bc

Guardian Angel

book_age16+
0
FOLLOW
1K
READ
reincarnation/transmigration
HE
kickass heroine
blue collar
drama
mystery
city
kingdom building
addiction
like
intro-logo
Blurb

Aruna seorang pekerja kantoran tanpa disengaja bertemu dengan cinta pertamanya di sebuah toko buku. Mereka mengunjungi sebuah coffee shop kuno di tengah ibu kota, hanya ada seorang paruh baya misterius yang melayani Aruna dan cinta pertamanya. Namun kopi yang disuguhkan mengandung ramuan yang membuat Aruna tidak sadarkan diri, bukannya membawa Aruna ke rumah sakit sang supir mengantar mereka ke suatu terowongan gelap dan terbangun kembali menjadi seorang siswa sekolah. Tepat sekali, Aruna kembali ke 5 tahun yang lalu untuk menyelamatkan Taksa teman baiknya yang menjadi korban pembunuhan di tahun 2024.

chap-preview
Free preview
1
Jika kebanyakan orang berpikir bahwa masa SMA yang paling menyenangkan, bagi Aruna Cantika tidak begitu. Bukan berarti masa SMAnya hanya menyisakan kenangan buruk namun baginya tidak banyak hal yang berharga. Aruna melepaskan id card yang mengalung pada leher lalu memasukannya ke dalam saku celana. Kehidupannya kini bukanlah seorang remaja tapi seorang gadis dewasa berusia 23 tahun. Bekerja sebagai karyawan tetap di salah satu peruhaan ternama di Indonesia, kehidupan yang cukup banyak diimpikan oleh kebanyakan orang, bukan? Sebagai perantau dari kota kecil Aruna tentu tidak memiliki teman ataupun kerabat dekat, hanya ada dirinya sendiri dan teman kantornya. Tidak masalah bagi Aruna yang sudah terlatih mandiri sejak kecil. "Ah, lupa." Aruna melangkahkan kakinya menuju toko buku, ia ingat hari ini harus membeli koleksi komiknya. Anggaplah itu sebagai self reward karena sudah bekerja keras setiap harinya. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari pada membaca komik, itu adalah kegiatan favoritnya. Namun siapa sangka ia akan bertemu dengan cinta pertamanya di toko buku. Mata Aruna dan pria itu bertemu beberapa saat, otaknya memproses dengan lambat tidak seperti biasanya. "Aruna, kan?" Aruna mengumpat dalam hati, kakinya tidak dapat digerakkan karena gugup. Ia belum siap bertemu dengan Ezra, wajar saja karena Aruna memiliki kenangan buruk tentangnya. "B-bukan, ya?" tatapannya kecewa. "Benar, kok," sambar Aruna, ia berusaha untuk tidak terjebak dengan ingatan memalukan itu. Ezra tersenyum lega seraya mengacak rambutnya, tetap terlihat tampan meskipun waktu telah berlalu. "Wah, kebetulan banget kita ketemu di sini. Aku gak nyangka," ujarnya tanpa terdengar canggung sedikitpun. Seakan tidak terjadi apa-apa. Hanya saja Aruna merasa aneh, jujur saja perasaannya pada Ezra sudah hilang namun rasa malunya masih melekat setiap kali memikirkannya. "Iya kebetulan banget. Mau beli buku?" Ezra cengengesan, "Ya iyalah, ini kan toko buku." Seketika Aruna menjadi bodoh saat berada di depan Ezra, memang seperti itu sejak dahulu dan Aruna pun tidak tahu mengapa ia bersikap seperti itu setiap kali berbicara dengan Ezra. Mungkin karena tidak terbiasa. Setelahnya suasana menjadi hening, Aruna sendiri memilih sok sibuk dengan melihat-lihat komik di rak buku. "Ada waktu luang? Mau ngopi dulu gak?" Tanya Ezra memecah keheningan. "Eh? Kayaknya hari ini gak bisa." 'Karena hari ini aku mau baca Spy X Family volume 12 yang belum k****a!' lanjutnya dalan batin Aruna. Ezra mengatupkan kedua bibirnya, ia tampak menyayangkan kesempatan ini namun apa daya ia tidak ingin memaksa Aruna. "Yah sayang banget, kalau gitu sesekali kamu pulang kampung. Aku punya satu cafe di sana, kalau gak keberatan mampir, ya?" Ezra memberikan kartu namanya lengkap dengan alamat. Aruna membaca baik-baik kartu nama milik Ezra siapa tahu ia bisa berkunjung menemuinya suatu saat, kota itu pasti sudah terasa asing sekarang, pikirnya. "Makasih." "Iya, sekarang cuman sekedar mau ketemu teman sekolah aja susah. Makanya aku seneng banget pas lihat kamu di sini, soalnya malam ini aku udah harus pulang," tutur Ezra. Mendengarnya saja membuat Aruna tidak tega, wajar kan jika mengobrol sebentar dengan teman lama? Namun masalahnya Aruna tidak merasa sudah berteman dengan Ezra. "Makanya ayo kita ngobrol-ngobrol, aku juga punya sesuatu yang pengen dibicarain," lanjutnya. Aruna dan Ezra tiba di suatu coffee shop gaya vintage, gadis itu saja tidak tahu ada tempat seperti ini di tengah ibu kota. Bangunannya tidak luas namun keberadaannya cukup mencolok bagi Aruna. "Since 1990, lama juga ya?" Gumam Ezra seraya masuk ke dalamnya. Lonceng berdenting memekakan telinga, nampaknya hanya mereka yang berkunjung ke cafe tersebut. Padahal dari luar cafe banyak orang berlalu-lalang namun tidak ada yang melirik ke arah cafe tua tersebut. Aruna dan Ezra saling bertatapan sejenak seolah meragukan tempat ini, namun sang barista menyambut mereka dengan wajah bahagia. Seolah-olah mereka berdualah pelanggan yang dirindukan. "Selamat datang, senang sekali ada anak muda yang datang ke Tempo Cafe," sambut pria paruh baya yang merupakan seorang barista di sana. Hanya ada pria paruh baya itu saja yang ada di sana, tidak ada pekerja lain. "Espreso satu, kamu mau apa?" "Caffe latte aja satu." "Baik, silakan ditunggu." Kedua sejoli itu memilih duduk di pojok saling berhadapan, kegugupan Aruna hilang sesaat setelah matanya dimanjakan dengan pajangan-pajangan antik yang indah. "Katanya ada yang mau kamu bicarakan," ujar Aruna, ia penasaran sepenting apa sampai Ezra mengajaknya bicara, padahal Ezra sendiri yang menjauhinya. Ezra tampak gelisah, tangannya bergerak tidak nyaman menggaruk-garuk kepalanya. "Soal kesalah pahaman kita waktu SMA, kalau ingat kejadian itu aku selalu berandai ketemu kamu dan minta maaf secara langsung." "Maaf, Aruna." Tubuh Aruna membeku, ia tidak mungkin salah dengar dengan ucapan Ezra barusan. Kupingnya masih berfungsi dengan baik, namun Aruna bertanya-tanya. "Kenapa? Aku juga udah gak mikirin itu, kok. Jangan khawatir." "Tetap aja! Aku minta maaf karena tersulut emosi." Aruna mengembangkan senyumnya, perasaannya sungguh sudah baik-baik saja. Lagi pula kejadian 'itu' sudah berlalu. "Iya, aku tidak tahu saat itu kamu udah punya pacar," cicit Aruna. "Terus gimana sekarang? Masih sama Nadia, ya? Kalian pasangan paling serasi di sekolah, julukannya apa, ya? Hot couple." Raut wajah Ezra berubah, ia terlihat tidak nyaman setelah mendengar ucapan Aruna. "Aku dan Nadia udah lama putus, mungkin 2 tahun lalu?" Kini Aruna yang merasa tidak enak, ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa di hadapan Ezra. Wajar saja, setelah kelulusan Aruna sudah merantau jauh ke ibu kota setelah dinyatakan lolos penerimaan mahasiswa di Universitas Jaya Indonesia. Setahun setelahnya ia hilang kontak karena insiden hilang ponsel dan tidak tahu kabar dari kerabat-kerabat sekolahnya. Ia juga enggan untuk mencari tahu, Aruna berpikir tidak masalah karena tidak memiliki sahabat atau siapapun di sana. "Maaf, aku gak tahu soal itu," sesal Aruna. Ezra menggelengkan kepalanya, "Gak apa-apa udah berlalu. Kalau kamu?" "Aku apa?" Aruna malah bertanya balik. "Ya gimana kabar kamu sama teman kamu itu, aku lupa namanya. Cowok yang sorry, nakal itu." Aruna terdiam, sudah lama ia tidak terpikirkan pria yang Ezra maksud. "Aku gak punya siapa-siapa di sekolah, setelah kelas 3 aku gak ada hubungan sama dia. Kabarnya aja gak tahu, ponselku sempat hilang makanya gak punya kontak siapapun selain teman kuliah." Ezra memasang ekspresi bingung mendengar penjelasan Aruna mengenai pria itu. "B-begitu kah?" Hanya itu yang dapat Ezra katakan, ia pikir Aruna dan Taksa masih berhubungan baik walaupun sempat diterpa beberapa masalah saat sekolah. "Kenapa tiba-tiba nanyain itu?" Tangan Ezra menggaruk kepalanya yang tidak gatal, entah ia harus mengatakannya atau tidak. "Karena aku tidak mengenal kalian berdua jadi sebenarnya tidak tahu apa-apa, tapi bukankah Taksa tidak seburuk itu?" Aruna tidak mengerti apa yang Ezra bicarakan sekarang. "Maksud kamu apa?" Rasa gelisah Ezra tidak kunjung reda, "Ingat setelah kau menyatakan perasaanmu padaku? Orang-orang yang hampir merundungmu itu Taksa yang mencegahnya." "Bukankah aneh orang-orang itu tidak mengganggumu lagi? Itu Taksa yang melakukannya, yah, aku yang salah paham juga akhirnya diberi tahu olehnya." "... juga secara tidak langsung dia yang menyuruhku untuk mengakhiri hubungan dengan Nadia, meskipun kesal karena seenaknya ikut campur akhirnya aku tahu sendiri kebenarannya," lanjut Ezra. Sama sekali tidak mengerti, Aruna masih mencerna kalimat demi kalimat yang Ezra lontarkan. "U-untuk apa Taksa melakukan semua itu?" Ezra menghela nafasnya berat seraya mengusap wajahnya, "Aku juga menanyakan hal yang sama, aku tidak pernah mengobrol dengannya sebelumnya, tapi dia mendatangiku. Entah tahu dari mana alamatku." "Jika diingat-ingat saat kami bertemu atau berpapasan, dia seperti ingin melindungimu. Seperti saat itu, dia melakukan tindakan untuk menghentikan perundungan tanpa sepengetahuanmu, bukan begitu?" Aroma kopi menguar ke seluruh ruangan, tidak terkecuali memenuhi indra penciuman Aruna. "Silakan dinikmati." "Ambilah voucher diskon ini, suatu saat kalian akan ke kedai kopi saya lagi. Jadi bersenang-senanglah," tukas paruh baya itu dan berlalu setelah menyimpan dua lembar voucher di meja. Aruna dan Ezra masih terdiam karena sibuk dengan pikiran masing-masing. Aruna tidak pernah berpikir Taksa akan melakukan sejauh itu untuknya, apa keuntungan Taksa melindunginya? Dari apa? Dari pembulian? "Aku sadar, selama ini aku berpura-pura tidak peduli padanya. Dan setelah sekian lama, bagaimana kabar Taksa saat ini?" Gumam Aruna. Perasaan kosong Aruna dapat Ezra rasakan, meskipun ia tidak tahu apa-apa tapi entah mengapa suasana hatinya menjadi mendung. Piiip "Breaking news, ditemukan mayat tergantung di rumahnya diduga bunuh diri. Warga setempat bersaksi mencium bau tidak sedap selama dua hari dan kediaman rumah pemiliknya berisinial TA." "Diduga TA bunuh diri di kediamannya, namun saat polisi mengamankan jenazah ditemukan beberapa luka memar dan beberapa giginya copot. Akhirnya TA dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan autopsi karena ada beberapa kejanggalan yang ditemukan oleh petugas." "Setelah hasil autopsi keluar, TA alias Taksa Arkana akhirnya dinyatakan korban pembunuhan berencana, terdapat cairan sianida dalam tubuhnya yang kini pelakunya masih diselidiki. RT setempat bersaksi 3 hari sebelum jasad TA ditemukan, TA pergi dijemput dengan mobil mewah dan kini hasil cctv di salah satu rumah warga sedang diselidiki. Berita selanjutnya datang dari kota X..." prangg Tubuh Aruna merosot, jika Ezra tidak sigap menahannya mungkin tubuh Aruna luka karena pacahan gelas. "I-itu... Taksa? T-Taksa apa? Meninggal?"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Her Triplet Alphas

read
7.0M
bc

The Heartless Alpha

read
1.5M
bc

My Professor Is My Alpha Mate

read
472.8K
bc

The Guardian Wolf and her Alpha Mate

read
518.0K
bc

The Perfect Luna

read
4.1M
bc

The Billionaire CEO's Runaway Wife

read
612.1K
bc

Their Bullied and Broken Mate

read
471.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook