bc

Thalia's Romantic Story (Bahasa Indonesia)

book_age18+
3.5K
FOLLOW
73.4K
READ
billionaire
sex
contract marriage
one-night stand
arrogant
manipulative
boss
drama
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

NOT FOR CHILDREN AREA!

21+ with Implisit content, harsh words/cursing

Dalam proses pencarian Adiknya di Negri orang. Thalia Cho dipertemukan dengan lelaki tampan penuh pesona dan godaan, Darren Davidson. Lelaki terpanas yang selalu menjadi headline news hampir disetiap waktunya.

Jika ada yang bertanya. Apakah Thalia menyukai Darren? Tentu saja ia menyukainya, memang siapa yang tidak menyukai lelaki tampan dan sangat kaya raya itu? Siapa yang bisa menolak pesonanya?

Akan tetapi Thalia sadar. Baginya lelaki tampan itu hanya memiliki dua kemungkinan. Jika dia tidak b******k, maka dia penyuka sesama jenis. Tidak ada lelaki yang benar-benar baik didunia ini, Karena menurut Thalia sebaik apapun mereka, para lelaki itu tetap akan menggunakan segala cara untuk menjebak wanita yang mereka inginkan.

"Menurutmu, Darren lelaki b******k atau penyuka sesama jenis?"

"Darren? b******k yang sangat b******k! sialan! dia bahkan berani meniduriku!"

"Tapi, bukankah malam itu kau bisa menolak jika tak ingin? Lalu kenapa kau hanya diam dan membiarkannya menidurimu?"

Skakmat!

Thalia tidak bisa menjawab pertanyaan sahabatnya itu.

Lalu bagaimana reaksi Thalia jika ia tau, bahwa Darren yang telah menidurinya ternyata seorang lelaki b******k yang juga merupakan penyuka sesama jenis?

Apakah Thalia akan mundur? Atau justru berhasil membuat Darren menjadi lurus?

Bagaimana kisah romantis Thalia bersama Darren?

UPDATE!

chap-preview
Free preview
PROLOG
PROLOG   “b*****h sialan! Kau jual pada siapa adikku?”   Thalia berteriak, meledakkan amarah tepat didepan wajah Wilson, pamannya. Begitu keluarganya meninggal, Thalia memang menitipkan Tania –sang adik- pada Wilson selagi ia bekerja diluar kota. Namun sayang, begitu ia kembali ternyata ia tidak mendapati sang adik dan dengan ringannya dia berkata bahwa Tania ia jual pada seorang pengusaha kaya demi mendapatkan uang untuk dirinya sendiri.   “Sudahlah lebih baik kau diam, sudah beruntung aku berikan adikmu pada orang kaya. Hidupnya akan terjamin, tak akan pernah kekurangan apapun, bahkan dia akan mendapatkan tempat yang lebih bagus.”   “Tua Bangka tak berguna! Mati saja kau!”   Thalia semakin murka apalagi saat melihat pria tua itu tertawa, sementara dirinya hanya bisa meronta saat kedua tangannya dipegangi dua orang penjaga. “Seharusnya aku tau kau bukan orang yang baik. Sialan! Dimana adikku?”   Pria itu menaikan wajahnya dengan angkuh, dia bahkan menyeringai padanya. “Aku tak akan mengatakannya.”   “b*****h! Kalau terjadi sesuatu pada adikku. Aku bersumpah akan membunuhmu dengan tanganku sendiri!” Thalia melepaskan dirinya dari kedua orang berbadan besar itu, kemudian ia beranjak dengan langkah lebar.   Thalia mengusap wajahnya, bingung dan frustasi. Kemana ia harus mencari adiknya? Salahnya, ia menitipkan Tania pada Wilson. Seharusnya dulu ia membawa adiknya itu hidup bersamanya saja, bukan meninggalkannya pada tua Bangka sialan itu. Namun nasi sudah menjadi bubur, ia tak akan pernah bisa memutar waktu kembali meskipun dengan penyesalan yang mendalam.   Saat Thalia berjalan dengan langkah lunglai, seseorang memanggilnya. Dia Bibinya, Ella—istri Wilson.   “Thalia—Tania. Dia dibawa ke Eropa. Bibi tidak tau tepatnya dimana tapi sepengetahuan Bibi dia dibawa kesana.” Jelas Ella dengan nada sedikit berbisik.   Thalia menatap Ella dengan mata sayu, “Terimakasih Bibi.”   Ella memeluknya. “Maafkan Bibi yang gagal menjaga adikmu. Ini—.” Thalia merasakan sang Bibi menyelipkan sesuatu pada saku coat yang ia kenakan. “Itu sedikit uang untukmu. Jika ada sesuatu katakanlah. Bibi akan berusaha membantumu dari sini. Cari adikmu.” Bisik Ella.   “Bibi—.”   “Sekali lagi, maafkan Bibi Thalia.” Ujar Ella kemudian mengurai pelukanya.   Thalia menatap wanita lanjut usia itu sesaat kemudian memberikan senyuman dan sebuah salam perpisahan. “Thalia pamit Bibi. Doakan Thalia.”   Setelah itu Thalia benar-benar pergi melanglang buana demi mencari keberadaan Tania tanpa menyadari bahwa sebenarnya ia tidak memiliki tujuan yang jelas. Proses pencarianpun tidak semudah yang ia bayangkan, tentu saja. Begitu sampai dan menyadari semakin lama uang yang dimilikinya semakin menipis. Tujuan utamanya tinggal menjadi beralih, ia bukan hanya mencari keberadaan sang adik. Ia justru disibukkan dengan banyak pekerjaan demi menyambung hidup di negeri orang. Hingga tanpa terasa empat tahun berlalu begitu saja tanpa ada hasil apapun.   ***   Sampai suatu waktu Thalia dipertemukan dengan Darren yang setengah mabuk diperjalanannya saat ia hendak pulang menuju flat sederhananya. Sampai sebuah malam panjang yang sangat panas dan penuh desahan pun terjadi.   Thalia menatap mata keemasan Darren yang dihiasi kabut nafsu, ditambah dengan alis yang tajam, hidung yang runcing dan juga garis rahang yang terbentuk sempurna, lalu jangan lupakan bibir penuh yang sangat godaan itu. Tampan, sangat Tampan. Pesonanya sangat kuat, hingga dirasa Thalia akan tenggelam dalam pesona yang lelaki itu miliki. Terlebih pakaian yang tadi dikenakan lelaki itu kini telah ditanggalkannya, mempertontonkan tubuh kecoklatan yang sempurna dan tanpa cela.   Memang siapa yang dapat menolak pesona lelaki sempurna seperti Darren?   Thalia kembali memejamkan matanya saat Darren mulai menciumi area telinga kirinya lagi, diiringi dengan sapuan hangat dan juga kecupan basah disana. Thalia melenguh tertahan saat dirasa ciuman Darren mulai berpindah menuju belakang telinga yang menjadi area paling sensitif pada dirinya.   “Hn—.”   Thalia meraih wajah Darren lalu dengan cepat memagut bibir sensual itu, mengecupnya, menyesapnya bahkan sesekali melumatnya secara perlahan. Lenguhan kembali dikeluarkan Thalia, wanita itu bahkan mendongak saat merasakan sapuan tangan hangat pada punggung telanjangnya.   Ciuman Darren berpindah, turun seiring dengan pakaian Thalia yang mulai lelaki itu tanggalkan.   “Sir—.”   “Darren. Namaku, Darren.”   Thalia justru melenguh kembali sebelum berhasil menyebutkan nama lelaki itu. Ribuan kupu-kupu serasa mulai terkumpul dan mulai beterbangan di atas perutnya, kala ciuman Darren semakin turun. Terasa begitu menyenangkan dan menantang.   Darren kembali naik, mengungkungnya, menatapnya dengan mata sayu. “Siapa namamu?”   “Thalia.”   Darren kembali memberikan lumatan pada bibir Thalia sebelum kembali berbisik. “Kau sudah basah.”   Thalia memejamkan mata saat tangan besar itu mulai menjalar menuju pusatnya. Tangannya ia tumpukkan pada bahu lelaki itu kemudian ia remat, melampiaskan perasaan aneh yang mulai menguasainya.   “Kau menikmatinya?”   Bukannya menjawab, Thalia justru kembali mendesah seraya mendongakkan kepala. Menikmati saat tangan besar itu mempermainkan pusatnya dengan lembut.   “Jawab aku Thalia.”   “Ngh—ya—.”   “Ya? Apa?” tanya Darren dengan jemari yang tak henti mempermainkan Thalia.   Thalia meraih leher Darren, memaksa lelaki itu agar mendekat. Namun dia justru bergeming.   “Katakan Thalia.”   “Ya—ini—nikmat.” Thalia kembali menarik tengkuk itu, namun lagi-lagi Darren bergeming.   “Kau harus menatap lawan bicaramu.” Bisik Darren diiringi desah penuh godaan.   Thalia hampir gila rasanya dengan permainan yang dimainkan oleh Darren. Kali ini ia menjambak belakang kepala lelaki itu, meremasnya dan mengacaknya pelan.   “Tatap aku.”   Thalia menatap Darren dengan tatapan sayunya. Ia tak tahan lagi, ia ingin segera menuju inti, tapi lelaki itu terus saja mempermainkannya.   “Lakukanlah. Lakukan Darren.”   “Lakukan apa?”   Thalia kembali memejamkan matanya, saat merasakan sapuan lain yang terasa lebih hangat pada pusat dirinya. Thalia kembali mendesah dan melenguh saat pusatnya dipermainkan oleh lelaki itu.   “Thalia—.” Bisik Darren dengan sensual.   “Lakukan Darren! Masuki aku! Hancurkan saja!”   “Hng—ahn.”   Sakit.   Thalia kembali memejamkan matanya dan bertepatan dengan itu ia merasakan lelehan air mata mengalir dikedua sisi wajahnya. Namun desah nafas itu masih saja keluar.   Lenguhan, desahan dan juga geraman terdengar seiring dengan hujaman yang diberikan Darren. Kasar, tak beraturan. Membuat keduanya terus mengeluarkan suara-suara nista yang semakin meningkatkan birahi dan nafsu. “Thalia—.”   “Aku—.” Thalia kembali melenguh, pandangannya menjadi putih saat dirasa puncaknya tiba.   Darren menggeram saat dirasa kebanggaannya diremas ketat. Hingga setelah beberapa kali hujaman, akhirnya ia pun mencapai putihnya.   Darren ambruk diatas Thalia yang juga masih mengatur nafasnya. Thalia masih memejamkan mata, setelah beberapa saat kemudian ia menyadari sesuatu. Matanya terbuka disertai dorongan yang membuat lelaki itu hempir terjatuh.   “Sialan!”   “Kau—kau tidak memakai pengaman Darren?”   ***        

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.5K
bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
91.0K
bc

When The Bastard CEO Falls in Love

read
370.4K
bc

JODOH SPESIAL CEO JUDES

read
289.2K
bc

See Me!!

read
87.9K
bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.2K
bc

The Seed of Love : Cherry

read
112.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook