Prolog
"Gue tadi udah bilang, sih, sama Pak Imam kalau hari ini mau ada yang gantiin gue buat ngajar anak-anak di sini. Jadi lo tenang aja."
"Oke gue ngerti. Makasih, ya, Dik, lo udah percayain ini ke gue."
Dika mengangguk mantap. Menepuk pundak Wisnu pelan, ia kembali melanjutkan. "Nanti disana lo juga ada temen gue, tuh. Cewek, cakep lagi."
Wisnu hanya tertawa menanggapi gurauan Dika. Setelah kembali mengucapkan terima kasih untuk yang kedua kalinya di hari ini, Wisnu bergegas meninggalkan Dika untuk segera menuju ke tempat bimbingan belajar dimana temannya itu bekerja.
Hari ini Wisnu resmi menggantikan Dika untuk mengajar di salah satu bimbingan belajar yang rata-rata pengajarnya adalah mahasiswa. Setelah kemarin mereka mengobrol banyak hal, Wisnu akhirnya mengiyakan tawaran temannya itu.
Menaiki ojek online untuk mencapai ke kantor bimbingan belajar, Wisnu sedikit gugup ketika dia berhasil masuk ke ruangan pemilik bimbingan belajar ini. Mengulurkan tangan untuk bersalaman, lalu duduk ketika Pak Imam, pemilik bimbingan belajar ceria, mempersilakannya untuk duduk di depannya.
Pak Imam sedikit memperkenalkan cara kerja bimbel ini, yang sebenarnya sudah Wisnu ketahui dari Dika. Beliau juga mengatakan bahwa satu kelas bimbingan ada dua pengajar yang membantu anak-anak dalam belajar.
"Hari ini kita perkenalan aja, ya, Nu. Kamu nggak langsung mengajar." Putus Pak Imam kepada satu sosok remaja tampan yang ada di hadapannya ketika dia sudah menyelesaikan perkenalan singkatnya.
"Mengajar sekarang saya juga nggak apa-apa, Pak Imam." sebab, dia sendiri pun sudah siap dengan materi yang akan ia ajarkan kepada anak-anak nanti.
Pak Imam mendecakan lidahnya, bercanda, "Mulai besok saja, ya. Masa anak baru langsung disuruh mengajar." selorohnya.
Akhirnya Wisnu mengangguk. Dia kembali mengiyakan permintaan Pak Imam yang mengajaknya untuk berkeliling di kelas yang akan menjadi tempatnya untuk mengajar bersama satu orang mahasiswa perempuan.
"Nanti kenalan, ya, sama Aleesya. Mahasiswa sastra inggris, satu almamater juga sama kamu, Nu. Dika udah cerita tentang ini, kan?" Tanya Pak Imam menyinggung salah satu mahasiswa perempuan yang juga bekerja di bimbingan belajar miliknya. Yang pernah sempat menjadi partner karyawannya yang lama.
Wisnu tersenyum, lalu mengangguk "Sudah, Pak."
Pak Imam mengangguk-angguk puas, lalu berpamitan kepada Wisnu ketika ada salah satu wali murid yang meminta mengobrol dengannya terkait dengan masalah perkembangan anaknya.
Sepeninggal Pak Imam, Wisnu meneruskan langkahnya untuk kembali melihat-lihat ruangan yang sebagian terisi oleh anak-anak yang sedang belajar. Bimbingan Belajar Ceria ini menampung anak-anak SD, SMP, dan SMA.
Kelasnya pun seperti bimbel-bimbel pada umumnya. Kelas privat dan reguler. Privat berisi maksimal 5 orang, dan reguler maksimal berisi 25 orang. Dan Wisnu akan mengajar kelas reguler bersama dengan Aleesya yang sejak tadi dikenalkan Pak Imam.
Sejauh yang Wisnu lihat semuanya terasa menyenangkan dan baik-baik saja. Semoga saja semua ini memang betul-betul menyenangkan. Andai Dika tidak mengalami satu dan lain hal, dia juga tidak akan keluar dari bimbingan belajar ini. Sebab, dia mengatakan sudah merasa nyaman belajar bersama anak-anak di sini.
Wisnu melangkah mendekati kelas yang ada di ujung lorong, kelasnya nanti bersama Aleesya. Belum dia sampai di depan kelas, suara lembut wanita sudah menyapanya di tengah langkah kakinya.
Perempuan itu juga energik. Mengitari satu demi satu meja agar semua murid disana mengangguk paham mengenai materi yang dijelaskannya.
"Jadi, ketika ada yang bertanya 'How are you, Leesya?' nanti mbak akan menjawab 'I'm fine, thankyou.' jangan lupa bertanya balik kepada sang penanya 'And you?'. Sampai sini mengerti?"
Wisnu tersenyum ketika dia sudah berada di depan pintu kelas paling ujung, tempat Aleesya mengajar dan melihat bagaimana perempuan itu mengajar dengan penuh semangat.
Lima belas anak di depan Aleesya mengangguk mengerti dan mencatat apa yang perempuan itu katakan dan tulis di papan tulis sana.
"Selain 'how are you' kita juga bisa pakai kalimat lain ketika dengan teman atau orang yang sudah kita kenal. Seperti ini 'What's going on, Aleesya?"
Benar yang Dika katakan, selain cantik Aleesya juga mempunyai kepribadian yang baik. Tutur kata lembutnya benar-benar mencerminkan wajahnya.
Bukannya Wisnu mata keranjang. Namun, first impression seseorang memang dilihat dari wajahnya, bukan?
Wisnu berharap, semoga saja dia dan Aleesya bisa bekerja sama untuk sama-sama mengajar di kelas demi mewujudkan visi-misi yang tertera di bimbingan belajar ceria ini.
****