S a t u ✓

445 Words
Farhan menghisap lebih dalam rokok yang diapit oleh jari telunjuk juga jari tengah miliknya. Jam masih menunjukan pukul sepuluh malam ketika ia pergi ke rooftop ini untuk sekadar menenangkan diri. Ia menghembuskan nafas berat, juga lelah. Ia menarik rambut nya kebelakang kala kenangan itu berputar-putar diotaknya. "Huft kemana kamu sekarang?" Matanya menerawang sendu pada gedung pencakar langit yang ada didepan nya. Tatapannya sendu. Bola mata berwarna coklat itu berkabut memandang langit gelap kota Jakarta dari atas rooftop rumah sakit. Ia ingat semuanya, semuanya tentang perempuan itu. Dan ia merindukannya, merindukan wanitanya- bukan mantan wanita lebih tepatnya. Merindukan kasih sayangnya, merindukan perhatiannya, merindukan sapaan hangatnya setiap pagi, merindukan kalimat kalimat yang selalu diutarakan dari bibir tipisnya, juga merindukan senyum manis yang selalu terpatri di wajahnya yang ayu. Farhan tersenyum getir mengingat kebodohannya, ia menyia-nyiakan orang sebaik Nara demi orang yg bahkan entah lah, dirinya tak tahu. "Andai saya bisa ngulang waktu, saya bakalan minta tuhan buat putar waktu, dan membuat saya mencintai kamu sedari dulu. Saya rindu kamu, Nara. " Ucap Farhan begitu lirih. Ia membuang rokok yang hanya tersisa ujungnya saja ke lantai rooftop ini, lalu menginjak puntungnya agar bara api itu mati. Ia mengecek jam pada ponselnya, jam 23.00. Batinnya terhenyak sesaat ketika ia mengingat ada seseorang yang harus ia temui dirumah sekarang. Farhan lantas berdiri dan meraih jas dokternya. Ia turun dari rooftop rumah sakit dan berjalan menuju parkiran. Setelah itu ia menjalankan mobilnya untuk kembali ke rumah. Karna ada seseorang yang juga sedang menunggunya. *** Suara deru mobil yang mulai terdengar di telinga nya membuat wanita yang tadi tertidur di atas meja makan dengan tangan terlipat itu bangun. Ia mengusap matanya pelan. Tatapannya beralih ke arah jam dinding di atas kulkas. 23.30 wib. Terlalu larut memang rasanya untuk kepulangan suaminya malam ini. Tapi tidak apa, itu sudah biasa. Nur-nama perempuan itu- segera berjalan ke arah pintu masuk, dirinya tersenyum sumringah kepada suaminya, Farhan yang baru saja pulang dalam keaadaan yang sedikit kacau. Rambutnya berantakan, kemeja baby pink yang dipakainya juga sedikit acak-acakan. Tak lupa jas dokter yang sudah ia sampirkan di lengannya. Nur mengambil alih jas dokter dan juga tas kerja Farhan. Farhan diam. Ia memperhatikan Nur dengan seksama. Perempuan di hadapannya adalah perempuan yang sangat ia cintai sedari dulu. Meski sekarang hati nya terbagi karna Farhan juga mencintai mantan istrinya yang pergi. "Kamu mau makan?" Nur bertanya. Tangannya dengan cekatan membuka sepatu sekaligus kaus kaki Farhan dan menaruhnya di atas rak sepatu di belakang pintu. Farhan mengangguk. Membuat Nur menariknya ke meja makan. Di meja makan Nur menyiapkan piring lalu memasukan nasi dan beberapa lauk ke dalam piring Farhan. Farhan diam. Ia masih menatap Nur. "Nur," "Iya?" "Aku mencintaimu," lirih Farhan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD