawanya pergi, tapi kau harus membayar ganti rugi pada tamuku, atau kau yang akan menggantikan dia melayani tamu. Penjaga, Biarkan mereka pergi!" Perintah mommy dan langsung dituruti oleh para penjaganya. "Hubungi aku saat tamunya sudah datang, aku akan datang sendiri." Ucapku sambil berjalan keluar dengan menggandeng tangan Anna dengan sangat kencang, membawanya kembali ke rumah kecil milikku, yang masih mampu aku beli dari sisa harta yang kumiliki. Ibu macam apa yang tega berlaku seperti itu, kadang aku berpikir jangan-jangan aku ini sebenarnya anak angkat atau anak bawaan ayahku sebelum menikah dengannya. Dia sungguh bukan ibu bagiku lagi sejak kegadisanku dijualnya tanpa belas kasihan sedikitpun. "Kak, kakak tak boleh terus menggantikan kami, terlalu banyak pengorbanan kak Elsa untuk kami" ucap Anna dalam perjalanan pulang. "Anna, kalian semua adalah mimpiku, aku bermimpi kalian bisa meraih masa depan kalian yang layak. Hidupku memang sudah hancur dan rusak sejak dulu. Aku sudah tak memiliki masa depan, tapi kalian masih punya harapan meraih masa depan. Tenanglah, kalian hanya cukup berdoa untuk aku, tak perlu membalas apapun kepadaku, aku tulus, aku sayang kalian semua." Sahutku tersenyum menenangkan Anna. Aku selalu berdoa dan berharap pada Tuhan, semoga aku bisa mendapatkan tempat yang lebih layak untuk mereka semua, tempat yang jauh dan tidak bisa ditemukan oleh mommy, karena mommy selalu datang menjemput mereka lagi dari tempatku saat aku bekerja.  Aku takut suatu saat aku datang terlambat dan tak bisa menyelamatkan kegadisan mereka. Aku hanya mampu berharap dalam doa, karena aku sendiri sering kali meragukan doaku, mungkinkah Tuhan masih mau mengabulkan doa dan harapan seorang yang kotor sepertiku ini??? Impianku bukanlah impian yang mudah, aku ingin anak-anakku tidak sekedar hidup, tapi mereka bisa hidup layak setidaknya sekelas menengah, bukan yang hidup pas-pasan saja. Kadang suatu waktu aku menemani tamu yang baik, sehingga diluar pengetahuan mommy aku juga mendapat bonus dari tamu yang merasa puas dengan pelayananku. Drrrttt....drrrttt.... Baru saja kami tiba di rumah, handphoneku berbunyi. Dilayar tertulis "mommy b***h" "Iya...ada apa?" Sahutku di telepon "Tamu mu sudah datang, apa kau akan menepati janjimu atau kau ingin membayar ganti rugi?" Tanya mom "Dimana aku harus menemui dia?" Tanyaku "Penthouse di hotel milik ayahmu, Mr. Xander namanya." jawab mom "Baiklah aku akan tiba disana 30 menit lagi" jawabku langsung menutup telepon. "Kak....jangan pergi please.."pinta Anna memohon sambil menangis "Anna, jaga mereka disini ya....jangan pernah bukakan pintu untuk siapapun ya, hubungi aku jika ada sesuatu yang berbahaya...aku akan pulang secepatnya. Anna, percaya padaku, aku pasti pulang dalam keadaan baik-baik. oke." Sahutku menenangkan Anna, dan Anna hanya bisa menunduk menangis. Xander POV "Huh! akhirnya aku bisa menemukannya. Semoga saja keputusanku ini tepat, Mike sudah menyelidiki gadis ini selama sebulan, semoga dia bisa diajak bekerja sama." Batinku sambil merebahkan diriku di kasur penthouse hotel Montanes. Ting....tong.... Bunyi bel pintu kamar penthouse berbunyi. "Tepat waktu juga gadis ini, sangat profesional" batinku sambil berjalan ke pintu. Ceklek... kubuka pintu penthouse yang kusewa ini. Aku seketika membeku terpana pada penampilan sederhananya namun tetap cantik seperti di fotonya, tubuh langsing, kulit putih agak kecoklatan bersih, wajah tirus, hidung mancung, mata coklat bulat besar, tinggi sebahuku, tanpa riasan yang mencolok sangat natural. Beda dengan para jalang yang biasa aku temui. "Selamat sore Mr.Xander" sapanya menyadarkan aku dari kekagumanku. "Selamat sore, mari masuk ke dalam" sahutku datar lalu membuka pintu lebih lebar lagi, memberikan jalan baginya untuk masuk. Dia berjalan masuk dan aku masih menatapnya terpana, melihatnya dari belakang sungguh memunculkan gairah dalam diriku, lekukan pinggang dan p****t yang penuh benar-benar membuatku nyeri di bagian bawah. belum pernah aku mengalami gairahku naik bahkan sebelum aku menyentuhnya. "Jadi kau sanggup membayarku berapa?!! Hitungan per jam akan dimulai dari sekarang, jadi lebih baik cepat kita lakukan daripada uangmu habis sia-sia." Ucapnya sangat angkuh. "Berapa tarif tertingginya?"tanyaku "€.3.000 per jam hanya untuk menemani minum, €.10.000 per jam hanya untuk mengobrol dan berciuman bibir dan €.100.000 per jam untuk bercinta." Jelasnya sangat singkat, terdengar sangat angkuh dan penuh percaya diri, sangat menantang jiwa lelaki dalam diriku. " Hanya segitu tarif tertinggimu? Huh! Baiklah! Sekarang kau baca ini dan silahkan isi sendiri nominal yang kau inginkan, berapapun itu aku sanggup membayarmu!" Sahutku tak mau kalah dan langsung menerima tantangannya sambil menyerahkan berkas perjanjian kepada dia. Dia terlihat sedikit bingung menatapku dan berkas yang kusodorkan ke hadapannya. Dia menerimanya dan langsung membacanya dengan sangat teliti. Aku terus menatapnya, memandanginya sangat tidak membuatku bosan. Aku sungguh enggan untuk menatap ke arah lain, padahal pakaiannya bukanlah pakaian yang terbuka seperti jalang pada umumnya, namun entah mengapa semakin lama dipandang semakin membuat mataku dan tanganku sangat ingin menyelusup dan menyentuh kulitnya, pikiranku bahkan sudah bermain nakal dengan bayangan dirinya yang telah telanjang di otakku. Tak kusangka aku memiliki seorang karyawan yang sangat membuatku gairah ini, tapi tak pernah kulihat dia di kantorku sendiri selama ini. Aku tersenyum penuh arti padanya yang sedang serius membaca berkas perjanjian di tangannya. "Sebaiknya kau terima tawaranku, berapapun yang kau minta pasti sangat sanggup kubayar, bahkan mungkin bisa membuatmu hidup berfoya-foya tanpa bekerja selama beberapa tahun. Bagaimana? kau terima? tapi sebaiknya kau janganlah mempersulit hidupku atau aku akan mempersulit hidupmu." ucapku langsung menyiapkan ancaman yang mematikan baginya jika dia berani menolakku untuk kedua kalinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD