03 - Tertarik - √

2116 Words
  3 tahun kemudian, London.   07.45 AM.   Welington Corporation.   "Selamat pagi, Mr Dariell," sapa Andre pada pria yang baru saja keluar dari lift, pria yang tak lain tak bukan adalah atasannya. Siapa lagi kalau bukan Lucas.   Sejak 2 tahun yang lalu, Andre secara resmi menjadi sekretaris Lucas, menggantikan posisi Clara yang sudah berhenti.   3 tahun bukanlah waktu yang singkat dan mudah untuk mereka lalui. Banyak sekali rintangan dan masalah yang harus mereka rasakan sebelum akhirnya sampai pada titik ini.   Titik di mana perusahaan yang Lucas pimpin benar-benar berkembang dengan sangat pesat, bahkan mampu memenangkan beberapa tender yang sebelumnya sangat sulit untuk di menangkan. Itu semua tak lepas dari kerja keras tim yang langsung Lucas pimpin. Semua prestasi yang perusahaan raih mampu membungkam mulut para dewan direksi yang sebelumnya meremehkan dan meragukan kinerja Lucas dalam memimpin dan membawa citra baik bagi perusahaan.   "Pagi." Lucas membalas singkat sapaan Andre, lalu bergegas memasuki ruangannya di ikuti Andre yang mengekor di belakangnya. Tentu saja Andre mengikuti setiap langkah Lucas untuk melakukan kegiatan rutinnya, apalagi kalau bukan untuk membacakan jadwal-jadwal Lucas hari ini.   "Jadi, jadwal hari ini apa?" Lucas melepaskan jasnya, lalu menyampirkannya di belakang kursi kerjanya dengan asal-asalan.    "Tuan Dariell, tolong jasnya di gantung, Di gantungan jas, jangan disimpan di situ!" Peringat Andre yang ternyata sama sekali tidak Lucas dengarkan atau gubris.   "Jadwal hari ini apa?" Lucas memilih mengabaikan peringatan Andre lalu duduk di kursi dan mulai membuka laptop, ada beberapa berkas yang harus segera ia kerjakan.   Andre memutar bola matanya, sedikit kesal karena lagi-lagi Lucas mengabaikan peringatannya. Ingat, salah satu kebiasaan buruk Lucas adalah tidak menaruh barang pada tempatnya, padahal Andre sudah menyiapkan gantungan khusus untuk jas Lucas yang terbilang cukup mahal.   Kebiasaan buruk Lucas yang selalu menyimpan barang tidak pada tempatnya itu cukup membuat Andre pusing. Pusing karena Lucas sering bertanya padanya tentang barangnya sendiri.   "Hari ini ada jadwal untuk menyeleksi beberapa model yang nantinya akan kita pakai untuk bintang iklan terbaru perusahaan kita."   "Hanya itu?" Lmenatap Andre dengan mata memicing penuh curiga. Pasalnya, omongan Andre tidak bisa Lucas percaya 100%. Sudah terlalu sering Andre membodohinya dan Lucas tidak mau lagi hal itu kembali terulang. Entah kenapa ia selalu terlihat bodoh jika sedang berdua dengan Andre.   "Iya, hanya itu," jawab Andre yakin.   "Berapa model yang harus kita di seleksi?" Lucas menatap Andre dengan raut wajah tegang.    Kening Andre berkerut, mulai menghitung berapa jumlah model yang harus di seleksi Lucas. "Sepertinya untuk hari ini kurang lebih 25 orang," jawabnya dengan santai.   Exspresi wajah yang di tunjukan Andre malah berbanding terbalik dengan exspresi wajah yang di tunjukan Lucas.   "25 orang!" Teriak Lucas menggelegar, menatap Andre dengan tatapan horor. Yang benar saja! 25 orang itu jumlah yang sangat banyak dan dia yang harus menyeleksinya. Oh good, Tuhan tolong.   "Iya," jawab Andre santai. Andre merogoh saku celana, mengeluarkan sebatang coklat yang sangat populer di kalangan anak muda. Dan dengan santai Andre memasukan sepotong coklat itu ke dalam mulut, mulai mengemutnya dengan penuh penghayatan.   Santai belum lengkap tanpa Silverquenn.   "Loe pasti enggak waras, An?" sungut Lucas. Saat ini, Lucas sedang berbicara dengan mode sahabat, bukan sebagai mode bos yang berbicara dengan bawahannya atau sekretarisnya.   "Gue masih sehat jasmani dan rohani, kalau gue enggak  sehat secara jasmani dan rohani, mana mungkin gue bisa bekerja Bapak Lucas yang terhormat." Andre menyahut dengan ketus.   "Gue bukan Bapak loe, pe'a!" cibir Lucas. Padahal, sudah sering Lucas katakan pada Andre untuk tidak memanggilnya dengan sebutan Bapak, karena jika Andre yang mengucapkannya hal itu terasa sangat menggelikan sekaligus menjijikan.   "Sorry, lupa." jawab Andre disela kekehannya.   "Pikun beneran tahu rasa loe!" gerutu Lucas.   "Mau?" Andre menyerahkan sepotong coklat pada Lucas, mengabaikan gerutuan Lucas.    "Enggak mau, terima kasih!" Tolak Lucas ketus. Lucas memijit pelipisnya yang mendadak pusing, membayangkan 25 orang yang akan ia seleksi saja sudah membuat kepalanya terasa pening.   Harus bertanya tentang apa pekerjaan mereka sebelumnya, tentang ini lah itu lah, banyak deh pokoknya. Aish, Lucas benar-benar tidak menyukai hal-hal seperti ini. Lucas sangat merindukan lapangan tempatnya biasa mengasah otak.   "Loe aja yang pimpin tahap seleksi, kepala gue mendadak pusing nih," ungkap Lucas dengan suara parau yang sengaja dia buat-buat seraya memijit pelipisnya yang tidak pusing. Berharap Andre percaya dengan kebohongannya.   Sementara Andre mengabaikan keluhan Lucas, memilih menghampiri Lucas yang kini sedang memejamkan mata.   Ck, Andre tidak sebodoh itu. Dia tahu kalau Lucas hanya beralasan saja.   "Luc gue punya sesuatu buat loe, lihat dulu.' Andre mengutak-atik tab miliknya lalu menaruhnya tepat di hadapan Lucas.   Lucas membuka mata, menatap Andre penuh curiga. "Apa itu?" tanyanya penasaran.   "Lihat dulu, bawel ih!" gerutu Andre kesal.   Lucas memutar bola mata malas, tapi tak ayal menuruti perintah Andre dan meraih tab Andre.Tb   Dalam hati Andre bersorak riang. "Jebakan berhasil."    Saat layar tab menyala, Lucas tertegun begitu melihat seorang perempuan yang fotonya di ambil secara candid.   "Cantik," puji Lucas tanpa sadar, di iringi senyuman manis yang tersungging di bibirnya. Senyum yang sangat jarang sekali ia tunjukan, bahkan pada Andre sekalipun.   "Siapa namanya?" tanya Lucas penasaran, tak sedetikpun mengalihkan perhatiannya dari poto tersebut.   Tapi kesenangan Lucas tak bertahan lama, karena dengan cepat Andre langsung merampas tabnya dari tangan Lucas, dan hal itu tentu saja membuat Lucas mengerang kesal.   "Sabar bos, sabar!" Peringat Andre, begitu melihat raut wajah garang Lucas yang siap menerkamnya.   "Loe tuh sekertaris yang enggak berprikesahabatan tahu gak," dumel Lucas pada akhirnya.   Bukannya marah, Andre malah tertawa terpingkal-pingkal begitu mendengar dumelan Lucas.   "Emang enggak," sahut Andre santai yang hanya Lucas tanggapi dengan dengusan.   "Mau tahu siapa namanya?" Senyum mengembang menghiasi wajah Andre, merasa senang sekaligus bahagia, karena lagi-lagi Lucas berhasil masuk ke dalam perangkapnya.   "Mau-mau. Jadi siapa namanya?" tanya Lucas penuh semangat. Kekesalannya pada Andre sudah menguap, hilang entah kemana.   Andre memilih duduk di ujung meja yang luas, lalu menyerahkan 1 map berwarna hitam yang sejak tadi ia pegang.   "Di kerjakan dulu ya, nanti habis kerja pasti tahu siapa namanya," ujar Andre lemah lembut, lalu tertawa bahagia begitu melihat raut wajah Lucas yang langsung berubah masam. Aish, dia senang sekali melihat raut wajah kecut Lucas.   "Sialan loe!" sungut Lucas. Lucas meraih sebuah bolpoin lalu melemparkannya pada Andre, tapi Andre yang sudah tahu langsung menghindar, membuat lemparan Lucas meleset. Andre terpingkal-pingkal, dan hal itu membuat Lucas semakin kesal.   "Sekarang masih jam 8, 20 menit lagi loe harus udah ada di ruangan bawah dan jangan lupa itu berkas-berkasnya di bawa semua ya." Andre menunjuk pada berkas yang sudah sejak tadi pagi ia tumpuk di meja kerja Lucas.   "Iya-iya," jawab Lucas pasrah. Selain pasrah dan menuruti kemauan Andre, apalagi yang bisa Lucas lakukan.   Andre berdiri, sedikit merapihkan penampilannya. "Saya permisi Tuan Dariell," pamit Andre, dan tanpa menunggu jawaban Lucas Andre langsung berlalu keluar begitu saja.   "Dasar sekretaris menyebalkan," gerutu Lucas, seraya mengacak-ngacak rambutnya frustasi. 25 orang, dia harus menyeleksi 25 orang. Hanya membayangkannya saja membuat kepalanya terasa pusing tujuh keliling. Tapi, demi tahu info seputar perempuan tadi, apapun akan lakukan. Sekalipun dia harus memaksa agar Andre membuka mulut secara suka rela.   "Sabar ini ujian," nasehat Lucas pada diri sendiri.   Andre melongokan kepala dari celah pintu yang sedikit terbuka, dan dari ekor matanya Lucas melihat itu.   "Ada apa lagi?" Lucas memandang Andre dengan raut wajah masam.   "Dia salah satu model yang ikut tahap seleksi di perusahaan kita loh," jawab Andre cepat dan kembali menghilang setelah menjawab pertanyaan Lucas.   "Dia, dia siapa?" gumam Lucas bingung. Otak Lucas masih belum bisa mencerna semua jawaban yang baru saja Andre ucapkan.   Cukup lama Lucas berpikir, sebelum akhirnya sadar dengan apa maksud ucapan Andre. "Andre, gue mau seleksinya dipercepat!" teriaknya heboh.   Sementara Andre yang mendengar teriakan Lucas hanya bisa menghela nafas pelan, seraya menggeleng-gelengkan kepala. "Dasar jomblo akut ngebet kawin."   Beberapa Jam kemudian.   Ruang seleksi.   "Mana orangnya? Kenapa enggak muncul-muncul sih?" Lucas bertanya dengan tidak sabaran.   Andre yang sedang duduk tepat samping Lucas sontak terkekeh begitu mendengar penuturan Lucas.   "Dasar gak sabaran!" Rutuknya dalam hati.   "Sabar bos, baru juga 21 orang yang di seleksi, kan masih ada yang belum masuk."   Setelah 3 jam, akhirnya Lucas dan tim berhasil menyeleksi 25 orang model yang datang pada gelombang pertama.   "Loe bohongin gue ya?" Lucas menatap Andre dengan mata melotot.   "Enggak,"  jawab santai Andre, berbanding terbalik dengan exspresi wajahnya. Andre ingin sekali tertawa, tapi takut Lucas mengamuk.   "Dasar menyebalkan!" Umpat Lucas seraya menoyor kepala Andre dan saat itulah tawa renyah Andre pecah, membuat beberapa pasang mata langsung tertuju padanya.   "Kan gue enggak bilang kalau dia akandatang hari ini," cengir Andre tanpa merasa bersalah sedikitpun. Karena memang Andre tidak bersalah bukan? Lagipula salah Lucas sendiri yang tidak bertanya padanya, kapan wanita itu di jadwalkan ikut tahap seleksi? Padahal di berkas sudah dijelaskan kalau tahap seleksi di bagi menjadi 2 bagian. Yaitu, hari ini dan besok.   Lucas kembali mengumpat seraya mencubit pinggang Andre. Kesal, karena Andre lagi-lagi berhasil menipunya, atau lebih tepatnya merutuki dirinya sendiri yang terlalu bodoh dan kembali tertipu oleh Andre.   "Dia ikut seleksinya besok," ujar Andre di iringi tawa renyahnya. Jujur saja, Andre merasa begitu puas kerena berhasil menipu Lucas untuk yang kesekian kalinya.   "Cih. Alesan aja Loe, tahu gitu gue ikutnya besok aja." Lucas berdiri dengan mulut yang terus bersumpah serapah pada Andre, kesal karena tidak bertemu dengan perempuan yang kini terus memenuhi pikirannya.   "Mau kemana?"   "Mau makan, lapar." jawab Lucas ketus. Ternyata menyeleksi 25 orang cukup menguras tenaga dan juga pikiran, belum lagi perutnya yang sedari tadi berbunyi minta di isi.   "Ikut!" teriak Andre heboh. Beberapa orang yang sedari tadi memperhatikan interaksi yang terjadi antara Lucas dan Andre yang terbilang cukup menarik, tertawa. Merasa terhibur.   Dengan cepat Andre langsung merapihkan berkas-berkasnya yang berserakan di atas meja.   "Gue duluan ya," pamit Andre pada tim penyeleksi yang berjumlah 5 orang yang terdiri dari Edgar, Garry, Jefferson, Adriana, dan Chole.   "Iya," jawab mereka kompak.   Andre berlari mengejar Lucas yang sudah hilang dari pandangannya. Jangan sampai Lucas pergi sendiri, itu bahaya.                                 ***   "Kita mau makan siang di mana?" Andre melirik Lucas yang sedang fokus menyetir mobil. Padahal Andre sudah melarang Lucas menyetir, tapi memang dasar Lucas keras kepala.   "Eating House, mungkin," jawab Lucas tidak yakin karena ia sendiri bingung hari ink mau makan apa dan di mana.   "Oh, ok," sahut Andre. Andre kembali sibuk berkutat dengan tab, mengatur beberapa jadwal Lucas untuk 1 minggu ke depan.   Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 5 menit, akhirnya Lucas dan Andre sampai di tempat yang Lucas pilih untuk menjadi tempat makan siang mereka.   Lucas mematikan mesin mobil dan keluar terlebih dahulu, dan tak berselang lama Andre juga ikut mengekor.   "Sepertinya masih belum buka," ujar Andre saat melihat tulisan close yang masih terpasang di depan pintu.   Lucas berhenti melangkah, berbalik menghadap Andre dan kembali melanjutkan langkah kakinya dengan terus berjalan mundur. "15 menit lagi juga buka," jawab Lucas.   Bugh...   Lucas yang merasa menabrak sesuatu di belakangnya, langsung berbalik. Matanya langsung membola saat melihat seorang gadis jatuh tersungkur, dan sudah pasti karena bertabrakkan dengannya.   "Eh maaf, saya engak sengaja," sesal Lucas, merasa bersalah pada wanita yang baru saja di tabraknya.   "Om, kalau jalan tuh pakai kaki tapi lihatnya tetap pake mata dong!" Murka perempuan yang baru saja di tabrak Lucas.   "Om!" beo Lucas dengan jari menunjuk pada dirinya sendiri, menatap gadis di hadapanya dengan kening berkerut.   "Cih, bukannya bantuin gue berdiri malah bengong lagi," sindir perempuan itu.   "Hei little girl, saya bukan om-om ya," sanggah Lucas. Tidak terima saat perempuan di hadapannya ini memanggilnya dengan sebutan Om, enak saja.   "Saya juga bukan gadis kecil ya Om," cibir perempuan pirang yang sedang membereskan barang-barangnya yang jatuh berserakan dan tentu saja dibantu Andre.   Baru saja Lucas akan kembali berbicara tapi dengan kalah cepat karena perempuan yang di tabraknya langsung pergi berlalu begitu saja dari hadapannya dan juga Andre. Bahkan tanpa mengucapkan terima kasih pada Andre yang sudah membantunya berdiri dan merapihkan barangnya.   Perempuan berambut pirang yang di tabrak Lucas semakin mempercepat langkahnya, dengan mulut yang terus bersumpah serapah. Kesal dengan apa yang baru saja menimpanya.   "Memangnya tampang gue udah kaya om-om ya?" Lucas melirik Andre, lalu mulai menilai penampilannya sendiri dari atas sampai bawah, dari ujung kaki sampai ujung kepala.   "Tidak ada yang salah kok," batin Lucas. Bahkan menurut Lucas, dirinya telihat rupawan dengan jas yang di pakainya, malah kadar ketampanannya akan meningkat drastis jika ia tersenyum.   "Tentu saja tidak." Andre mencoba meyakinkan Lucas, sembari menutup mulutnya dengan telapak tangan. Andre ingin sekali tertawa terbahak-bahak sekarang tapi Andre takut tawanya malah akan membuat Lucas semakin bad mood.   Andre berdeham, mencoba menormalkan exspresi wajahnya. "Dimaklumi saja, namanya juga masih remaja," saran Andre pada akhirnya.   Lucas menoleh, menatap Andre dengan sengit. "Ini semua gara-gara loe," desisnya tajam, setajam tatapan matanya.   "Kok salah gue sih?" tanya Andre bingung. Sekarang Andre benar-benar bingung, memang apa salahnya?   "Pokoknya semua ini salah loe, titik enggak pakai koma," jawab Lucas kekeh. Lucas kembali melangkah memasuki area restoran yang sudah buka, meninggalkan Andre sendiri.   "Kayanya bos gue lagi pms deh, bawaannya marah mulu dari tadi," gerutu Andre, lalu mengikuti langkah Lucas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD