Hate.

1751 Words
Cahaya matahari menurun untuk mengganti waktu menjadi senja. Taburan sinar yang merah keemasan datang melalui celah dedaunan di taman belakang kastil Blackwolf---menerpa sosok menakjubkan yang berdiri tepat di depan Vetria. Sosok tampan bersurai gelap dengan mata biru gelap yang beberapa detik yang lalu mengatakan jika dirinya adalah mate pria menakjubkan di depannya. "A...? Paris? Mate-ku? " Pipi Vetria merona, ia malu memandang pasangan yang akan menemaninya seumur hidup. 'Sangat tampan, ' batin Vetri memuji. 'Ternyata isu selama ini memang benar. Para warewolf bangsawan Aplha sungguh menakjubkan. ' "Jadi....kau adalah mate-ku. Ini luar biasa. Aku Vetria, aku sangat---" Vetri bahkan tak bisa menyelesaikan apa yang ingin ia katakan. Semua ini serasa mimpi. "Ya, aku merasakan jika kau adalah mate-ku, " potong Paris. Dia masih berdiri dengan raut tak berminat pada Vetri. Baginya, Moon goddes telah melakukan kesalahan besar dengan memilihkan dirinya Luna mate (pasangan hidup Alpha) sejelek ini. Ucapan Paris adalah sebuah kebahagiaan tak terkata mengalir di d**a Vatria hingga ke setiap sel-sel tubuhnya. Dadanya terasa membengkak dengan kebahagiaan saat tau jika pria ini menyadari ikatan di antara mereka yang diikat oleh Moon goddes. Sungguh sangat beruntung memiliki mate sesempurna Paris Blackwolf. "Sungguh, ini luar biasa. Bearti aku tidak salah menyelinap ke sini dan bertemu denganmu. Jika demikian kita bisa hidup bersama---" "Berhenti bersikap konyol. Siapa bilang kita akan hidup bersama selamanya, akulah yang memutuskan siapa yang akan menjadi Luna mate ku. " Paris kembali memotong ucapan Vetria yang terbata-bata. Kali ini ia menyuarakan dengan keras. Iris Vetria membola, perkataan Paris membawa firasat terburuk yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. "Apa... Apa yang kau katakan? " Sorot biru menyala khas mata pemangsa menatap Vetria tanpa riak kesenangan di sana, ada rasa jijik yang besar terpancar dari Paris. Vetria mundur selangkah, tak kuasa menerima hujan kebencian dari pria yang mengaku mate-nya, tapi memberi tatapan paling menyakitkan yang seumur hidupnya belum pernah ia terima hingga detik ini. "Yah, aku tau jika kau adalah mate-ku. Tapi sungguh menjijikkan mengetahui jika aku memiliki mate buruk rupa sepertimu sedangkan aku adalah salah satu Alpha terbaik di pack-ku. " Vetria menggeleng-geleng. "Tidak... Jangan teruskan, tolong berhenti mengatakan itu. " Ucapan Paris meremukkan hati Vetri yang tadinya berbunga. Paris tertawa sinis. "Apa yang bisa aku harapkan pada sosok kurus dan wajah pucatmu. Kau tidak pantas untukku." Paris tak berhenti menghina Vetri, "Aku yakin wujud wolf mu begitu buruk hingga tak seorang pun sudi berteman denganmu." Deg. Vetria merasa ia tidak menangis, tapi mengapa air matanya turun tanpa ia inginkan. "Tapi aku mate-mu. Moon Goddes menyatukan kita..." lirih Vetria. "Maka dengarkan ini. Moon Goddes juga memberi keistimewaan untukku. Dia memberiku satu lagi mate untukku. " Seringai menebar di bibir Paris. "Yang menakjubkan lagi, kecantikan Amy sempurna dan cocok untuk kasta alpha sepertiku. Maka dengan ini aku menolak mate buruk rupa sepertimu menjadi Luna-ku, " kata Paris dingin. Dia menatap jijik surai pirang pucat yang nampak kusam milik Vetri. Lalu ke kulit Vetri yang terlihat kasar. Tubuh kurusnya bahkan membuat Paris bertanya-tanya apakah gadis ini makan dengan benar. Dia sama sekali tidak tau jika Vetri sedang dalam fase metamorfosis wujudnya sehingga seluruh tubuhnya seperti sedang mengelupas. Hal yang akan membuat kaum alpha gila dengan pesonanya. "Aku menolakmu, Vetria, " tegas Paris. Ini adalah ikrar sebuah penolakan? Mata Vetria bergetar atas keputusan Paris. Jiwanya seakan sudah tersedot dari tubuhnya---meninggalkan rasa hampa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Kata-kata 'reject' yang datar tanpa emosi membuat Vetria kedinginan sekaligus hancur. Tubuhnya ikut bergetar karena shok. "Pargilah Vetria. Jangan pernah datang lagi. Carilah wolf yang sederajat dengan penampilan burukmu." Vetria tak mampu bergerak. Shewolf itu hanya terus terisak di tempat karena kesedihan. "Paris. " Panggil seseorang dari dalam mansion. Suaranya yang seksi, centil dan menggoda menarik perhatian Vetri dan dengan sukses membangkitkan rasa rendah dirinya. Perasaan rendah dirinya menguat saat pemilik suara itu muncul dan langsung mengaitkan lengannya di leher Paris. Dalam hati Vetri juga memuji jika mereka berdua memang pasangan serasi. "Ah, kau ada tamu. " Amy menatap gadis yang penampilannya kacau. Dia terlihat gemetar, jadi Amy mengira jika Paris menakutinya. 'Bagus, ini bearti Paris sudah menolak Vetri, ' batin Amy. Dia sama sekali tudak peduli jika Vetri adalah teman kecilnya. "Tidak, dia Omega yang akan segera pergi. Kasta rendahan sepertinya secara tidak sengaja tersesat ke sini. " Paris menunjukkan sikap seratus delapan puluh derajat dari yang ia perlihatkan pada Vetri. Amy menampilkan senyum cantik pada Vetria. Lebih tepatnya senyum menyejek. Dia merasa menang karena Vetri justru tampil seperti ini di depan Paris. Amy merasa beruntung karena Vetri tidak menunggu datang ke sini usai mengalami fase kedewasaan--- sehingga Paris melihat wajah aslinya. Vetri justru melakukan kesalahan bodoh yang menguntungkan Amy. "Jika kau ingin melamar menjadi pelayan di sini, mungkin aku akan mempertimbangkannya. " Amy memberikan penawaran yang menghina. Mana mungkin mantan mate mampu bertahan melihat Alpha nya bersama Luna pilihan setelah me-reject. "Dengan penampilan seperti itu, kau ingin aku menerimanya menjadi pelayan? Sungguh menggelikan. Tamu-tamuku akan lari ketakutan karena sosoknya yang jelek. " Paris tak berhenti menggina Vetri. "Sudahlah, ayo kita pergi. Melihat wajahnya membuatku bermasalah dengan selera makan ku." "Paris, jangan menghinanya lagi. " "Ahaha baiklah. " Paris menelusupkan kepalanya ke leher Amy. Mengendus aroma bunga lili yang kuat dan memikat. Aroma yang membuatnya yakin jika Amy juga mate-nya. "Paris, jangan berlebihan. " Paris tertawa. Dia mengambil Amy dengan kedua tangannya sebelum meninggalkan Amy sendiri di taman--mengabaikan raut hancur wajah mate yang ia reject. Setelah Paris dan Amy tidak terlihat, Vetria jatuh terduduk. Tangannya mencengkeram gaun sederhana yang ia pakai. Dadanya naik turun sesuai dengan isak tangisnya yang memilukan. "Hiks, hiks... Aku juga tidak ingin mempermalukan hiks mate-ku. Tapi apa yang bisa kulakukan? Inilah wujudku saat ini. Hiks... " Vetria bangkin perlahan. Luka ditolak oleh seorang mate warewolf bagai hukuman mati bagi yang tertolak. Dan kini, sebelum umur kedewasaannya Vetria, ia sudah ditolak mate-nya. Entah apa yang akan dia katakan pada orang tuanya jika tau dirinya telah ditolak. Lalu apa pandangan teman dan tetangganya. Dengan langkah gontai, ia berjalan untuk pulang ke rumah. Meninggalkan kastil yang terbuat dari batu marmer. Dia tidak sanggup berada di taman penuh bunga tapi menjadi kenangan mengerikan. > Sesampai di dekat rumah, Vetri mempercepat langkah kakinya. Keinginan untuk menceritakan kejadian menyakitkan pada orang tuanya membuat langkahnya semakin terpacu. Hanya orang tuanya yang tau apa yang harus ia lakukan. Nasihat mereka pasti bisa menjadi sebuah solusi dari masalah yang dia dapatkan tanpa disengaja. Yang ia tau, di tolak oleh mate adalah masalah besar. Vetri semakin tak sabar untuk menemui mereka. Lalu mendapatkan kehangatan dari setiap kata hiburan yang ayah dan ibunya berikan. Ia berhenti sejenak dan berusaha menampakkan wajah ceria. Kemudian ia berjalan memasuki rumah dengan ekspresi seperti biasa. Sayangnya ia salah. Setibanya ia di halaman rumah, ayah dan ibunya berdiri di pintu---memberi tatapan asing yang belum pernah ia terima sebelumnya. Tidak ada sambutan hanya seperti tadi pagi. Instingnya berkata jika kejadian buruk akan terjadi. Seluruh tubuh Vetri bergetar akan antisipasi. Dengan menarik nafas dalam-dalam, Vetri memberi salam pada orang tuanya. "Ayah, ibu. Aku pulang---" "Berhenti di sana, Nak. Kau tidak bisa lagi memasuki pintu rumah ini, "ucap Patrik dengan wajah murung. "Tapi kenapa? " tanya Vetri dengan nada tak percaya. "Ketua pack Don Blackwolf melarangmu berada di wilayah ini lagi. Dia tidak bisa menerima mantan mate yang ditolak putranya, tuan Paris-- berada di area kekuasaannya. " Hati Vetri semakin hancur. Kini tidak hanya ditolak, ia bahkan diusir dari pack ini. "Hiks, ayah. Bagaimana aku bisa hidup tanpa kalian? " "Kami juga tidak sanggup melakukannya, Nak. Tapi kita tidak bisa menentang ketua pack. " Ibu Disa menangis tak berdaya. Sayangnya otoritas ketua pack yang merupakan ayah dari alpha Paris tidak bisa digugat. Mereka harus menerima perintah jika tidak ingin mendapatkan hukuman. "Ini salahku. Andai aku tidak melanggar peringatan kalian agar tidak masuk ke kastil itu, aku pasti tidak akan bertemu Paris dan mengalami hal ini. " Patrik menatap Vetri yang menangis. "Yah, andai kau tidak melanggar peringatanku, kau pasti tidak mengalami hal ini. Tapi jangan khawatir, Nak. Ayah memang tidak sekuat Alpha tapi darah ayah memiliki keunikan tersendiri, " ujar Patrik tegas. "Kau akan merasakannya sendiri keistimewaan darah ayah di saat berumur delapan besar tahun besok. " "Ayah... " Disa berusaha membesarkan hati anaknya. "Pergilah, Nak. Sesuai ramalah ibu, takdirmu sedang menunggu di wilayah selatan. Pergilah kesana dan raih semua yang hilang di sana. " Disa menyodorkan baju dan roti kering pada Vetri. Ini mungkin bisa membuat Vetri bertahan beberapa hari, sebab Disa tau jika Vetri akan bertemu seseorang usai mengalami fase kedewasaan. Vetria pun berbalik dan berjalan gontai. Dengan air mata di pipi, hati yang kesakitan, harapan yang hancur, ia meninggalkan rumah tempat ia tumbuh. Dalam sehari ia menjadi rogue betina yang menyedihkan. Semua ini karena sang Paris yang tidak hanya menolaknya dia juga membuat ayahnya mengusir dirinya. "Paris, "desis Vetria. Vetri tidak akan pernah melupakan kejadian ini seumur hidupnya. "Ini semua karena Alpha sombong itu! " Kebencian mulai membakar hati Vetri sedikit demi sedikit. Darahnya semakin mendidih dengan amarah dan kebencian seiring langkahnya yang menjauh dari orang-orang yang ia cintai. Perpaduan kebencian, dendam, amarah menumpuk di hati Vetri--mengubahnya menjadi shewolf (serigala betina) pendendam. Sedikit demi sedikit wujud Vetri berubah menjadi wolf berbulu emas keperakan yang indah. Malam ini, Vetri memasuki fase dewasa sehari lebih cepat karena kebenciannya pada Paris. Jadi dia bisa berwujud serigala dengan sempurna. Dalam wujud warewolf, Vetri kemudian berlari dengan cepat. Dia berlari dan terus berlati hingga sampai di puncak bukit perbatasan wilayah Blackwolf. Dia berhenti di sana dan menatap bulan. "Aaaauuuuu. " Lolongan pilu penuh kesedihan ia keluarkan. Kemudian dia berhenti di sana, matanya menatap bulan purnama tepat di atas kepala. Set. Set. Vetri merasakan tubuhnya menghangat. Satu demi satu bagian tubuhnya berubah menjadi wujud humanoid. Hal itu terus berlangsung dari tangan, kaki lalu keseluruh tubuhnya. Tak lama kemudian Vetri berubah menjadi sosok gadis sempurna yang menakjubkan. "Jadi ini wujud asliku." Kulitnya kembali putih bercahaya di terpa sinar bulan. Surai silverblonde-nya berkibar-kibar tertiup angin malam. Lalu pahatan wajahnya bahkan mampu membius hewolf (serigala jantan) mana pun untuk memohon cintanya. Sayangnya, tatapannya tidak lembut sama sekali. Gadis manis yang menatap apapun dengan kasih sayang berubah menjadi penuh kebencian karena Paris. "Dia menolakku hanya karena aku buruk rupa. Maka aku bersumpah akan membuatmu merasakan apa yang aku rasakan sekarang, Paris! " "Bersiaplah Paris. Suatu hari nanti kau yang akan berada di posisiku! " Vetri pun melanjutkan perjalanannya ke arah selatan sesuai pesan Disa. Di sana, Vetri yakin bisa memulai hidupnya dan bergabung ke pack lainnya. Lalu menunjukkan pada Paris sosok sebenarnya yang ia reject. Hanya saja, semua tak semulus dugaan Vetri. Kejadian mengerikan menahannya dan membuatnya mengalami pengalaman menyedihkan. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD