bc

Love, Life, and Happiness

book_age12+
490
FOLLOW
2.4K
READ
family
submissive
goodgirl
confident
inspirational
drama
bxg
campus
friendship
like
intro-logo
Blurb

Sejak kecil hingga sekarang sudah beranjak dewasa, Wisnu tidak mengerti bagaimana kasih sayang seorang ibu di hidupnya.

Menjalani hari bersama bapak dengan penuh kesederhanaan sudah membuatnya merasakan utuh tanpa harus diimbuhi dengan ibu yang ikut serta.

Dirinya pernah memaksa untuk bertanya. Namun, hanya air mata bapak yang didapatnya.

Oh tidak. Air mata dan jawaban beliau yang membuat Wisnu berhenti untuk kembali bertanya. Apa pun bentuknya. Mengenai ibu yang membuat mereka terluka.

"Ada banyak hal yang bisa membuat Wisnu bahagia. Namun, mengapa yang selalu Wisnu tanyakan hanya ibu yang sudah tega meninggalkan kita?"

Dari penuturan orang nomor satu di hidupnya lah yang membuat dia sadar bahwa cukup dengan bapak lah, dia bisa bahagia.

Tidak apa-apa, karena bahagia memang tidak selamanya harus selalu sempurna, kan?

***

Hidup sempurna memang tidak selamanya bisa bahagia. Katakan bahwa Aleesya itu munafik.

Disaat semua anak membutuhkan kesempurnaan hidup dengan orangtua yang menyayanginya dan keadaan finansial yang cukup, Aleesya merasa semua hal yang berlebih itu sungguh tidak pada tempatnya.

Di hidupnya, ibu sebagai penyeimbang karena ayah yang tak pernah bisa sejalan dengannya. Setiap hari ada saja yang menjadi perdebatan mereka berdua.

Hingga satu kejadian besar membuat dia tahu bahwa semua keegoisannya itu tidak serta merta selalu membahagiakan hidupnya.

***

Di tengah kalutnya perasaan Aleesya dan Wisnu, akhirnya, mereka bertemu.

Pertemuan yang tidak akan pernah disesali oleh dua insan yang akhirnya saling mencintai.

Sebab, kasih sayang ibu yang tidak pernah dirasakan Wisnu sebelumnya, akhirnya bisa dirasakannya kembali sejak dia mengenal Aleesya.

Begitu pun sebaliknya. Sosok mengayomi, memberi pengertian, selalu berbicara lembut padanya, Aleesya temukan dalam diri Wisnu.

****

Cover by : Ara Shop

chap-preview
Free preview
Prolog
"Gue tadi udah bilang, sih, sama Pak Imam kalau hari ini mau ada yang gantiin gue buat ngajar anak-anak di sini. Jadi lo tenang aja." "Oke gue ngerti. Makasih, ya, Dik, lo udah percayain ini ke gue." Dika mengangguk mantap. Menepuk pundak Wisnu pelan, ia kembali melanjutkan. "Nanti disana lo juga ada temen gue, tuh. Cewek, cakep lagi." Wisnu hanya tertawa menanggapi gurauan Dika. Setelah kembali mengucapkan terima kasih untuk yang kedua kalinya di hari ini, Wisnu bergegas meninggalkan Dika untuk segera menuju ke tempat bimbingan belajar dimana temannya itu bekerja. Hari ini Wisnu resmi menggantikan Dika untuk mengajar di salah satu bimbingan belajar yang rata-rata pengajarnya adalah mahasiswa. Setelah kemarin mereka mengobrol banyak hal, Wisnu akhirnya mengiyakan tawaran temannya itu. Menaiki ojek online untuk mencapai ke kantor bimbingan belajar, Wisnu sedikit gugup ketika dia berhasil masuk ke ruangan pemilik bimbingan belajar ini. Mengulurkan tangan untuk bersalaman, lalu duduk ketika Pak Imam, pemilik bimbingan belajar ceria, mempersilakannya untuk duduk di depannya. Pak Imam sedikit memperkenalkan cara kerja bimbel ini, yang sebenarnya sudah Wisnu ketahui dari Dika. Beliau juga mengatakan bahwa satu kelas bimbingan ada dua pengajar yang membantu anak-anak dalam belajar. "Hari ini kita perkenalan aja, ya, Nu. Kamu nggak langsung mengajar." Putus Pak Imam kepada satu sosok remaja tampan yang ada di hadapannya ketika dia sudah menyelesaikan perkenalan singkatnya. "Mengajar sekarang saya juga nggak apa-apa, Pak Imam." sebab, dia sendiri pun sudah siap dengan materi yang akan ia ajarkan kepada anak-anak nanti. Pak Imam mendecakan lidahnya, bercanda, "Mulai besok saja, ya. Masa anak baru langsung disuruh mengajar." selorohnya. Akhirnya Wisnu mengangguk. Dia kembali mengiyakan permintaan Pak Imam yang mengajaknya untuk berkeliling di kelas yang akan menjadi tempatnya untuk mengajar bersama satu orang mahasiswa perempuan. "Nanti kenalan, ya, sama Aleesya. Mahasiswa sastra inggris, satu almamater juga sama kamu, Nu. Dika udah cerita tentang ini, kan?" Tanya Pak Imam menyinggung salah satu mahasiswa perempuan yang juga bekerja di bimbingan belajar miliknya. Yang pernah sempat menjadi partner karyawannya yang lama. Wisnu tersenyum, lalu mengangguk "Sudah, Pak." Pak Imam mengangguk-angguk puas, lalu berpamitan kepada Wisnu ketika ada salah satu wali murid yang meminta mengobrol dengannya terkait dengan masalah perkembangan anaknya. Sepeninggal Pak Imam, Wisnu meneruskan langkahnya untuk kembali melihat-lihat ruangan yang sebagian terisi oleh anak-anak yang sedang belajar. Bimbingan Belajar Ceria ini menampung anak-anak SD, SMP, dan SMA. Kelasnya pun seperti bimbel-bimbel pada umumnya. Kelas privat dan reguler. Privat berisi maksimal 5 orang, dan reguler maksimal berisi 25 orang. Dan Wisnu akan mengajar kelas reguler bersama dengan Aleesya yang sejak tadi dikenalkan Pak Imam. Sejauh yang Wisnu lihat semuanya terasa menyenangkan dan baik-baik saja. Semoga saja semua ini memang betul-betul menyenangkan. Andai Dika tidak mengalami satu dan lain hal, dia juga tidak akan keluar dari bimbingan belajar ini. Sebab, dia mengatakan sudah merasa nyaman belajar bersama anak-anak di sini. Wisnu melangkah mendekati kelas yang ada di ujung lorong, kelasnya nanti bersama Aleesya. Belum dia sampai di depan kelas, suara lembut wanita sudah menyapanya di tengah langkah kakinya. Perempuan itu juga energik. Mengitari satu demi satu meja agar semua murid disana mengangguk paham mengenai materi yang dijelaskannya. "Jadi, ketika ada yang bertanya 'How are you, Leesya?' nanti mbak akan menjawab 'I'm fine, thankyou.' jangan lupa bertanya balik kepada sang penanya 'And you?'. Sampai sini mengerti?" Wisnu tersenyum ketika dia sudah berada di depan pintu kelas paling ujung, tempat Aleesya mengajar dan melihat bagaimana perempuan itu mengajar dengan penuh semangat. Lima belas anak di depan Aleesya mengangguk mengerti dan mencatat apa yang perempuan itu katakan dan tulis di papan tulis sana. "Selain 'how are you' kita juga bisa pakai kalimat lain ketika dengan teman atau orang yang sudah kita kenal. Seperti ini 'What's going on, Aleesya?" Benar yang Dika katakan, selain cantik Aleesya juga mempunyai kepribadian yang baik. Tutur kata lembutnya benar-benar mencerminkan wajahnya. Bukannya Wisnu mata keranjang. Namun, first impression seseorang memang dilihat dari wajahnya, bukan? Wisnu berharap, semoga saja dia dan Aleesya bisa bekerja sama untuk sama-sama mengajar di kelas demi mewujudkan visi-misi yang tertera di bimbingan belajar ceria ini. ****

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.9K
bc

DENTA

read
17.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Head Over Heels

read
15.9K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
102.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook