bc

Baby Breath (Indonesia)

book_age16+
985
FOLLOW
8.9K
READ
possessive
scandal
goodgirl
student
comedy
sweet
bxg
highschool
first love
school
like
intro-logo
Blurb

SEQUEL DARI CERITA 'MY BABY BOY'

Dipublikasikan sejak tanggal 10 September 2020

cover by dygraphic

¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬

Menceritakan seorang gadis bernama Brylea Nayara Jovanka begitu sangat menyukai sosok laki-laki bernama Abrissam Alvaro Daniyal, putra kedua anak dari pasangan bernama Bryan dan Nadya. Brylea selalu berusaha mendekati Daniyal bahkan pengorbankan dirinya sendiri agar Daniyal selalu mendapatlan hal-hal baik di sekitarnya. Lama kelamaan tumbuhlah rasa kagum Daniyal ketika ternyata gadis yang kerap dipanggil Lea itu memiliki sisi hati yang baik hati di balik sifat centilnya. Namun karena gengsi, Daniyal berusaha mengabaikan rasa cintanya pada Lea.

Apakah Daniyal tetap tidak mengakui bahwa dirinya memang menyukai Lea?

Dan datangnya seseorang dari masa lalu, mengubah semuanya menjadi lebih buruk keadaannya.

Siapakah seseorang itu? Yang sampai berusaha menghalangi kedekatan Daniyal dan Brylea.

chap-preview
Free preview
Part 1
PROSES REVISI kalau ragu baca cerita ini, kalian bisa cek dulu komentarnya ya✓ memang banyak babnya tapi seru✓ ... Baby breath part 1 Segerombolan siswa siswi SMA Madya kini tengah berdiri di depan papan pengumuman yang terletak di samping ruang guru. Mereka berdesakkan untuk mengetahui di mana kelas mereka setelah kenaikan kelas tahun ini. Dari kejauhan sana terlihat sosok gadis cantik berambut hitam tengah berlari kencang menuju papan pengumuman yang tengah ramai. Setelah sampai di. sana, gadis itu mencoba untuk membelah kerumunan itu dengan sekuat tenaganya dan tak memperdulikan beberapa ocehan para murid disini. "Minggir minggir minggir, permisi! "setelah bersusah payah membelah kerumunan itu, gadis itu mengatur napasnya yang tengah memburu sambil memegangi dadanya. Maniknya berbinar menatap lembaran kertas kelas dari kelas 1 sampai 3 di hadapannya dan bibir mungilnya menggumamkan nama seseorang yang tertera di lembaran kertas itu. Setelah membaca namanya kemudian ia melihat ke bawah dan suara pekikan dari mulutnya membuat gerombolan disana berhenti desak-desakan. "Yeee satu kelas! Yuhu!"pekik gadis sambil tangannya meninju-ninju ke atas dan kedua kakinya melompat beberapa kali. "Huuuu, minggir minggir! "gadis itu terhuyung ke belakang sambil mengaduh ketika segorombolan murid tadi mendorongnya ke belakang. Gadis itu mendengus kesal namun tak lama, ia kembali mengulum senyum dibibirnya setelah mengingat hal penting baginya. " Akhirnya satu kelas, gak nyangka deh. Huhhh senengnya! "gadis itu senyum-senyum sendiri ketika membayangkan sosok sang pujaan hatinya satu kelas bersamanya. " Sekarang saatnya menuju kelas baru! Lets go! "Gadis itu berlari menuju kelas XI IPA 1, tak terasa ia sudah memasuki tahun kedua pelajaran ini. Di tengah perjalanan ia juga bersenandung ria dan sesekali ia menampilkan senyum ramah ketika berhadapan dengan sosok yang dikenalinya. Berbeda dengan tiga orang yang berada di kantin yang masih belum buka karena jam sekolah masih terlalu pagi, mereka bertiga sangat santai dan tak peduli entah di kelas berapa walau dihati mereka sama-sama berharap untuk satu kelas lagi. "Kok perasaan gue gak enak ya,"ujar seorang laki-laki remaja berusia 16 tahun yang tengah membereskan peralatan gambarnya dimasukkan ke dalam tasnya. "Jangan-jangan ada hantu lagi! "pekik temannya yang berada duduk berseberangan dengannya. Raut wajahnya menunjukkan bahwa ia benar-benar penakut setelah mendengar ucapan temannya tadi. " Ye elah masih gini horor mulu pikiran lo! "laki-laki yang bertubuh paling besar di antar dua orang itu tengah menonyor kepala temannya yang penakut tadi. " Apaan sih lo, nonyor kepala orang mulu. Gue nanti g****k gimana? "temannya itu membalas dengan menggeplak kepala laki-laki bertubuh besar itu. " udah g****k dari dulu kale! "sahut temannya yang sudah selesai berberes tadi. Ketika temannya si penakut itu akan membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, tiba-tiba suara melengking dari arah samping mencuri perhatian mereka bertiga. " Satria! Ngapain sih teriak-teriak, suara lo bikin pala gue pusing! " Sosok laki-laki berambut klimis itu tengah berdiri di hadapan mereka dan matanya tertuju langsung pada temannya pencinta gambar itu. " Waahh bentar lagi ada drama cinta baru nih. " " Drama cinta? Ada ada aja lo, kebanyakan nonton drakor jadi gini ya lo! "sosok teman di sebelahnya pun tertawa mengejek mendengar ucapan temannya yang baru saja datang bernama Satria. " Ck, kalian belum paham nih jadi ya gini. Nanti ada kejutan khusus buat lo! "Jari Satria menunjuk ke arah temannya yang kini memasang taut wajah bingung. " Buat gue? " " Buat Daniyal? Emang kejutan apa sih? " " Sekarang kita ke kelas deh, oh ya kita satu kelas dan kelas kita di IPA 1." ... "Hai Iyal? "sosok gadis cantik menampilkan senyum lebar dibibirnya kala mengetahui sosok lelaki tampan berdiri di ambang pintu kelas IPA 1. Sosok laki-laki itu tak berdiri sendiri melainkan ada tiga laki-laki lain disisinya yaitu temannya. " Yal? Disapa tuh! "laki-laki bertubuh paling besar itu menepuk pundak sosok laki-laki bernama Daniyal. Daniyal menoleh sebentar pada ketiga temannya lalu ia menatap intens sosok gadis yang ia kenali. Dia ialah Brylea Nayara J, gadis centil yang menyukainya sejak satu kelas saat MOS walau tak satu kelas saat kelas 10 yang memang sudah ditentukan tapi gadis itu tetap saja selalu ada dimanapun kapapun ia berada. "Ngapain lo disini? "Daniyal akhirnya membuka suara saat tangannya ditarik paksa oleh gadis bernama Lea itu menuju bangku urutan kedua letak kedua dekat pintu. " Kita satu kelas. "Lea tersenyum lebar, ya memang itu adalah salah satu hobby gadis cantik itu ketika bertatap muka dengannya. " Yang gue maksud tuh ini, hehe. "Satria menggaruk tekuknya yang tak terasa gatal sambil bibirnya menampilkan cengiran khasnya. Daniyal menghela napasnya pelan seraya melepaskan tangan Lea yang terus menggenggam tangannya dan itu membuatnya risih. Lelaki itu pun langsung mencari tempat duduk lain dan mengabaikan teriakan Lea yang menyuruhnya untuk duduk bersamanya. Ketiga teman Daniyal menurut saja ketika temannya itu memilih duduk di dekat jendela yang mana memang masih belum dihuni. "Lea mencak-mencak tuh! "Satria menunjuk tempat Lea berdiri. Gadis itu menghentakkan kedua kakinya berulang kali dan namanya juga gadis centil pastinya Lea tak menyerah begitu saja. Lea terus memaksa Daniyal untuk duduk di bangku yang sudah ia siapkan dan pastinya gadis itu ingin satu bangku bersama sosok lelaki yang ia sukai. "Biarin nanti juga capek kan. "Daniyal mengabaikan Lea, lelaki itu malah mengeluarkan alat gambarnya untuk ditaruh di atas meja. " Ihhh Elang bantuin gue dong, bujuk dia! "Lea menatap mohon pada lelaki bertubuh besar itu yang duduk sebangku dengan Daniyal. " Lhah kenapa gue? "Elang menunjuk dirinya sendiri dan memasang wajah bingung. " Kan lo temen deketnya! " " Gue gak mau ikut-ikutan ah! "Elang mengangkat tangannua ke udara seraya meminta maaf pada Lea. Sebenernya ia merasa kasihan pada gadis itu namun gimana lagi, ia juga tak mau kena getahnya dan masih memikirkan pelajaran matematika serta bahasa Inggris. Yang dimana Daniyal paling pintar dalam pelajaran itu. You know lah kalau punya teman pintar apalagi sebangku pasti ada dampak baiknya. Bunyi bel masuk telah tiba itu tak membuat Lea merasa lengah begitu saja. Walau terasa capek tapi ia tetap memaksa Daniyal untuk sebangku dengannya sesekali ia menyuruput s**u strawberry kesukaannya untuk menambah energinya. "Tuh cewek ga ada capek-capeknya ya, gue lihatnya aja capek,"bisik Pio pada Satria. Yang dimana dua orang itu duduk sebangku dan berada di depan bangku Daniyal. Pio yang merasa tak ditanggapi pun menoleh pada Satria ternyata temannya satu itu tengah memakai heandset ditelingannya sambil menangkupkan kedua tangannya di atas meja. Tidur, itu pasti. "Yaelah, kebiasan!"Pio menggeplak punggung Satria membuat si empu langsung duduk tegap dan menatap tajam pada si pemilik tangan nakal itu. "Ngapain sih, ngganggu orang tidur! "bentak Satria pada Pio. " Ada bu Nunuk! "Pio menunjuk depan kelas yang ternyata wali kelas mereka berjalan menuju kelas. Lea tersenyum penuh arti ketika seorang guru itu menanyakannya. " Lea, kenapa kamu berdiri di situ? "tanya Bu Nunuk, guru killer matematika. " Anu bu itu saya ingin duduk sebangku sama Daniyal. " " Emang kenapa? Temanmu banyak lagian Daniyal sudah duduk sama temannya. " " Kan Daniyal pintar bu lha saya kan juga butuh teman sebangku yang pintar, emm saya --" "Oh ya sudah, Daniyal kamu pindah ke bangkunya Lea. Bantu dia karena nilainya turun. "guru paham dan menyuruh Daniyal duduk sebangku bersama Lea. " Tapi bu--"Daniyal ingin menolak namun melihat tatapan garang gurunya akhirnya mau tak mau ia menuruti perintah bu Nunuk. Mereka berdua menjadi pusat perhatian teman satu kelas mereka. Namun mereka memang sudah banyak yang tau jika sosok Lea itu menyukai Daniyal bahkan secara terang terangan mendekati Daniyal dimanapun Daniyal berada kecuali toilet. Lea dengan senang hati membantu Daniyal membawakan barang Daniyal dan mengabaikan tatapan tajam Daniyal karena telah berani menyentuh barang Daniyal tanpa ijin si pemiliknya. "Yahh. "desah Elang kecewa, tapi ia tersenyum kecil melihat keberanian Lea. Demi mendapatkan teman sebangku (Daniyal), gadis itu berani berkata seperti itu pada guru yang terkenal killer. " Gue janji bakal contekkin lo kok! "Lea mengedipkan salah satu matanya dan itu membuat Elang memegang dadanya sendiri disertai raut wajahnya yang dramatis. " MasyaAllah cantik bet deh! "Elang tersenyum sendiri namun sosok lain menggeplak kepalanya. " Sadar woy, milik temen! "ternyata itu ialah Satria. " Iyaya santai dong ah! "Elang mencubit lengan Satria gemas namun saat mendengar suara perempuan pun membuat pandangannya teralihkan. " Hai? Boleh duduk disini? "gadis berkaca mata dan memiliki tanda lahir di pipi kanannya tengah melambaikan tangannya di samping dirinya. Elang yang melihat gadis itu dari atas ke bawah pun seketika meringis. Ia juga sempat menoleh ke arah dua temannya yang tengah cekikikan. " Jodohmu Lang! "pekik Pio senang. " Sialan lo pada! EMAKK! "teriak Elang merasa frustasi, selalu saja dekat dengan cewek yang jauh dari ekspetasinya. " SIAPA YANG TERIAK-TERIAK? "tanya bu Nunuk ketika mendengar suara teriakan alay dari muridnya. " ELANG BU! "teriak Pio dan Satria kompak tangan mereka menunjuk ke arah Elang. ... " Akhirnya kita satu kelas dan sebangku. "Lea menghela napasnya lega dan tak berhenti untuk memasang wajah sumringahnya. Lea melirik Daniyal yang tengah sibuk mengerjalan tugas dari bu Nunuk. " Ya Tuhan, nikmat sekali melihat pemandangan ini. "Lea tersenyum lembut menatap wajah Daniyal dari samping apalagi dari jarah dekat seperti ini. Lea tak mengerjakan tugas melainkan menaruh pipi kanannya di atas buku dan fokus menatap Daniyal yang tengah berkonsentrasi. Tanpa sadar Lea menepuk bahu Daniyal dengan tangan kirinya, Daniyal menoleh sekilas ke arah Lea lalu mengerjakan tugasnya lagi. "Ihh kok cuek sih! "Lea mengerucutkan bibirnya namun ia kembali mengulum senyum. Di dalam hatinya selalu berjanji akan terus berusaha tersenyum di hadapan sosok laki-laki tampan pujaan hatinya. Dengan berani Lea mendekatkan wajahnya lebih dekat dengan tangan Daniyal dan posisinya pun tetap sama seperti tadi. Daniyal yang merasa terganggu pun menolehkan wajahnya menatap tajam Lea yang malah tersenyum menatapnya. "Bisa diem gak? " " Gak bisa. "Lea masih menatap Daniyal penuh kekaguman. " Yaudah gue pindah aja deh! "Daniyal kulai berdiri tapi belum sempat berdiri tegap, Daniyal sudah ditarik untuk duduk kembali oleh Lea. " Ehh jangan dong! " " Yaudah diem! " " Aku gak punya kerjaan. "Dengan nada yang merengek, Lea menangkupkan kedua tangannya yang dimana sikunya diletakkan di atas pahanya. Ia menatap malas buku tugas matematika, pelajaran yang tidak ia sukai. " Kan ada tugas--"Daniyal memundurkan kepalanya sedikit ketika jari telunjuk Lea berada tepat di depan bibirnya dan itu langsung ia tepis agak kasar. "Aku gak bisa! " Daniyal mengusap bibirnya sendiri dan menyumpah serapahi ketiga temannya bukannya membantunya malah minta contekan padanya. Pio bolak-balik melemparinya kertas kecil di bangkunya, pastinya temannya itu meminta contekan. Lea merasa senang ketika jari telunjuknya mengenai bibir Daniyal yang sepertinya terasa lembab. Bahkan gadis itu mengusap lembut jarinya yang tadi terkena bibir Daniyal. Daniyal yang melihat itu pun bergidik ngeri tapi ia melanjutkan tugas matematika yang hampir selesai. Lagi-lagi Lea menganggunya dengan memainkan stabilo miliknya ke kukunya. Lea menyadari jika Daniyal akan marah kepadanya pun langsung berkata, "Kalau kamu bantuin aku, aku gak bakal ganggu." "Yaya tapi nanti. " Lea pun menganggukkan kepalanya tiga kali dan ia mulai semangat mengeluarkan alat tulisnya yang masih nangkring di dalam tas ranselnya. Daniyal melirik apa saja benda yang dikeluarkan oleh Lea dari dalam tasnya yang mana memang Lea hanya mengeluarkan satu buku saja di atas meja tadi. Lelaki remaja itu mengernyitkan dahinya heran ketika Lea memegang bunga yang terbuat dari plastik. Bunga yang biasanya ada saat diresepsi pernikahan. "Lo bawa baby breath? "tanya Daniyal spontan. " Ah ini, bunga kesukaanku. Tapi aku bawa yang plastik sih, di rumah ada kok yang asli." "Lo mau nikahan? " " Ciyee perhatian! "pekik Lea senang serya tersenyum menggoda ke arah Daniyal. Daniyal memasang wajah datar lalu kembali melanjutkan mengerjakan tugas seraya menepis tangan Lea yang berusaha mencubit pipinya. " Lagian kan aku maunya nikah sama kamu, kamu kan calon suamiku. Nanti kalau kita nikah, kamu kasih aku bunga ini aja ya. "Lea menatap tepat di hadapan wajah Daniyal sambil mengedipkan kedua matanya beberapa kali. " Ngimpi... " ... bismillah semoga ada yang melirik cerita ini walau mustahil aamiin ....

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.2K
bc

Istri Kecil Guru Killer

read
156.7K
bc

The Ensnared by Love

read
104.0K
bc

The crazy handsome

read
465.4K
bc

Dependencia

read
186.9K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

Mrs. Rivera

read
45.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook