hening

1468 Words
"dari mana aja kamu?" ucap mama susi pada anak bungsunya yang baru pulang setelah menghilang selama dua hari. "hehe mama.. aku dari bogor" "ngapain balik lagi kesana?" "temen ada yang ulang tahun" "besok-besok bilang ke mama nak.. kamu itu bukan anak cowok yang bisa mama biarin pergi sesuka hati, kamu itu cewek.. gadis lagi" susi menggiring anaknya menuju meja makan , program penggemukan badan gina sebenarnya sudah dimulai sejak hari kaburnya dia, tapi tertunda. "mama denger kamu bikin ulah lagi dirumah dela" dela adalah adik ipar susi , sekalgus ibu kandung dari dika dan rafa. "wuahahaha ya engga lah ma" tapi senyum tiga jari gina luntur karena mamanya menunjukkan wajah tidak percaya "oke ma.. aku janji ga akan bikin onar lagi. aku udah kehilangan partner in crime ku dua hari yang lalu" "gin.. kamu kok baru nongol" satu-satunya menantu yang dimiliki mama susi bergabung dimeja makan berikut istrinya. "eh bang fino.. aku kemaren balik lagi kebogor gara-gara temenku ulang tahun dan pengen dirayain" jelas gina dengan semangat apalagi melihat abang iparnya yang ganteng. "alvan ulang tahun gin? pasti dia pengen dirayain sama kamu aja, ya kan?? kapan kalian mau resmiin" "ini pada ngomongin apa? alvan itu siapa?" potong susi pada obrolan seru kedua anak perempuannya sementara si bungsu tampak membelalakkan mata karena kakaknya menyebut-nyebut alvan didepan sang mama. "alvan itu temenku yang ulang tahun ma, dan kamu beneran cuma temen kok. juga ada yang lain, ga aku aja yang ngerayain ultahnya alvan" "ooh.. ya jelas-jelas lah.. kalo emang serius, ajak dia ketemu mama" ucap susi dan langsung dibalas dengan : tadi kan aku bilang kami temenan beneran ma, mama jangan dengerin kakak deh "bang fino aku dikasih kerjaan kek" "besok kalo anak kami udah lahir kamu jadi nanynya" "ogah, aku ga suka anak kecil. aku minta kerjaan yang ada abang-abang gantengnya. yang dewasa,tinggi, ramah,penyabar, mapan" "itu nyari suami atau nyari kerjaan?" ledek nadin pada adiknya yang penuh dengan khayalan "ya nyambil.. sambil kerja dapat suami kan enak, ya ga ma?" "terserah kamu aja, dunia ini berjalan kan sesuai keinginan kamu" ejek sang mama dan kembali ke depan . meninggalkan anak dan menantunya yang asik bercerita.susi merasa obrolan anak muda tidak terlalu pas untuknya. ~~~ gina segera menemui bang dika-nya saat sang abang menanyakan dirinya ingin ditolongin supaya bisa kebogor lagi atau kerja sama dia. dan untuk lebih jelasnya dia ingin bicara tatap muka dengan sang abang. saat sampai di parkiran kantor dika yang kebetulan juga kantor rafa, gina tidak sengaja berhenti mendadak dan berakibat mobil dibelakangnya menabrak bagian belakang mobil milik gadis itu. gina keluar dan langsung dimarah-marahi oleh sang bapak yang juga minta ganti rugi. "ada apa ini?" tanya rafa yang langsung mendekat melihat keributan , ia baru saja selesai makan siang dengan calon istrinya. "anak ini ga bisa bawa mobil , dia tiba-tiba aja berhenti tanpa aba-aba. sekarang mobil saja bonyok" terang sang bapak, gina memang tidak bisa bawa mobil sudah berkali-kal ia gagal dalam tes mengemudi. entah para pengujinya yang t***l atau dirinya yang bodoh, ia nekat membawa kabur mobil mamanya karena suntuk dirumah dan mengingat jalanan menuju kantor dika cukup aman untuk orang yang hanya punya bekal teori, gina merasa bisa sampai dengan selamat rafa sendiri sangat kaget karena adiknya itu benar-benar tidak memikirkan nyawanya yang bisa pergi kapan saja. dia benar-benar tidak punya pengalaman yang baik dalam mengendarai mobil, mama susi melarang anak bungsunya mendekati mobil karena gina adalah tipe cewek yang sangat senang berada diluar rumah dan wanita itu takut anaknya lupa jalan pulang ke rumah. "maaf pak, saya akan ganti" "engga pak" teriak gina memotong ucapan rafa. ia benci rafa masih bersikap seolah kata-katanya kemaren ga serius. "saya adik pemilik perusahaan ini pak, nanti saya minta abang saya untuk ganti rugi. untuk sekarang bapak pegang KTP saya aja ya?" "ga bisa gitu dong.. mana abang kamu yang katanya pemilik perusahaan itu?" dengan cemas gina menelfon dika dan menyuruh abangnya itu turun untuk membantunya menyelesaikan masalah. awalnya ia takut jika dika tidak sedang dalam ruangannya atau sedang meeting. gadis itu mengabaikan keberadaan rafa. ia langsung mengampit lengan dika saat sepupunya itu muncul diujung lorong. ia berlari menuju dika dan menceritakan kronologis ceritanya selengkap yang ia bisa tanpa menambah atau mengurangi. sedangkan rafa yang melihat ekspresi adiknya yang sangat bahagia melihat kedatangan dika langsung menjauh. pria itu tampak kesal. apa ia tidak mengerti dengan kalimat gina yang menjelaskan bahwa mereka akan mulai menjadi orang asing? ~~~ dika memperhatikan adik sepupunya yang meletakkan pipi di atas meja dengan sebelah tangan mengaduk-aduk minuman yang tadi dipesannya. ia mengerti jika gadis itu masih syok karena acara tambrakan tadi. "jadi gimana? mau kembali ke bogor tapi ga ngerjain apa-apa dan ngabisin duit atau kerja sama abang disini?" "disini ada abang-abang gantengnya ga?. yang dewasa,tinggi, ramah,penyabar, mapan" ucap gina kembali mengulang persyaratannya kemaren "di sini cuma abang yang genteng,dewasa,tinggi,ramah,penyabar dan mapan. tapi sayangnya sudah beristri. eh tapi ada satu orang lagi yang sama kayak kriteria kamu minus penyabar. namanya rafa ardan pratama" kekeh dika yangmenyadari bahwa tadi adiknya sudah ingin membantu gina tapi cewek itu tidak mau "yeeee... itu mah cari mati" "cari mati kepalamu.."ejek dika dan melanjutkan makan, dia hanya akan membiarkan gina melakukan apa yang adiknya itu mau. ada kesenangan tersendiri baginya karena gina menganggapnya lebih dari yang biasa namun ia iba melihat seseorang lagi yang tidak pernah dianggap oleh gina, padahal dirinyalah yang paling berhak atas panggilan 'abang'. gina adalah tipikal cewek penyebar virus tawa, dari dulu dika ingin berbaur dengan adiknya itu sedekat rafa mampu berbaur dengan gina tapi tidak bisa. karena bagi gina cukup satu abang dan dia memilih rafa untuk jadi abangnya. bahkan ia mengabaikan keberadaan abang kandungnya "kuping abang rasanya jadi damai sejak kamu diam-diaman sama rafa" "hm.. baguslah.. abang nyaman ginapun senang" ucap gina cuek dan menyeruput separoh isi gelasnya. "sampai kapan abang gantiin posisi rafa?" "selamanya lah.. jadi kalau besok abang punya anak.. kasih sayang buat aku ga boleh lupa ya" ancam gina dan langsung menarik piring dika dan melahap isinya. "gimana pendapat abang kalo aku bilang liana itu cewek lintah? aku liat kemaren dia juga nempel banget sama mama dela" "tapi kamu diam-diam aja ya? ga boleh bilang sama orang lain soalnya abang ga pernah bergunjing" ucap dika mencondongkan badan ke arah gina dan adiknya pun mengangguk setuju, "sumpah dia bikin jijik" ungkap dika dan disambut tawa kencang oleh gina. pasalnya gina tidak pernah melihat abangnya itu menunjukkan ekspresi seperti barusan. tawa gina berhenti karena seseorang menelfonnya. saat gina beranjak dari kursinya saat itu pula dika melihat adiknya yang juga sedang menatapnya. rafa duduk tepat tiga meja setelah gina. dika dibikin heran kenapa rafa bisa ada dikantin saat jam makan siang usai? bukannya ia habis makan siang bareng liana? . 'kamu udah sampe?' "udahlah.. dari kemaren kali van" 'tapi ga bilang apa-apa. setidaknya kabarin aku kalo kamu udah nyampe rumah dan sehat-sehat aja' ucap orang yang bernama alvan "sori sori.. harusnya kamu yang nanya, aku kan cewek" 'yakin kamu cewek? cueknya kok kayak cowok ya?' "yeee aku ini perhatian banget ya.. apalagi sama kamu" ucap gina yang sudah menemukan spot untuk bercengkrama dengan cowok yang ditaksirnya itu. 'gombal kamu.. harusnya kan aku yang gombalin' "emansipasi van.. oh iya van, aku bagusnya nerima tawaran kerjaan bang dika atau kembali ke bogor ya?" 'emang apa yang kamu cari disini gin?' gina terdiam karena tidak mungkin ia menjawab bahwa alvanlah yang dicarinya sampai kesana 'kamu itu anak cewek, kalo menurut aku kamu tinggal sama mamamu aja' "hm.. oke deh, aku bakal nyoba kerja sama bang dika walaupun disini ga ada abang-abang ganteng yang dewasa,tinggi, ramah,penyabar dan mapan" "kriteria kamu badai banget gin hahaha" "jangan ngomong-ngomong badai deh van ,kamu kan bukan b*****g. aku ga mau kalo ada yang denger terus nyangka kamu b*****g. ya udah , telfon aku lain kali ya. nanti abangku bosan nungguin" . "siapa sih yang nelfon sampe kamu harus ngejauh dari abang?" "abang doain aja ya.. semoga dia beneran jadi adik ipar abang" jawab gina lantang tanpa sadar orang di belakangnya mendecih. rafa memang tidak pernah yakin jika gina bisa berakhir di jenjang pernikahan bersama si alvan-alvan itu. dari sudut pandang rafa, kedua orang itu cuma akan stuck di friendzone. "amin, jadi gimana?" "aku mau nyoba tinggal sama mama terus cari kerja. tapi aku kerja sama abang iparku aja deh biar sekalian awasin dia ups sori bang" ucap gina karena dika masih sensitif jika bicara soal fino. dika selalu menguarkan aura permusuhan jika bertemu dengan fino sedangkan abang ipar gina yang selalu adem ayem itu tidak pernah menganggap dika sebagai saingannya. "huhh.. yaudah. kalo kamu kedapatan bantuin nadin cinta sama dia, awas ya" dika berdiri dan menjauhi gina. "loh abang ngambek??? abang bisa ngambek juga?" tanya gina yang mengikuti dika sambil memperhatikan wajah datar sang abang. setelahnya dika menyuruh gina pulang tapi gadis itu kapok pulang sendiri, akhirnya ia diantar oleh salah satu bawahan dika sampe rumah
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD