Maxime D'orion

1476 Words
Maxime Semua orang mengenalku. Tidak. Bahkan, dunia tau siapa aku. Aku sang penguasa. Kota ini sudah memilihku untuk menjadi THE KING. Pemilik thrones tertinggi di negara ini. Aku MAXIME D' ORION'S. Siapa yang tidak akan mengenal nama itu? Ahh- bodoh! Nama itu bahkan akan membuat orang bergidik ngeri hanya dengan mendengarnya. Lantas bagaimana jika bertemu denganku? Tentu saja, siapa pun akan menunduk hormat—takluk padaku. Penat ... Ahh--hari ini sangat menyebalkan. Kolega bisnisku dari Washington Dc yang kutunggu-tunggu, membatalkan pertemuan kami begitu saja karna ada urusan mendadak. Perlu kalian tau, aku benci diabaikan dan membuang-buang waktuku. "Tuan, apa tidak sebaiknya jika Tuan mencari udara segar di luar?" Tanya Edlise, orang kepercayaanku sekaligus orang terdekatku nomor 2 setelah ibu. Aku mengangguk. Aku memang butuh udara segar. Berada disini, membuatku jengah dan semakin kesal saja. Edlise mengajakku ke sebuah restoran, dan yah, aku memang membutuhkan suasana luar dengan secangkir kopi seperti biasa. Duduk di sebuah meja agak terpojok, mengenakan kaca mata hitam dan sedikit bersembunyi di dekat Edlise agar keberadaanku tidak begitu mencolok di sana. Kalian perlu tau, di mana pun aku berada, aku akan menjadi pusat perhatian. Terlebih oleh kalangan kaum wanita. Bukannya sombong, itu memang kenyataannya. Siapa yang tidak akan tergila-gila pada pria penguasa sepertiku? Tampan, kaya dan ber Tahta. Munafik. Jika pun ada. Wanita itu satu-satunya yang berani menantangku dan sudah pasti akan aku taklukkan, lihat saja nanti. Tapi, perlu kalian garis bawahi juga. Aku bukan tipikal pria yang akan mudah bersenang-senang dengan bermacam-macam wanita. Aku benci disentuh sembarangan, apalagi oleh barang-barang bekas. Cuihhh! Menjijikkan. Selama ini, belum ada satu pun wanita yang berhasil menggodaku. Entah itu wanita biasa, ataupun para kalangan sosialita. Tak terjamah? Tentu saja. Mereka hanya akan bermimpi bisa menyentuhku. Saat ini, kesalahan kecil seorang pelayan kembali membuat rasa kesal dan amarahku terpantik kembali. Entah apa yang terjadi, hari ini emosiku tak terkendali. Astaga--benar-benar sial! Dengan lancang, dia membawa kopi manis untukku. Tentu saja, dengan sedikit gertakan, aku memprotes kinerjanya yang tidak becus. Hingga kulihat pelayan itu berdiri gemetaran karna takut. Dan kopi itu tumpah mengenai tangannya, saking gemetarnya wanita itu. Tiba-tiba, dengan lancangnya seorang perempuan yang juga pelayan sepertinya, datang dan memerintahku untuk minta maaf. Dan dengan beraninya, berteriak padaku di depan semua orang. Dasar gila! Akan Aku beri kau pelajaran! #Author pov Kathe berdiri dengan napas tersengal dan tangan terkepal kuat. Sama sekali dirinya tak bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Langkah pria itu semakin dekat. Takut? Kathe menggelengkan kepalanya kuat. Ini bukan dirinya. Dia tidak pernah takut pada orang yang menindas orang lain. Bahkan dengan berani, dia pernah menolong Orang-orang yang terlibat masalah dengan preman jalanan. Kebenaran harus ditegakkan, dan pada hakikatnya semua manusia itu berada ditingkat yang sama. Ya, harga diri. Meski manusia di bedakan oleh Tahta, uang atau pun kasta dengan manusia lainnya, mereka sama-sama memiliki harga diri, dan baginya, harga diri dibawa sampai mati. Tap tap Tap! Langkah Pria yang sombong itu berhenti tepat di depan kathe. Hanya berjarak, sekitar beberapa centi saja, sampai-sampai membuat Kathe kesusahan menelan salivanya yang terasa tercekat di tenggorokannya. Kathe mendongak angkuh. Memperlihatkan pada pria itu, jika dirinya sama sekali tidak takut. Tatapan kathe menajam, belum ada sepatah kata pun yang menengahi situasi tegang itu. Pria di depannya, juga ikut bungkam. Hanya saja, kathe bisa merasakan betapa dinginnya tatapan dan aura pria yang berdiri menjulang gagah di depannya itu. "Apa maumu?" Kathe menelan salivanya kasar. Hanya 2 kata yang diucapkan pria di depannya, tapi mampu membuat lututnya terasa bergetar kuat. "Just say " sorry" Sir!” jawabnya tegas Max terkekeh pelan sambi bersedekap d**a, menantang. Whatt? Apa perempuan lusuh ini tidak tau siapa aku? Menyuruhku minta maaf untuk hal yang bukan kesalahanku? Astaga—perempuan tidak waras! "Apa kesalahanku?" Giliran kathe yang geram. Bagaimana bisa, pria di depannya masih bertanya? Jelas-jelas Pria itu sudah melakukan sesuatu yang melewati batas. Ini belum setengah jam, dan pria itu sudah bertanya apa kesalahannya. Astaga, Kau pikun huh? Batin Kathe berteriak. "Jangan berlagak seolah kau lupa, Tuan. Kau membuat tangan temanku melepuh hanya karna kesalahan sepele. Seharusnya, kau bersikap lebih manusiawi,” Jawab Kathe dengan geram. Kekesalannya benar-benar memuncak. Untung kelakuan bar-bar nya belum mencuat ke permukaan. Sudah di pastikan, pria sombong itu akan pulang dengan kepala kliyengan. Hening. Suasana di Restoran itu, semakin hening. Mungkin mereka penasaran, kira-kira apa yang akan terjadi selanjutnya. Melihat serial, SI PELAYAN VS SI RAJA. Kathe dan Max, sama-sama terdiam. Masih dengan aura permusuhan yang sama. Kedua insan itu, sama-sama saling menatap—tajam. Seorang wanita datang dengan tergopoh-gopoh. Bisa hancur Restoran tempatnya bekerja, jika pelanggan itu sampai marah. "Maafkan atas kelalaian kami, Tuan,” ucapnya ter bata sambil menunduk hormat. Wanita itu, adalah kepala pelayan di restoran itu. Max mengalihkan pandangannya. Smirk kejamnya tercetak di bibir tipisnya yang bergelombang sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru—Restoran itu. "Restoran ini membuat mood ku hancur. Jadi, aku harus menghancurkannya!” Kathe membulatkan matanya—tak percaya. Se hebat apa pria di depannya, sampai-sampai ingin menghancurkan restoran sebesar ini? "Jangan, Tuan. Tolong, maafkan kami. Kami berjanji, akan memperbaiki pelayanan untuk restoran ini,” pinta kepala pelayan itu sambil menyatukan kedua telapak tangannya, membuat Kathe semakin kebingungan sekaligus penasaran. "Tidak usah diperbaiki. Buang saja, pelayan yang tidak berguna itu!" Deg! Jawaban angkuh dan terkesan dingin itu, membuat Kathe menatap tak percaya. Bisa-bisanya pria itu menyuruh kepala pelayan restoran itu untuk memecatnya. Dasar gila! "Hey, apa maksudmu, Nyonya? Kenapa kau menyuruhnya untuk memecatku? Aku tidak berbuat kesalahan. Aku hanya memintamu untuk minta maaf. Kalau pun kau tidak mau, ya sudah. Terserah. Kenapa kau malah bersikap kekanakan? Apa meminta seseorang untuk minta maaf adalah sebuah kesalahan huh?" tanya kathe dengan geram. Dia tidak bisa menahanya lagi. Dia rasa, pria di depannya memang tidak bisa diajak berdamai. Ingin berperang denganku huh? Baiklah. Kenapa tidak? Tangan kepala pelayan itu, tiba-tiba menyentak lengan Kathe kuat. "Bicaralah yang sopan Kathe! Dia Tuan Maxime, penguasa kota ini. The King Of London. Cepat minta maaf, sebelum kau benar-benar aku pecat!" bentaknya. Mendengar nama pria yang berpengaruh di kotanya itu, membuat Kathe menoleh, penasaran. Dia mendapati pria di depannya sudah membuka kaca mata hitamnya. Tatapannya tajam dan mengintimidasi kuat dengan smirk angkuhnya. Kathe memang pernah mendengar nama sekaligus pengaruhnya, dan sekarang, Kathe benar-benar melihat dan membuktikan, jika Maxime itu tampan seperti kata Orang-orang. Jadi ini, Maxime D’orion pemegang thrones tertinggi di kota in? Lantas apa masalahnya? "Kenapa harus aku Nyonya? Aku tidak peduli dia siapa. Bagiku, yang salah tetap harus minta maaf. Walaupun orang kaya dan berkuasa sepertinya!” Max tertegun. Perempuan di depannya benar-benar langka. Biasanya, semua wanita yang bertemu dengannya akan menjatuhkan harga dirinya. Sedangkan perempuan itu sama sekali tidak takut dan tetap mempertahankan keyakinannya. Tidak peduli walaupun saat ini, dia sedang berhadapan dengan sang penguasa. Dasar wanita keras kepala! Kenapa dia begitu berani menentangku? Pikir Max. Kepala pelayan itu memijit pelipisnya pelan. Entah bagaimana dia harus menyadarkan Kathe tentang situasi berbahaya ini. “Astaga Katherine ... Untuk sekali ini saja buang sikap keras kepalamu itu. Minta maaflah, okay?" pinta kepala pelayan itu lembut. Mungkin, dengan cara itu Kathe bisa sedikit luluh. "Tapi aku tidak salah Nyonya!” "Baiklah, minta maaf atau kau dipecat!” Ucap kepala pelayan itu frustasi. Kathe benar-benar keras kepala. Dan hidupnya juga harus ikut terancam karena Ke keras kepalaan satu pelayan bernama Katherine Devanya. Kata-kata terakhir kepala pelayan itu membuat Kathe tersentak. Bingung. Kathe merasa sangat bingung, kenapa dia harus memilih 2 pilihan yang sangat sulit. Minta maaf atau Dipecat? Astaga--jika dia dipecat? Ini satu-satunya pekerjaan yang dia punya. Dari mana dia harus mendapatkan uang untuk membiayai hidup dan dia berikan pada ayahnya? Lalu, jika dia minta maaf? Jelas, Ini bukan kesalahannya. Apa jadinya, jika kebenaran yang selalu disalahkan? Hanya karena yang membuat kesalahan adalah orang kaya dan berpengaruh besar, lalu bisa berbuat seenaknya? Tidak! Ini tidak adil! Dia harus melawan. Meskipun dia miskin, harga dirinya tidak akan dia biarkan diinjak-injak oleh orang lain. Max terkekeh. Wanita di depannya, pasti sedang mempertimbangkan pilihan yang pastinya akan sangat sulit untuk wanita bernama kathe itu putuskan. Hancurlah bersama keras kepalamu itu, Nona. Max memakai kacamatanya kembali. Melangkah angkuh meninggalkan Kathe yang masih berdiri mematung di tempatnya. Max sangat yakin, wanita keras kepala itu akan menyerah dan minta maaf padanya. Tapi belum sampai Max duduk kembali di kursinya, jawaban perempuan itu membuat semua orang menganga tak percaya dan tentu saja membuat Max geram. "Hey kau Tuan angkuh. Jangan kau kira, aku akan merendahkan harga diriku, dan minta maaf padamu. Aku tidak salah, dan kau ... “ Kathe menjeda ucapannya sejenak, melangkah anggun mendekati Max yang menatapnya. “bermimpilah, karena aku tidak akan pernah minta maaf pada seseorang yang berbuat salah! Dan satu lagi, aku mengundurkan diriku, bukan karna DI PECAT!" Oh My God .... Orang-orang di sana, terpaku mendengar jawaban pelayan itu. Entah bagaimana nasib pelayan itu setelah insiden ini? Mereka hanya bisa berdo’a, semoga pelayan itu masih bisa bernapas untuk beberapa jam ke depan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD