Part 02: Lelaki penggoda

1221 Words
Suara hingar bingar dan lampu disko yang kerlap-kerlip bagai makanan sehari-hari untuk Rahel, ia yang diapit dua lelaki tampan bersandar di kepala sofa dengan senyuman lebar. Menikmati malam dengan para selirnya adalah surga dunia. Cup. "Anda mau minum?" suara serak dan kecupan ringan mendarat apik di pipinya, Rahel hanya melirik sekilas tak lama mengambil gelas kecilnya. "Boleh." Dua lelaki tadi langsung berebutan mengambilkannya minum yang membuat Rahel tersenyum miring, ia memang sudah sangat terkenal dan menjadi tamu VVIP di bar ini jadi semua orang disinipun tahu tentang bayaran yang selalu ia berikan sangat mahal, tak heran setiap kesini semua lelaki ini akan memperebutkannya. "Hei jangan bertengkar aku tidak suka melihat para selirku tidak rukun." Ujarnya menguap mulai bosan, tidak biasanya ia bosan begini, apakah ia harus beneran minum ya? "Maaf kami tidak akan berbuat bodoh lagi." Ujar mereka membuat Rahel benar-benar seperti sedang dipuja, ia yang dulu hanyalah wanita biasa berubah menjadi wanita yang mampu menaklukkan banyak pria, tanpa sadar senyuman miring terbit di bibirnya. "Ah tubuhku pegal," celetuknya tiba-tiba sambil memegang bahunya membuat kedua pria tadi langsung memijatnya tekun, lagi-lagi ia terkekeh pelan dengan senang. "Kalian memang yang terbaik, ambilah sesuka hati kalian." Dengan tenang ia melempar dompetnya ke meja membuat dua pria tadi langsung berebut persis seperti anjing yang rebutan makanan. Rahel bertopang dagu, memilih minum segelas lagi karena memang benar-benar bosan. *** Dan yang terjadi sekarang benar-benar sukses membuat Rahel menegang di tempat, berkali-kali ia menengok tubuhnya lalu tubuh lelaki di sebelahnya hanya untuk memastikan jika penglihatannya tidak salah. GILA! APA YANG SUDAH DILAKUKANNYA! Rahel menutup wajahnya frustasi, dengan sekuat tenaga mencoba mengingat kejadian tempo malam. "Tambahkan minumanku!" titahnya menyodorkan gelasnya. "Tapi minuman di botol sudah habis semua." Ujar dua pria di sebelahnya, Rahel mendengus kesal. "Apa harus kusuruh dulu biar kalian mengambilkanku minuman lagi?" tanyanya datar dengan setengah meracau akibat mabuk. Sontak saja dua pria di sebelahnya itu buru-buru melenggang menuju bartender untuk memesan minuman baru, ia langsung menyandarkan tubuhnya ke kepala sofa, memejamkan matanya mulai ngantuk. "Anda mau minum?" Rahel seketika membuka matanya, jadi memicing melihat sosok lelaki asing yang entah darimana datangnya tiba-tiba menyodorkan botol minuman ke arahnya. "Tidak usah aku sudah menyuruh pria-priaku untuk mengambilkan minum." Tolaknya hendak memejamkan matanya kembali sebelum tiba-tiba lelaki itu duduk di sebelahnya tanpa izin, Rahel tentu saja mendelik sinis. "Coba dulu," bisik lelaki itu menyondongkan wajahnya ke arah telinganya, "kujamin kamu pasti langsung ketagihan." Lanjutnya. Rahel jadi menatap intens orang itu, lelaki berwajah tegas dengan sorot mata tajam dan bibir tipis yang membuat perawakannya begitu sempurna. Tanpa sadar sebuah senyuman miring terbit di bibir Rahel. Oh ia tahu, pasti lelaki ini salah satu dari lelaki penggoda yang berusaha mendapatkan perhatiannya. "Hm berapa harganya?" tanya Rahel tentu saja tidak keberatan jika lelaki ini mau menjadi salah satu penghiburnya, toh wajahnya benar-benar sesuai tipenya. Lelaki itu justru tertawa kecil, makin mendempetkan tubuhnya dengan dirinya, "tapi bayaranku mahal loh." "Tidak perlu memikirkan uangnya, selama kamu memuaskan aku tidak masalah." Ujarnya santai, masalah uang itu bukan jadi masalah. Lelaki tadi justru makin kencang tertawa, sebelah tangannya sudah melingkar apik di pinggangnya, Rahel hanya mengamati dalam diam. "Satu gelas untuk tanda kesepakatan kita, chers!" Rahel hanya tersenyum miring, mengambil gelas yang sudah diisi oleh lelaki tadi dan meminumnya dalam sekali teguk. "Sudah, sekarang—" Rahel spontan memegang pelipisnya, dahinya berkerut dalam merasakan pusing yang sangat mengganggu. "Kenapa aku sangat ngan—bruk!" dan tak butuh waktu lama sampai tubuhnya tumbang di dekapan lelaki tadi. Lelaki itu mengamati wajah tak sadarkan diri Rahel, kemudian terkekeh pelan. "Oh sialan! Dia menjebakku!" desis Rahel kembali ke masa sekarang, ujung matanya melirik tajam lelaki yang nampak begitu nyenyak tidur di sebelahnya, ia memutar kepala mencari keberadaan pakaiannya dan saat melihat pakaiannya kocar-kacir di lantai seketika ia memukul kepalanya sendiri. "Gila sebenarnya apa yang sudah terjadi semalam? Kenapa aku tidak bisa ingat apapun!" decaknya sangat frustasi, sekalipun ia sering ke tempat seperti bar dan bermain lelaki sebenarnya ia tidak sungguh-sungguh menjadi w************n, hal seperti one night stand sangat ia hindari bahkan ia tidak pernah melakukan hubungan fisik dengan lelaki manapun setelah perceraiannya. "Ngghh..." Rahel tersentak, melihat lelaki di sebelahnya yang nampak mulai bangun mungkin terganggu olehnya. Lelaki bermata elang itu membuka kelopak matanya, untuk sesaat Rahel sempat terpanah oleh wajahnya, bahkan baru bangun tidurpun lelaki itu sudah sempurna ketampanannya. "Kamu bangun dari kapan?" tanyanya serak khas bangun tidur. Rahel melotot, langsung menarik kasar tubuh lelaki itu untuk duduk dari tidurnya. "Katakan apa yang sudah kamu lakukan padaku? Kamu sudah menjebakku b******n!" makinya sarkas. "Jahat sekali ucapanmu, aku tidak pernah menjebakmu kok." Rahel makin melotot lebar, bahkan sampai mengguncang tubuh lelaki itu. "Kamu pikir aku tidak ingat semalam aku pingsan karena minuman yang kamu berikan?!" Lelaki itu mencebik kecil, "kamu pingsan memang setelah aku memberimu minuman tapi itu karena murni kamu sudah sangat mabuk, minuman yang kuberikan hanya alkohol biasa." "Bohong!" "Kalau tidak percaya habis ini silakan ke rumah sakit dan cek tubuhmu apakah ada kandungan obat tidur atau sebagainya, simpel kan." Gediknya santai, Rahel langsung membatu di tempat. Melihat cara bicara lelaki itu yang begitu meyakinkannya sepertinya lelaki itu memang jujur, tapi ia tidak mudah terpedaya begitu saja. "Ok nanti aku akan cek, lalu sekarang jelaskan kenapa kita bisa bermalam tanpa pakaian begini? Kamu pasti sengaja mengambil kesempatan dariku kan!" "Lelaki dan wanita dewasa bermalam tanpa pakaian tentu saja karena satu hal yaitu .... bercinta," jelasnya dengan suara berbisik di akhir, pupil mata Rahel membesar sempurna. "b******n aku akan menuntutmu!" umpat Rahel benar-benar murka sekarang. "Menuntutku? Harusnya aku yang berkata seperti itu." Lalu lelaki itu menyibak selimutnya dan beranjak turun entah kemana, Rahel spontan membuang muka karena lelaki itu telanjang bulat. "Nih lihat, untung aku sempat merekam buat jaga-jaga." Sebuah handphone disodorkan kepadanya. Dengan sedikit ragu Rahel mengambil handphone itu dan saat menonton video yang diputarkan kepadanya sekujur tubuhnya seketika menegang, nampak scene awal lelaki ini menaruh handphone di atas meja untuk merekam lalu lelaki ini mendekatinya yang terlihat tak sadarkan diri, lelaki ini menaruhnya di atas ranjang dan menyelimutinya dengan baik namun tak lama ... 'Sialan aku sudah mulai gila sepertinya!' Melihat wajah memerah malu Rahel lelaki itu terkekeh pelan, "gimana masih mau menuntutku? Kalaupun ada yang dituntut itu seharusnya kamu yang mencoba memerkosaku, aduh kasihannya tubuhku telah ternodai." Kikik lelaki itu sembari memegang tubuhnya sendiri dengan nelangsa, karena memang benar dalam rekaman video itu justru Rahel lah yang menarik kerah kemeja lelaki ini dan menciumnya paksa, untuk scene selanjutnya sepertinya tidak perlu dijelaskan apa yang sudah terjadi. "A-anu ... " nada suara Rahel yang awalnya meninggi tiba-tiba berubah kalem bak Putri keraton, "a-aku memang sepertinya telah membuat kesalahan, tapi kita kan juga sama-sama telah dewasa bagaimana jika kita selesaikan masalah ini dengan cara dewasa." Alis lelaki itu langsung tertarik naik tinggi, "cara dewasa bagaimana?" tanyanya bersedekep sambil menyondongkan tubuhnya kearah Rahel. Rahel berdehem, menyugar rambutnya perlahan. "Dengan ganti rugi, aku akan memberimu kompensasi sesuai keinginanmu tapi kita anggap masalah ini tidak pernah terjadi." "Ok deal!" Rahel terperanjat, ia memang berharap tawarannya akan berhasil tapi ia tidak pernah menduga akan secepat ini, tanpa sadar sebuah senyuman miring terbit di bibirnya. Kenapa ia lupa kalau sekarang tempatnya berada adalah bar, tentu saja lelaki ini pasti hanyalah salah satu lelaki penggoda disini yang mengincar uangnya. "Katakan berapa yang kamu inginkan?" Lelaki itu tersenyum tak terbaca, lalu mengangkat jarinya membentuk sebuah angka. Rahel mengernyit diam menatapnya. "Lima milyar."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD