bc

I Miss You Mom

book_age18+
12
FOLLOW
1K
READ
second chance
goodgirl
brave
drama
bxg
royal
first love
like
intro-logo
Blurb

kehidupan pahit yang selalu Gressa Bhagawanta rasakan menjadikannya sosok gadis yang tangguh. Ditinggal begitu saja saat kecil oleh mamanya membuatnya ingin menemukan sosok itu lagi. Namun, apa jadinya jika sesuatu terjadi tidak terduga di dalam hidupnya membuat masalah muncul semakin rumit. Bertemu dengan sosok laki-laki bernama Cakrajiya Grajita Hanenda membuat cinta itu tumbuh. Namun, hubungan keduanya ditetang tegas oleh keluarga Grajita. Akan tetapi, sebuah fakta terkuak di sana. Apakah Gressa mampu untuk melewati semua itu atau memilih untuk menyerah?

chap-preview
Free preview
IMYM 1
Gressa Bhagawanta gadis berusia 20 tahun yang selama hidupnya tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari seorang mama. Dia hanya hidup bersama dengan Estu Darya Bhagawanta—papanya—yang mengalami kelumpuhan sejak beberapa tahun silam.  Keseharian Gressa hanyalah mencari uang untuk kebutuhan sehari-hari serta untuk menebus obat-obatan yang diperlukan Estu.  Gressa merupakan anak yang berprestasi, tetapi karena keterbatasan ekonomi dia harus putus sekolah di saat detik-detik mendekati ujian nasional. Berat memang, tetapi Gressa ikhlas melakukan semua itu demi kesembuhan Estu.  Tanpa sosok seorang mama selama dia hidup membuat Gressa sudah terbiasa melakukan apapun sendiri. Terutama mencuci pakaian, memasak, dan membereskan rumah. Semua diajalani dengan hati yang lapang. Gressa percaya suatu saat nanti dia akan bertemu dengan malaikatnya itu. Di dalam hati Gressa sama sekali tidak ada rasa dendam. *** Udara panas mulai membuat keringat Gressa bercucuran. Tumpukan kain kotor itu belum juga selesai sejak 2 jam yang lalu. Berkali-kali gadis itu membasahi wajahnya agar hawa panas tidak semakin menyiksa. Kamar mandi sempit dan seadanya itu sebagai tempat Gressa mencari uang tambahan di setiap hari libur kerja. Menjadi buruh mencuci adalah salah satu hal yang dia pilih untuk menambah uang belanja dan uang untuk membelikan obat Estu.  “Gerssa!” Suara  teriakan itu membuat Gressa langsung beranjak dari duduknya meninggalkan cucian yang masih menumpuk banyak.  “Astaghfirullah, Papa!” Gressa pun langsung berlari untuk menolong Estu yang sudah tergeletak di bawah lantai yang dingin.  “Kenapa Papa nggak bilang sama Gressa kalau butuh sesuatu?” tanya Gressa saat gadis itu sudah berhasil kembali membawa tubuh Estu ke tempat tidur.  Estu menghela napasnya pelan, tangan kanannya terulur untuk mengusap peluh yang bercucuran di wajah putrinya.  “Papa tidak mau mengganggu pekerjaan kamu, sayang,” jelasnya dengan wajah yang sedih.  Bila melihat peluh di dahi putrinya, lalu peluh itu mengucur deras membasahi wajah Gressa, seketika itu juga Estu merasa gagal sebagai seorang papa. Keadaan yang membuat semuanya berubah kacau. Karena kecelakaan beberapa tahun silam membuatnya harus duduk dan terbaring lemah seperti itu. Kakinya tertimpa kayu bangunan saat dia masih bekerja di salah satu proyek besar. Karena ketidak hati-hatiannya membuat semua berubah kacau seperti itu.  “Pah, Papa jangan ngomong kaya gitu. Gressa sedih kalo liat Papa seperti tadi lagi.” tangan Gressa terulur untuk mengusap air mata yang sudah mengalir deras membasahi pipi papanya. Jujur, hati Gressa kembali sakit jika melihat papanya harus menderita seperti itu.  Dia tidak menyalahkan atas kepergian mamanya yang bisa dibilang tidak bertanggung jawab atas keluarganya. Sampai sekarang pun Gressa belum tahu apa penyebab mamanya menghilang bagaikan ditelan bumi belasan tahun lamanya. Estu juga tidak membahas soal itu dan Gressa tidak berani bertanya akan hal itu, Gressa takut membuka luka lama. Biarkan waktu yang akan menjawabnya.  “Nak.” Suara Estu membuat lamunan Gressa buyar. Gadis itu pun langsung menatap papanya.  “Kamu kenapa?” tanya Estu membuat kedua sudut bibir Gressa terangkat.  Gressa menggeleng, “Gressa nggak pa-pa kok, Pah. Papa butuh apa biar Gressa ambilkan.” Estu menggeleng lemah, “Papa tidak butuh apa-apa. Kamu lanjut aja nyucinya. Kalau capek istirahat ya sayang.” Gressa pun mengangguk paham, “Iya Papa. kalau begitu Gressa mau lanjut ya. Ingat, kalau butuh sesuatu Papa harus bilang sama Gressa jangan dipaksain.” Estu tersenyum tipis, “Putri Papa memang sangat pengertian sekali.” Gressa tersenyum singkat lalu izin kembali ingin melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda beberapa saat.  *** Gressa kembali ke kamar mandi dengan tumpukan baju kotor yang masih menggunung tinggi. gadis itu menghela napsnya palen, raganya sangat merasakan kelelahan yang luar biasa. Namun, jika dia tidak memiliki pekerjaan tambahan, maka siapa yang akan mencari uang untuk keperluan sehari-hari? Gressa kembali duduk di kursi kecil yang selalu setia menemaninya untuk mencuci pakaian para tetangga. Suara sikat dan baju saling beradu pun kembali terdengar. Keringatnya bercucuran semakin deras mengalir dari dahi sampai ke rahang. Namun, semua itu tidak membuat semangat Gressa luntur. Membayangkan dia bisa menyembuhkan papanya seketika itu juga lelahnya hilang.  Dua jam lamanya Gressa bergelut dengan cucian kotor, akhirnya menyelesaikan semuanya tanpa ada yang tertinggal satu pun. Sinar matahari pun sudah nampak jingga di atas sana dan para burung pun sudah akan kembali pada sangkarnya masing-masing. Waktu sore telah tiba, tetapi Gressa belum menyiapkan makanan untuknya dan untuk Estu. Buru-buru gadis itu menyelesaikan ritual mandinya.  Setelah Gressa selesai mandi, dia pun kembali ke rumah untuk berganti pakaian. Saat di depan pintu dapur, hampir saja gadis itu terpeleset akibat minimnya penerangan. Untung saja dia bisa mengimbangi tubuhnya. Rasa nyeri di pergelangan kakinya terasa begitu menyiksa, tetapi Gressa seolah tidak mempedulikannya dan Gressa memilih masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian.  “Nak,” Suara itu berasal dari kamar Estu saat Gressa melintas di depan pintunya setelah gadis itu sudah selesai berganti pakaian.  “Iya Pah, butuh sesuatu?” tanya Gressa.  “Kamu kan lelah seharian penuh mencuci baju, sebaiknya kamu beli makanan aja,” jelas Estu.  Gressa kembali menampilkan senyumnya, terlihat baik-baik saja memang. Nemun, ketahuilah dia begitu lelah saat ini. “Tidak Pah, Gressa akan tetap masak kok.” “Assalamualaikum!” Suara salam itu berasal dari pintu utama. Buru-buru Gressa membuka pintu untuk sang tamu.  “Bu Kokom,” sapa Gressa kepada wanita baik di depannya.  Kokom adalah tetangga Gressa yang mengurusnya waktu kecil dulu. Suaminya sudah lama meninggal akibat serangan jantung dan dia saat ini hanya tinggal bersama dengan putranya.  “Ini Ibu ada kelebihan makanan.” Kokom memberikan mangkuk yang terisi penuh dengan sayur daun singkong yang diberi santan.  Ke dua mata Gressa pun berbinar bahagia lalu menerima mangkuk itu. “Terima kasih Bu, Maaf Gressa selalu merepotkan Ibu dari dulu.  Kokom tersenyum, meskipun Gressa adalah tetangganya, tetapi Kokom sangat mencintai dan menyayangi Gressa seperti putri kandungnya sendiri. Mengingat Gressa ditinggalkan oleh mamanya sejak kecil membuat hati Kokom tergerak untuk menggantikan posisi itu. Namun, sangat disayangkan sedari dulu Kokom tidak ingin menikah dengan Estu, padahal Gressa sudah memberikan izin. Kokom lebih setia kepada mendiang suaminya.  “Kamu sudah Ibu anggap sebagai putri sendiri. Makan ya, abis itu istirahat. Oh iya Ibu punya ini.” “Ibu nggak usah repot-repot. Gressa nggak pa-pa kok, badannya juga baik-baik aja nggak pegal,” jelas Gressa mencoba menolak secara halus. Gadis itu tidak enak hati karena terus-menerus merepotkan Kokom.  “Tadi Agam bilang sama Ibu kalau kamu berkali-kali memijat pundak kamu pas lagi nyuci.” Agam adalah putra semata wayang Kokom. Umurnya sedikit di atas Gressa dan mereka berdua sudah bersahabat sejak kecil.  Gressa pun menerima obat pegal linu itu.  “Terima kasih ya Bu, Gressa jadi nggak enak sama Ibu. Padahal Ibu juga punya kebutuhan banyak,” ucap Gressa dengan wajah yang tidak enak hati.  “Sekarang kan Agam udah kerja. Kamu tenang aja, kalau butuh apa-apa bilang sama Ibu jangan sungkan. Apalagi soal makanan. Kalau begitu Ibu pulang dulu ya. Titip salam buat Papa kamu.” Gressa pun mengangguk, “Iya Bu. Sekali lagi terima kasih dan titip salam buat Agam juga.” “Iya sayang.” “Hati-hati Bu.” Gressa menunggu punggung Kokom sampai menjauh barulah gadis itu masuk ke dalam rumah. Rasa syukur tidak henti dia panjatkan di dalam hatinya karena selalu dikelilingi oleh orang-orang yang baik. Meskipun Gressa ditinggal oleh mama kandungnya sejak kecil, tetapi gadis itu masih sempat merasakan kasih sayang dari Kokom. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Pesona Mantan Istri Presdir

read
14.3K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
18.8K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
52.6K
bc

Ay Lub Yu, BOS! (Spin Off MY EX BOSS)

read
263.8K
bc

Love Match (Indonesia)

read
173.4K
bc

KUBELI KESOMBONGAN IPARKU

read
46.2K
bc

Pengganti

read
301.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook