bc

OBSESSION

book_age18+
158
FOLLOW
1K
READ
dark
arrogant
others
tragedy
twisted
heavy
serious
ambitious
evil
poor to rich
like
intro-logo
Blurb

Demi kekayaan rela menjual jiwanya pada dunia, istri dianggap keset di kakinya dan anak sebagai investasi di hari tua.

Suatu hari, anak dan istrinya pergi meninggalkan dirinya termasuk kekayaan yang dipuja-puja olehnya.

Apakah ada pilihan lain ketika usianya mulai tua dan ketuk palu kematian mulai datang meminta bunga?

Apakah ada cara mengembalikan istri dan anaknya demi harga dirinya depan masyarakat?

Mana yang dipilihnya?

#Event FTW

#cover mengikuti isi cerita dan berasal dari pirentes, canva dan kumpulan foto pribadi.

chap-preview
Free preview
Pesan tetua dan mamak tua
"Nak Agus, kamu jadi berangkat ke Jogjakarta dua hari lagi?", asap keluar dari sela-sela mulutnya yang menghitam akibat lama menghisap rokok buatan sendiri. "Betul, Paman" jawab Agustinus semangat. Terbayang kehidupan di jogjakarta, ia bisa hidup lebih baik daripada di desa ini. Tidak ada hal yang istimewa disini, pagi bangun ke sawah atau kebun, hasil juga tak seberapa meski itu semua milik sendiri. Bapak tua diam di pojok ruangan, beberapa tetua dipanggil untuk memberikan pesan pada Agustinus sebelum pergi ke Jogjakarta. Ada adat disini yang di sebut melepas anak di pulau rantau. Adat tersebut wajib di lakukan dan biayanya bisa memakan satu ekor sapi jantan berumur 3tahun. Adat ini dibuat pesta, tetangga dan saudara jauh di panggil pulang ke rumah adat. Teman terdekat dan saudara dekat turut di undang dan membantu persiapan pesta. Pesta adat dilakukan selama tiga hari tiga malam. Hari ketiga merupakan acara puncak, dimana para tetua memberikan pesan penting dalam hidup dan tuak di edarkan. Disinilah , tetua dan anak muda berbaur menjadi satu kesatuan. Oleh karena, Agustinus anak sulung kepala suku maka otomatis semua datang untuk melepaskan. Gelak tawa dan canda dua hari sebelumnya berubah menjadi sunyi dimana para tetua mulai membagikan gelas berisi air tuak, anak muda disini begitu Akil balik sudah di wajibkan meminum tuak untuk dapat meneruskan adat istiadat. Mamak tua mengunyah sirih dengan senang, anak kebanggaan bisa berjalan ke kota dan membawa nama baik buat keluarga. Di desa ini, banyak anak laki-laki pergi ke kota untuk mengadu nasib dan sayangnya pulang dalam kondisi miris. "Jangan bikin anak muda ragu untuk memulai hidup" tegur tetua (1) di seberang Agustinus duduk memandang dengan wajah sanggar. "Bukan bikin takut tetua, ini hanya memastikan tekad anak" elaknya sopan. "Bagaimana tidak takut jika bertanya begitu. Lihatlah, dia anak sulung kepala suku, semua warisan ada di tangan mana ada takut hidup susah disini. Pulang tetap kelola harta warisan" sungut tetua (1) lainnya. "Benar itu kakak tertua tetua, panggil arwah moyang untuk jalan lebih mulus ke depan" perintah tetua (2) di ujung dekat pintu rumah. Tetua ada 20 datang ke rumah adat, wajib memberikan sebuah pesan sebelum berangkat. "Kau! jangan samakan saat kau berangkat ke kota, gagal dalam rumah tapi juga gagal di usaha, apa yang bisa kamu banggakan" ucap tetua (1) lainnya pada Paman. Orang yang dipanggil paman menundukan kepala, bukan maksudnya mengecilkan hati tapi ia hanya ingin Agustinus keponakan kesayangannya waspada pada situasi kota. "Sudah...sudah, jangan diteruskan. Ini bukan waktu untuk paman. Waktu sudah mau dekat tengah malam, arwah moyang juga sudah datang. Acara dimulai saja" , Helaan nafas dan gerutu beberapa tetua terdengar satu persatu, ayam jantan berwarna hitam bercampur putih mulai dipotong setengah leher. Darah ayam dituang ke dalam gelas, badan ayam mulai dibakar. Bau bakaran menyengat bercampur asap rokok. Tetua (1) dekat bapak tua mengambil gelas tuak kemudian diberikan pada Agustinus, "Minumlah, kamu sudah dewasa. Ingatlah jaga baik-baik nama keluarga disini dan bawa kekayaan kembali ke desa. Jangan lupakan bapak tua dan keluarga besar". Agustinus menerima dengan senang gelas tersebut lalu meminum sekali teguk. Tetua (2) dekat dinding mengangkat gelas tuak lalu diberikan juga pada Agustinus, "Bawa wanita baik-baik pulang kemari. Jangan wanita yang melihat materi tapi melihat Tuhan dan sayang pada orang tua. Ingatlah, wanita kota sangat berbahaya" ujarnya. Gelas tuak di terima oleh Agustinus kemudian diminum juga dalam sekali teguk. "Benar anak. Mamak tua ini berharap wanita yang kamu nikahi mampu bekerja di sawah dan kebun seperti kami ini. Wanita yang takut Tuhan. Wanita yang mampu menjadi pengganti mamak sebagai istri kepala suku", Anggukan kepala serempak dari para tetua. Agustinus menyadari betul, beban yang di sandarkan pada pundaknya. Sorot mata dari bapak tua sudah cukup bikin Agustinus mengerti bahwa nasib suku kelanjutannya berada di tangan. Dalam adat, gelas berisi tuak berisi pesan dan doa harus diminum dalam sekali teguk. Pemberian pesan tidak boleh ada suara bantahan karena bisa menyebabkan nasib sial. Oleh karena itulah, Agustinus menerima dengan senang hati semua gelas tuak tersebut tanpa banyak bicara. Kepalanya mulai pusing karena meminum 20 gelas berisi tuak. Tak banyak isi gelas tapi tetap saja masih bisa membuat mabuk orang. Sehabis tetua memberikan gelas berisi tuak, anak muda lainnya boleh meminum tuak yang tersisa di meja untuk melanjutkan pesta. Agustinus duduk di tengah-tengah ruangan adat. Matanya meneliti satu persatu wajah-wajah tua dihadapan dengan mata lebar, hatinya bergetar memandang pengharapan akan masa depannya kelak membawa harta kekayaan menumpuk.dan wanita pendamping sesuai dengan keinginan keluarga besar. "Bawa anak menantu harus diperhatikan benar. Jangan kamu seperti paman kau ini, datang bawa menantu baru satu tahun sudah ditinggal kawin lagi dengan orang punya kita lain desa" ujar tetua (1). Lagi-lagi anggukan serempak dan suara setuju di keluarkan bersamaan. "Kita punya menantu harus tahu kondisi desa disini. Jangan hanya mau sayang sama anak tapi tak sayang dengan keluarga. Macam mana menantu begitu" ucap mamak tua mencurahkan hatinya, ia khawatir dengan sikap playboy Agustinus bisa salah pilih menantu. Siapa yang tidak mengenal anak sulung kepala suku yang tingkahnya bak sultan dan playboy kelas berat. Entah berapa sapi dan kerbau sebagai kompensasi permintaan maaf di berikan bahkan tanah sepetak di berikan cuma-cuma demi menutup mulut-mulut tak puas warga desa. Kenakalan Agustinus di anggap wajar di keluarga, Agustinus masih memiliki adik laki-laki dan perempuan. Tapi sesuai adat, anak sulung laki-laki adalah mata rantai pembawa nama keluarga desa. "Hei..kalian! jangan sampai saya punya anak mabuk. Ingat besok masih kejar truk tua untuk sampai kota!" teriak kencang pada anak muda di dekat Agustinus. "Baik, bapak tua" ujar sopan temannya Jon dan anak muda lainnya. Agustinus menertawakan temannya yang kaku, siapa yang tidak takut pada bapak tua. Sikapnya tenang bak raja, tidak ada kata-kata terbuang percuma dari mulutnya. Jelang pagi, Agustinus berangkat ke kota mengunakan truk. Desa ini memiliki jalanan gunung, hanya truk yang bisa melewati. "Hati-hati anak di kota. Jangan bahu hantam tak penting di kota" seru mamak tua ketika truk datang. "Baik mamak, jaga badan agar kelak bisa bertemu menantu" kelakar Agustinus, tepukan sayang dilempar pada lengan Agustinus. Barang sudah dilempar ke atas truk, Agustinus naik dengan melompat. Lambaian tangan dan haru memecah keheningan pagi. Udara pagi menyambut kepergian percaya diri Agustinus. Truk hanya sampai di terminal desa, ia harus lanjut lagi sewa mobil untuk ke kota, dari sana ia harus naik kapal agar sampai Jogja.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dilamar Janda

read
319.5K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K
bc

Sang Pewaris

read
53.1K
bc

Marriage Aggreement

read
81.2K
bc

Scandal Para Ipar

read
694.5K
bc

JANUARI

read
37.2K
bc

Terjerat Cinta Mahasiswa Abadi

read
2.7M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook