Chapter 1

2141 Words
“Yang Yang,” ujar seorang wanit cantik memanggil pria di depannya. “Panggil aku David!” sahut pria beralis tebal itu tegas. Suasana romantis café tidak membuat hatinya lebih baik. David menatap tajam gadis di depannya. Sekelebat bayangan masalalu muncul membuat dadanya bergemuruh. “Kenapa? Bukankah dulu aku memanggilmu seperti itu?” David tersenyum tipis, jika dulu ia sangat senang mendengar nama aslinya disebut oleh gadis di depannya—Jia Li—tapi tidak untuk kali ini. Rasa sakit yang ditorehkan Jia Li masih membekas. Ia masih ingat bagaimana gadis itu menghianati cintanya. “Kita tidak sedekat itu. Sudah berapa kali aku katakan padamu, hubungan kita sudah berakhir sejak lama.” David membuang wajahnya menatap pemandangan di luar café. “Berhenti mendekatiku!” lanjutnya tanpa menatap Jia Li. “Tapi—“ David berdiri, menyampirkan ransel hitamnya di pundak kanan. Tanpa melihat gadis itu, David pergi tanpa sepatah kata. Jia Li kesal, usahanya untuk kembali mendekati David gagal.  Gadis itu tahu bahwa ia salah, tapi David tidak pernah memberi kesempatan untuk ia menjelaskan. Demi mendapatkan David lagi Jia Li bahkan rela meninggalkan pekerjaan impiannya di Hongkong. Gadis itu memilih menjadi artis  untuk bisa mendekati David.                  Jia Li mengambil ponsel di dalam tas mahalnya. Tangan gadis itu dengan lincah mencari nama seseorang dari kontaknya. “Lakukan tugasmu,” ujarnya dengan senyum lebar setelah seseorang diseberang sana menyapa. ***- *** -*** David memukul setir mobil. Pertemuan dengan mantan kekasihnya beberapa saat lalu membuat mood pria itu buruk. David berusaha melupakan rasa sakit yang ditorehkan gadis itu di masa lalu, tapi sekarang dengan tanpa rasa bersalah Jia Li hadir dalam hidupnya. Bahkan gadis itu mempunyai profesi yang sama dengannya sebagai pemain film. David tidak mempersalahkan jika Jia Li menjadi artis, tetapi David kesal karena mereka sering terlibat proyek yang sama, entah ini kebetulan atau tidak yang jelas David membencinya.  David mulai menjalankan mobil, ia tidak mau liburannya terganggu karena pertemuan tadi. David ingin melepaskan kepenatan. Cukup lama ia berkendara dengan santai dampai akhirnya suara ponser mengganggu pria itu . Dilihatnya nama yang tertera di layar ponsel. Manager Li. David mengabaikannya, ia fokus pada padatnya lalu lintas. Namun sayang, ponsel pintarnya tidak henti berdering membuat David akhirnya mengalah dan mengangkat panggilan dari Manager Li. Dengan headset bluetoth di telinganya ia kemudian menggeser warna hijau pada layar ponsel. “Wei?” ujarnya singkat. “Hei bocah, apa yang kau lakukan?” teriak Manager Li membuat David mencabut headsetnya dari telinga.  Pria tua itu tidak pernah santai setiap menghubunginya. David kembali memasangkan benda putih itu ke telinganya. “Bukankah aku sudah bilang akan berlibur?” “Bukan itu maksudku. Coba kau lihat berita yang beredar!” David mengernyit, pria itu segera membuka aplikasi online yang bisa mengakses berita dengan cepat. David membulatkan matanya saat dirinya menajdi tranding topik  dalam waktu singkat. Apa-apaan ini? maki David dalam hati. Gossip yang mengatakan bahwa dirinya memiliki banyak kekasih alias play boy ramai diperbincangkan netizen. Banyak komentar-komentar negatif yang membuat orang berpikiran yang aneh-aneh tentang dirinya. David berusaha menguasai emosinya ketika Manager Li kembali bersuara. Hidup tenangnya mulai terusik oleh gossip murahan. Tidak. Ia tidak ingin citra baiknya tercoreng karena gossip seperti itu. Susah payah ia membangun karir hingga menjadi terkenal seperti sekarang. David mengeram kesal, disaat dirinya tengah berlibur ada saja masalah yang terjadi. Manager Li mengintrupsi, membuat David menghela napas panjang, “Baiklah tunggu aku di rumah. Aku akan menemuimu setelah datang dari pantai.” David memutuskan sambungannya. Bagaimana pun liburan menjadi prioritas utamanya kali ini. Sebelum turun dari mobil David kembali memperbaiki penampilannya, sebuah tompel hitam melekat di pipinya, tidak lupa dengan kumis tipis membuat penampilannya semakin aneh. David menatap puas penyamarannya kali ini. Pemandangan pantai yang indah serta birunya langit dengan deburan ombak yang berlomba menyentuh bibir pantai membuat kekesalannya menguap. David mengambil beberapa gambar untuk ia simpan. Keindahan pantai Tianya Hajiao selalu bisa membuatnya terpukau.Pantai paling ujung Sanya ini tidak pernah membuatnya kecewa, ia selalu menikmati pantainya, udara yang segar, bebatuan yang indah, matahari yang bersinar terik serta birunya air laut.  Diletakkannya tas hitam miliknya  dekat sebuah batu besar. David akui hanya pantai yang bisa mengobati kejenuhannya.Kaos putih tipisnya  basah oleh air laut mencetak sempurna lekuk tubuh atletisnya. Ia senang pantai Tianya Haijiao Beach lenggang saat ia berkunjung. Ketenangan inilah yang ia cari terlepas dari jadawl syuting yang padat. David menyisir rambut basahnya, berjalan dengan gagah di mana tempat tasnya berada. Pria itu ingin mengganti pakaian basahnya. Mata David melebar ketika melihat tasnya kosong melompong. Baju kaos serta celana olahraganya menghilang, sedangkan dompet dan benda berharga lainnya masih ada. “Siapa yang mencuri pakaianku?” gerutu David menjambak rambut hitamnya. *** Tin … Tin… Tin.. Suara klason kendaran terus berbunyi membengkakkan telinga. Bukan disebabkan oleh macet tapi  karena seorang gadis berdiri di tengah jalan. Penampilan gadis itu mencuri perhatain. Kaos kebesaran dan celana olahraga yang kedodoran dnegan rambut kusut membuat gadis itu terlihat seperti gembel. Namun sayang karena wajah cantiknya membuat asumsi itu memudar. Kulit putih bersih seperti melakukan perawatan mahal.          Mayleen berdiri mematung dengan kaki gemetar, ia belum pernah melihat benda yang digunakan manusia untuk bergerak. Ia takut terlebih benda itu bergerak cepat di sisinya. Sebuah mobil hitam melaju kencang, suara klason mobil yang nyaring membuat Mayleen memejamkan matanya, tubuhnya kaku saat merasakan suara mobil semakin mendekat. Tin … Tin…. Greeb...         Tubuh Mayleen ditarik oleh seseorang, badannya membentur sesuatu yang keras. Mayleen membuka matanya. Gadis itu terpana merasakan kekarnya tubuh manusia di depannya.  Kedua tangan gadis itu terangkat menyentuh d**a bidang yang kokoh. Gadis itu tersenyum, ia merasa terlindungi saat berada dalam pelukan itu.          Mayleen mendongkak, menatap manusia yang telah menolongnya. Alis tebal dan rahang tegas pria itu membuat Mayleen menyukainya. Kumis tipis manusia itu membuat ia terlihat lucu di mata Mayleen. Tanpa sadar Mayleen menyentuh kedua pipi halus sang penyelamatnya. “Apa yang kau lakukan?” ucap pria itu dingin. Manik hitamnya menatap mata almond Mayleen dalam, sebelum menghempas kasar tangan gadis itu.          Mayleen langsung cemberut mendapat perlakuan kasar. David menyatukan alisnya saat melihat pakaian yang dikenakan Mayleen. Ia seperti mengenal pakaian itu. David mencengkram kerah kaos yang dikenakan Mayleen membuat gadis itu menjinjitkan kakinya. “Ini pakaianku! Kau yang mencurinya?” bentak David.          Ia tidak peduli jika sedari tadi mereka menjadi tontonan gratis. Gadis itu membulatkan mata. Mayleen teringat kejadian beberapa saat lalu ketika ia dan Rin ke permukaan.         Rin dan Mayleen berenang ke permukaan, gadis berekor biru itu mengintip orang-orang yang sedang menghabiskan waktu di pantai. Rin untuk pertama kalinya melihat kehidupan manusia hanya terdiam kagum. Ini snagat luar biasa bagi Rin.         Mereka bersembunyi di bebatuan besar, Mayleen membuka kerang yang ia bawa. Gadis itu menatap Rin dnegan senyum merekah. Rin mengangguk agar Mayleen tidak ragu. Gadis itu pun memakan rumput laut yang ada di dalam kerang. Dalam sekejap ekor birunya berubah menjadi sepasang kaki jenjang. Rin terharu melihat Mayleen menjadi manusia. Rin mengerutkan alisnya, masih ada yang kurang dari penampilan Mayleen . “Ada apa?” tanya Mayleen saat Rin menatapnya aneh. “Kau tidak punya penutup tubuh,”celetuk Rin membuat Mayleen sadar akan ketelanjangannya.  Rin kembali menyelam, sesaat kemudian gadis itu muncul membawa beberapa rumput laut. Rin membelitkan rumput itu pada tubuh Mayleen.  “Aku akan merindukanmu, jaga dirimu baik-baik,” ujar Rin sebelum kembali ke laut. Mayleen melambaikan tangannya ia merasa berat untuk meninggalkan Rin sendiri di lautan. Tidak jauh dari tempatnya sekarang, Mayleen melihat sebuah tas hitam tergeletak di atas pasir dekat batu besar. Dengan cepat Mayleen mengambil tas itu, beruntung ada pakaian  yang bisa ia gunakan untuk menutupi tubuhnya, meski ukurannya tidak pas di tubuhn Mayleen. “Ti … tidak,” bohong Mayleen. Gadis itu mencoba mengelak. “Jangan berbohong! Kenapa kau mencuri pakaianku?” David marah, ia paling membenci ada orang yang menggunakan barangnya tanpa izin. “Apa mungkin kau fans fanatik yang diam-diam mengikutiku?”         Mayleen menggerakkan tangannya di depan wajah David. Gadis itu menggeleng. Ia tidak ingin David salah paham padanya. David mencondongkan tubuhnya membuat Mayleen menunduk, ia takut David akan memakannya, bukankah manusia suka menangkap ikan untuk dimakan? Dari kejauhan Manager Li berlari menghampiri David. “Apa yang sedang terjadi David? Kau sedang ditonton banyak orang,” bisik Manager Li sambil melihat orang-orang disekitarnya. David menengadahkan tangannya pada Manager Li, tatapan pria itu tidak lepas dari Mayleen. Gadis itu menunduk, takut melihat wajah marah David. “Apa?” tanya Manager Li. “Spidol.”         Manager Li menatap David bingung tapi ia tetap memberikan benda yang pria itu inginkan. David membuka tutup spidol dengan mulutnya. Pria itu menarik tangan Mayleen dan membubuhkan tanda tangannya di telapak gadis itu. “Itukan yang kau mau? Jangan pernah menguntitku lagi dan jangan muncul di hadapanku. Mengerti?” ujar David sebelum pergi meninggalkan Mayleen.         Gadis itu menatap punggung tegap David. Untuk pertama kalinya ia dibentak oleh manusia. Ditatapnya tanda yang diberikan pria itu di tangannya, Mayleen tertegun David telah menandainya. Mayleen tersentak, bagaimana pun pria itu marah karenanya dan Mayleen harus meminta maaf pada pria itu. Mayleen pergi mengejar David, berharap pria itu mau memaafkannya.         Senyum  Mayleen mengembang ketika melihat dua pria tadi memasuki benda beroda empat. Benda aneh yang beberapa saat lalu hampir menghantam tubuhnya. Maylee berlari kencang dan membuka pintu belakang mobil dengan cepat membuat si pemilik mobil membalikkan badanya ke belakang. “Apa yang kau lakukan di mobilku? Cepat keluar!”         Mayleen menggeleng, ia tidak akan keluar dari mobil itu sebelum David memaafkannya. “Kau marah karena diriku. Aku minta maaf,” ujar Mayleen menatap mata hitam David. “Aku bilang keluar!” “Aku tidak akan pergi sebelum kau memaafkanku,” kekeh Mayleen.          Manager Li yang berada di belakang kemudian menggelengkan kepala mendengar pertengkaran dua anak manusia di depannya. Ini pertama kalinya ia melihat David berdebat  dan tidak mau mengalah. Tanpa sengaja Manager Li melihat segerombolan wartawan menuju mobil mereka melalui kaca spion. Pria berkaca mata itu lupa menyampaikan pada David jika wartawan sedang berkeliaran di sekitar pantai. Li Wenhua menyadari mereka dalam masalah besar. “David, sudahlah biarkan saja dia ikut bersama kita. Wartawan sedang mengincarmu.”         Peringatan itu diacuhkan oleh David yang ada dalam pikirannya saat ini adalah mengusir gadis aneh si pencuri pakaian. Pria itu keluar dari mobil dan membuka pintu penumpang. Mayleen menjauh tahu akan David melukainya. “Cepat keluar!” bentak David namun Mayleen menggeleng. David kesal apalagi wartawan sudah melihat keberadaannya. Ia harus segera pergi sebelum wartawan itu mendekat. David menarik paksa tangan Mayleen,  tetapi gadis itu melawan dan menarik tangannya kuat hingga membuat tubuh David tersungkur dan …. Cup...         David dan Mayleen membeku dengan mata membulat sempurna saat kedua bibir mereka bertemu. Para wartawan tidak menyianyiakan moment itu. David segera menguasai diri kemudian masuk ke dalam mobil sebelum wartawan semakin dekat. Seketika wartawan mengerubuni mobilnya dan berusaha mendapatkan gambar yang bagus.          Namun dengan cepat David memeluk Mayleen agar wartawan tidak melihat wajah gadis itu. Manager Li  segera melajukan mobilnya dan melesat pergi. David menghela napas panjang sambil menyandarkan tubuhnya pada jok mobil, ditatapnya Mayleen yang masih memeluk pinggangnya erat.  David mencoba melepaskan tubuh mungil itu, namun Mayleen mengerang dan memeluk pinggangnya kuat.          David kesal, sekarang gadis itu menjadikan pahanya sebagai bantal tidur. David ingin mengumpat melihat kelakuan ajaib si pencuri pakaian. “Bukankah dia seperti putri tidur?” celetuk Manager Lee dengan senyum yag dikulum.  David mengangkat alisnya tinggi-tinggi. Gadis pembuat masalah ini tidak pantas dijuluki putri tidur. “Apa maksudmu?” Manager Li tertawa melihat David menekuk wajahnya. “Jika di dalam dongeng putri tidur akan bangun saat pangeran menciumnya, tapi gadis ini malah tertidur setelah mendapat ciuman.”         Manager Li tertawa, ia belum pernah melihat berbagai macam ekspresi kekesalan David, kalau pun marah pria itu hanya menampakkan wajah datarnya sedatar triplek dan sedingin es. “Dan kau kurcacinya,” balas David dingin.         Manager Li menahan tawa, ia tahu David sedang marah.  Mobil mereka bergerak memasuki sebuah rumah yang cukup besar. Manager Li keluar lebih dulu membawa ransel hitam David. Pria berdarah campuran  itu mengguncang tubuh Mayleen namun tidur gadis itu tidak terganggu sama sekali. Dengan menahan kesal David memencet hidung Mayleen. Sontak gadis itu kaget dan bangun dari tidurnya.  “Kau terlihat menikmati tidurmu,” sindir David sebelum keluar dari mobil. Mayleen mengikutinya. Belum sempat Mayleen masuk ke dalam rumah, David mencegatnya. Gadis itu menatap David bingung. “Kenapa kau mengikutiku? Sana pergi!” usir David.      Entah kenapa David merasa punya kesenangan baru, yaitu mengusir gadis di depannya. Mayleen pun menundukkan kepala, ia tidak berani bersuara mengingat mereka akan berakhir adu mulut. David mengabaikan Mayleen, ia masuk ke dalam rumah, tapi langkahnya terhenti ketika merasakan ujung bajunya ditarik. David menoleh ke belakang. Mayleen memegang ujung kaosnya dengan kepala menunduk. David menghela napas. Gadis ini keras kepala atau  tidak mengerti arti pergi?  David membuang napas panjang, ini pertama kalinya ia bertemu fans gila. “Apa maumu?” ujar David menormalkan suaranya. “Aku tidak punya tempat tinggal,” kata Mayleen kemudian mengangkat kepalanya. David mendesah frustasi. Ingin rasanya  memaki gadis itu, namun diurungkan saat melihat Manager Li berlari menghampiri. “Kau lihat ini? Banyak berita yang beredar tentang dirimu,” ucap manager Li memperlihatkan artikel yang memuat berita tentang David.Bahkan foto David dan Mayleen sedang berciuman pun beredar luas. Beruntung wajah Mayleen tidak terlihat dengan jelas. David menatap Mayleen kemudian menunduk lesu. “Apa yang harus kita lakukan?” ujarnya. Manager Li membisikkan sesuatu di telinga David. “Kita biarkan gadis ini tinggal sementara waktu, agar para wartawan tidak bisa melacaknya.”         David mendelik karena ide konyol itu. Belum sehari bersama gadis itu sudah membuat repot, bagaimana jika mereka tinggal bersama-sama. David mengacak rambutnya, ia bisa gila jika bersama Mayleen. “Ayolah ini demi karirmu David, ingatlah bagaimana kau memulainya,” desak manager Li membuat David tidak ada pilihan lain.      David harus menjauhkan Mayleen dari wartawan sementara waktu dan itu berarti hidup tenangnya akan terganggu.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD