bc

Jalan Pulang

book_age18+
289
FOLLOW
1.8K
READ
tomboy
sensitive
confident
drama
sweet
bxg
campus
office/work place
love at the first sight
lawyer
like
intro-logo
Blurb

Apakah cinta harus memilih?

Apakah cinta harus mempunyai arti?

Jika iya,

Bisakah aku berjalan pulang menuju hatimu?

Tapi, nasib mempermainkan hidup Shunshiye sekali lagi. Diantara kerumitan hidup yang dilalui dan perjuangannya menjadi seseorang. Edo datang menyapa melalui sebuah DM media sosial. Tak ada kata cinta diantara mereka berdua di masa.

lalu, hanya sebuah mata yang saling mengerti. Cinta tak terucap di taburi kata persahabatan dan adik angkat sebagai pelengkap manis kehidupan.

Pertemuan di sebuah lorong kampus salah satu universitas swasta ternama di Jakarta menjadi saksi bisu kehadiran cinta mereka berdua. Posisi sebagai anak mahasiswi baru dan alumni membuat jurang lebar diantara keduanya.

Lalu, takdir mempertemukan mereka berdua dibalik senja dan hangatnya matahari. Shunshiye terhenyak sekali lagi, dimana saat ini tangannya mengengam tangan orang lain sementara tangan tak kasat mata Edo meminta untuk mendekat. Mereka berdua terjebak dalam ilusi masa lalu tanpa masa depan. Saat semuanya berkembang menuju arah yang salah. Ketika roda berputar membawa masa lalu dan masa depan. Kenyataan berbicara terlalu lantang membuat Shunshiye memikirkan lagi hidupnya.

Siapakah yang akan dipilih oleh Shunshiye?

Ataukah Shunshiye memilih jalannya sendiri untuk pulang?

Note:

• Kalaupun ada yang sama, itu hanya kebetulan

• Efek samping cerita, bukan tanggung jawab penulis.

• Cover selalu berubah-ubah sesuai isi cerita, semua berasal dari pinterest, canva dan foto pribadi.

chap-preview
Free preview
Pertemuan yang sengaja dihapus
Hujan turun deras mengguyur kota Jakarta. Aroma tak sedap tercium di beberapa tempat yang dilalui orang-orang hendak ke halte busway. Matahari masih bertengger manis di atas langit berbalut awan hitam yang bergerak searah angin melebarkan sayapnya. Cacian, gerutuan hingga sumpah serapah mewarnai hari ini. Teriakan orang berdemo menambah daftar kekesalan banyak orang. Kemacetan tak terelakkan. Wajah-wajah lelah dan putus asa melihat hujan tak berhenti untuk sejenak. Akhir-akhir ini, fenomena alam tak tentu membuat resah banyak orang. Shunshiye mengibaskan beberapa kali tangannya yang basah kearah lain. Untung ia memakai jaket. Matanya memandang langit tak berdaya. Seharusnya ia pulang ke Bekasi hari ini tapi mendadak ada kelas yang harus diikuti terpaksa di batalkan. "Shiye.... " panggil Pine mendekat, disamping ada Febriana menemani. Shunshiye menoleh bingung kearah mereka berdua. "Mau kemana kalian?" tanyanya panik, ketika ada pria tak sengaja menyentuh bahunya hingga bergeser ke kanan. Jika tak ada Febriana, mungkin Shunshiye sudah jatuh. Pine mengelengkan kepala melihat tingkah tak sopan pria tersebut. "Hei..... hati-hati dong" teriak Febriana kesal. Pria tersebut tak menoleh sama sekali bahkan terkesan tak peduli. "Sudah Feb, biarkan saja" bujuk Shunshiye. Febriana bersungut-sungut melihat ketidakpedulian orang-orang hanya karena jam pulang kantor. Kebiasaan mereka bertiga pulang ke kos masing-masing larut malam demi mencegah kejadian hal-hal yang tak diinginkan seperti ini. Terkadang mereka bertiga kesal dengan sikap para pegawai yang selalu terburu-buru setiap jam pulang kantor. Kebetulan hari ini Jumat, besok mereka bertiga tak ada kelas di kampus. "Aku mau pulang ke Cibubur" jawab Pine merapikan pakaiannya supaya tak terkena cipratan air. "Aku ke Bogor, nenekku sakit" jawab Febriana setelah bisa menghilangkan perasaan kesalnya. Shunshiye menganguk-angguk mengerti. "Kamu pulang ke Bekasi atau kos?" tanya Febriana bergeser ke samping. "Kos dulu, besok baru jalan" jawab Shunshiye melihat jadwal kedatangan busway ke arah Harmoni. Pine bingung melihat penampilan spektakuler yang ada dalam diri Shunshiye. "Sekarang kamu mau kemana?" tanya Pine heran. Kos Shunshiye hanya ada di seberang kampus mereka, tak mengerti dengan jalan pemikiran Shunshiye yang berdandan. "Aku mau ketemu doni dulu. Lama tidak ketemu" jawab Shunshiye menjelaskan. Tepat saat itu, busway tumpangan jurusan mereka datang. Pembicaraan mereka terputus. Orang-orang bergerak masuk kedalam busway. Petugas busway berteriak memperingatkan untuk tidak berdesakan dan mengingat protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah. Shunshiye ikut bergerak masuk lebih dalam sementara Pine dan Febriana berdiri dekat pintu agar mudah keluar begitu sampai tujuan. Papan iklan bergerak ikut memperingatkan sepanjang perjalanan menuju tempat tujuan masing-masing. Pine dan Febriana turun di stasiun Sudirman. Shunshiye menghela nafasnya. Perjalanan yang dituju masih jauh, ia harus berganti lagi dengan busway jurusan Pulo gadung. Kebetulan hari ini, Doni sedang off dari bekerja sehingga bisa bertemu. Pertemuan mereka berdua di mal atrium Senen tepatnya di resto & donuts , tempat favorit Shunshiye jika berada di mal ini. Mereka memilih mal ini untuk memudahkan pulang jika sewaktu-waktu malam datang atau salah satu dari mereka tak bisa datang. Desakan orang mulai dirasakan Shunshiye. Busway jurusan Pulo gadung memang paling penuh. Hujan masih turun dengan volume kecil. Wajah Shunshiye penuh keringat ketika AC busway tak berfungsi dengan baik. Kakinya pegal berdiri. Shunshiye bernafas lega setelah petunjuk busway memberitahu tujuannya. Cepat ia keluar sari busway sebelum pintu di tutup. Shunshiye melangkah ke arah pintu keluar tangga busway, tangannya merogoh ke dalam tas coklat miliknya yang selalu menemani kemanapun ia pergi. Tak ada sautan dari ponsel Doni. Hujan reda membuat udara lebih terasa bersih. Dihirup pelan memasuki rongga d**a Shunshiye yang terpapar bau tak sedap dari berbagai macam orang di dalam busway. Masker dilepasnya dari hidung. Tak banyak orang yang melewati tangga busway menuju mal. Kebanyakan orang lebih menyukai turun di halte Senen sehingga tak perlu menaiki tangga yang tinggi dan panjang. Kaki jenjang Shunshiye terus berjalan cepat menuju dalam mal. Tak sabar merasakan udara sejuk diberikan AC mal. Pemandangan spektakuler membuat jantung Shunshiye berdebar-debar kencang melihat pameran diskon 75% terhampar cantik. Matanya meneliti dengan cepat. Tangannya bergerak untuk meraba. Suara orang menawarkan barang dagangan bersautan memanjakan telinga pembeli termasuk Shunshiye. "Beli kakak. Murah lho. Diskon hanya untuk hari ini" ucap penjual mencoba menawarkan dagangannya. Terkesima dengan banderol harganya membuat cemberut di wajah Shunshiye. Tak terima tapi terpaksa harus pergi. Isi dompetnya tak mampu membelinya. Ia pergi meninggalkan pameran menuju lantai dua, tempat biasa bertemu. Tangannya meraih ponsel, jarinya bergerak lincah mengirimkan pesan untuk Doni. Shunshiye duduk dengan anggun begitu masuk resto & donuts. Kursi menghadap pemandangan pameran dibawahnya menjadikan pilihan Shunshiye. Ketukan gelisah jarinya menunggu Doni. Pelayan datang membawa buku menu. Tak perlu menunggu Shunshiye menunjukkan apa yang ingin dimakannya. Pelayan berlalu selesai mencatat semua pesanan. Alunan musik bergema di seluruh mal ditambah suasana temaram menambah romantis. Shunshiye memperhatikan panggung di ujung elevator. Wanita cantik dengan penampilan glamor menjadi sorotan pengunjung. Suaranya mengalun merdu diselingi alat musik profesional. Makanan dan minuman datang sesuai pesanan. Shunshiye mengecek berkali-kali ponselnya tapi tak ada notifikasi balasan dari Doni. Tak mau makanannya dingin, Shunshiye segera memakannya santai. Hingga makanan dan minuman habis, Doni tidak juga muncul. Sekali lagi ditelpon Doni atau mengirimkan pesan tapi tak ada jawaban. Suara wanita di panggung mengalihkan perhatian Shunshiye dari ponselnya. Tampak wanita tersebut berseri-seri dengan kedatangan pria depan mata yang langsung memeluk tanpa ragu. Ada perasaan iri melihat adegan bak sinetron tapi di tepisnya cepat. Shunshiye melambaikan tangan meminta bon. Pelayan datang membawa bon diatas baki kecil berwarna coklat. Selembar uang berwarna merah keluar dari dompet merah maroon milik Shunshiye. Shunshiye bangkit dari duduknya, ia memutuskan pulang ke tempat kosnya. Ini ketiga kalinya, Doni berjanji untuk bertemu tapi dibatalkan. Shunshiye berjalan memutar untuk menghindari kerumunan orang yang melihat wanita di panggung bernyanyi sekali lagi. "Doni ahh.... " teriak manja wanita dipanggung. Tepat saat pria yang memeluk wanita tersebut berbalik menghadap Shunshine yang melangkahkan kaki di elevator. Shunshiye memicingkan mata seperti melihat kekasihnya, cepat-cepat ia mencari kacamatanya. Namun, saat berhasil memakaikan kacamatanya, ia tertegun ternyata bukan. Doni mengandeng tangan Rachel dengan santai memyusuri mal. Tadi ia sempat melihat ponselnya mengecek apakah Shunshiye mengirimkan pesan tapi tak satupun ada. Rachel tersenyum bahagia menatap pria pujaannya ada disampingnya. Ponsel Doni sempat dititipkan kepada Rachel saat Doni ke toilet. Tak menyukai dengan notifikasi yang masuk, Rachel menghapus semuanya termasuk panggilan tak terjawab dari Shunshiye. Rachel tak mau ada lalat penganggu hubungannya dengan Doni. "Kita nonton dulu, bagaimana menurutmu?" tanya Doni kepada Rachel yang melihat papan judul film di bioskop. "Kamu tidak jadi ketemu pacarmu?" tanya Rachel balik. Doni menghembuskan nafas pelan. "Tidak jadi. Tak ada kabar juga. Bagaimana nonton tidak atau suamimu sudah menjemput?" tanya Doni lagi. "Masih lama, terjebak macet" jawab Rachel bergelayut manja di lengan Doni. Tak ada rasa risih atau jenggah di tonton orang. ."Main satu ronde?" bisik Doni pelan ditelinga. Rachel tersenyum dan mengangguk antusias, Doni mengecup sekilas rambut Rachel lalu berjalan menuju tempat pemesanan tiket bioskop. Hal seperti ini sering mereka lakukan di waktu senggang. Dimanapun dan kapanpun mereka saling membutuhkan, mereka akan bertemu. Apalagi Rachel yang berprofesi sebagai penyanyi panggung memudahkan pertemuan mereka.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Ex Boss (Indonesia)

read
3.9M
bc

The Prince Meet The Princess

read
182.0K
bc

My Husband My CEO (Completed) - (Bahasa Indonesia)

read
2.2M
bc

Perfect Honeymoon (Indonesia)

read
29.6M
bc

The Unwanted Bride

read
111.1K
bc

HELP ME - BAHASA INDONESIA (COMPLETE)

read
10.0M
bc

Escape from Marriage - Kabur dari Derita Pernikahan Kontrak

read
257.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook