Bagian 2 ~ Tidak ada yang tau

1873 Words
“Bagaimana bisa kau hanya mendapatkan telur dadar saja Key? Untung pak Dani jadi meralat perkataannya tadi. Jika semua jadi mengulang, aku yakin kau akan menerima umpatân lagi!”  Aku menatap Harry yang mengemudi, setelah kelas mereka berakhir 15 menit yang lalu. Pak Dani, dosen mata kuliah umum kami membagikan hasil ujian kami. Dan tebak? Aku mendapatkan peringkat satu dari bawah. Harry langsung menarikku keluar dari ruangan kelas itu sebelum banyak umpatân yang aku dengar dari mereka. Dan yang aku lakukan saat ini hanyalah menatap Harry dengan tidak ada niat, dan dengan tidak tau dirinya. Aku masih sempat-sempatnya untuk meminta permen lagi pada Harry. “Aku bukannya tidak mau menjawab pertanyaan itu!” aku akhirnya mulai buka suara. Setidaknya aku harus mengutarakan pembelaan diri. Harry sesekali melirik Kirey yang sudah sibuk mengemut permen rasa coklat itu.”Tapi kenapa sampai dapat nilai telor?”   “Aku terlalu malas untuk menulis jawabannya, jadi aku hanya menjawabnya dari kepala saja. Lebih singkat, jelas, dan padat. Pak Dani saja yang tidak bisa mendengar telepatiku Harry. Dia itu hanyalah tua bangka yang sudah bau kuburan, ayolah. Kau ini serius sekali menghadapi mahluk-mahluk bumi itu!”    “Makhluk bumi? Jadi kau ini apa? Setân?”  “Tidak tau, aku ini seperti bukan makhluk bumi saja!”aku menatap keluar jendela kaca mobil Harry. Awan semakin menghitam, butir-butir air hujan yang turun dari atas langit membuat jalanan terlihat sangat basah dan suram. Sama-seperti suasana hatiku yang selalu saja tidak menentu dan sangat sering berubah-ubah. Padahal aku sedang tidak PMS—premenstruation syndrome—saat ini, namun akhir-akhir saja yang berbeda.   Harry diam saja, memikirkan apa yang membuat Kirey berpikir seperti itu. Ia sangat tau bahwa pemikiran Kirey itu jauh dari nalar manusia. Dan itu sebabnya lebih memilih untuk mempertimbangkan pertanyaannya lebih dulu. Daripada nanti kena semprot lagi, lebih baik dia jaga-jaga duluan. Mobil berhenti tepat di lampu merah, beberapa pejalan kaki langsung menyebrang meskipun sedang hujan. Ada beberapa yang memakai payung, mantel hujan namun ada saja makhluk bumi yang menyebrang tanpa apa-apa. Sangat nekat dan perhatian Harry tertuju pada sosok lelaki yang terlihat menyebrang menerobos derasnya hujan. Dari belakang, ia menatap ada sebuah motor yang melaju. Harry langsung menarik Kirey yang sepertinya juga sedang memperhatikan pemuda itu. Ia menutup mata Kirey dan juga telinga gadis itu.   Bruk—Pemuda tadi terlempar di sisi aspal jalanan, aku yang tiba-tiba merasakan banyak suara-suara ribut langsung melepaskan dirinku dari Harry. Namun setelah melihat apa yang terjadi, aku langsung mual dan menatap Harry yang menatapnya dengan helaan nafas. “A—papa yang terjadi? Mengapa bisa seperti ini? Apa yang terjadi Harry...Ke—kenapa bi…!”     “Sssttt—Diam dan tenangkanlah dirimu, lampu sudah hijau dan kita juga harus pergi. Beberapa petugas sudah mulai datang, kita harus segera pergi!”     Aku menatap Harry dengan tatapan yang sudah berkaca-kaca, mataku juga kembali tertutup saat aku hendak ingin melihat apa yang terjadi dengan pemuda itu. Aku bersandar dengan Harry yang menutup matanku dengan salah-satu tangan lelaki itu. Aku merasakan nafasku yang memburu. Tidak lagi, bayang-bayang malam itu kembali berputar-putar di dalam pikiranku. Aku menahan nafas dalam, lalu mengeluarkannya dengan perlahan. Tidak, ia tidak lagi bisa seperti ini. Jika aku terus-terusan terjebak di dalam masa laluku, aku tidak akan menjadi lebih baik lagi. Meskipun aku tidak tau, apakah aku masih bisa lebih baik lagi atau tidak.   Mobil Harry sudah sampai di depan rumah Kirey. Ia melirik ke sebelahnya, lalu menatap Kirey yang sudah lebih baik. Namun gadis itu masih diam saja dan masih melamun. “Kita sudah sampai, apa kau tidak mau turun?”   Aku turun lalu menatap Harry yang juga ikut turun dari dalam mobil. Aku menatap Harry dengan datar, “Kenapa kau ikut turun? Rumah ini tidak menerima tamu yang bau sepertimu Harry. Lagi pula Om dan Tante akan mencarimu nanti!”   Harry tersenyum, Kirey sepertinya sudah kembali membaik lagi. “ Sialan, kau lebih bau dariku Kirey. Apa kau tidak sadar sebau apa air liurmu tadi hah? Aku yakin kau hanya melapnya dengan tisu saat di kamar mandi. Baunya bahkan masih tercium di tanganku!” Harry bergidik ngeri. Ia masih membayangkan air liur Kirey saat di perpustakaan tadi. Harry masih ingin melanjutkan ejekannya lagi, namun tiba-tiba ia merasakan ada aura yang sedikit dingin di sekitarnya. Lalu tatapan Harry tertuju pada Kirey, gadis itu menatapnya dengan datar. Membuat bulu kuduk Harry langsung naik. Harry akui, bahwa Kirey beberapa hari terakhir ini memang benar-benar berbeda. Sangat berbeda, bahkan sampai membuat Harry yang usil bisa setakut sekarang ini.   Dengan langkah kaku seperti robot, Harry langsung mundur. Hendak menuju mobilnya namun.. Plak…”Aaaaaa!” Harry berteriak sangat keras, ia merasakan sakit yang begitu luar biasanya di kepalanya. Ia lalu membalikkan badannya dan menatap Kirey yang sudah berlari terbirit-b***t masuk ke dalam rumah dengan tawa yang bergelegar seisi rumah. Gadis itu bahkan lari hanya dengan sebelah sepatu. Harry mengelus kepalanya, lalu menatap sepatu yang menjadi korban Kirey.  Ia mengambil sepatu itu dan membuangnya ke tong sampah. Lalu  menyusul Kirey yang masih tertawa keras dari dalam rumah. “KIREY…...DASAR SEPUPU LAKNAT. KAU HARUS MEMBAYAR KEPALAKU INI KIREY. DIMANA KAMU HAH?” Harry berteriak mencari Kirey.   Gadis itu sedang tertawa di ruang tamu, dengan memegangi perutnya. Harry langsung tertawa miring, ia langsung mengejar gadis itu yang berniat kabur lagi. Harry membanting Kirey ke sofa dan menatap Kirey yang sedang terlentang di hadapannya.   “Harry, jangan!” teriak Kirey saat Harry mulai mendekat padanya   “Rasakan ini, dasar laknat! HIYAAA……!” Harry langsung naik ke atas Sofa dan menggelitik perut Kirey.  “Hahahaha….Hahahahahhahahahha. Ha—Harry!” Kirey tertawa sangat keras. Harry benar-benar ingin membunuhnya saat ini. Kirey bahkan sudah lemas dan tidak lagi kuat untuk tertawa.  “Cukup Harry, Kirey!”   Harry langsung berhenti lalu menatap sosok lelaki yang menginterupsi mereka berdua. Kirey melihat adanya kesempatan, ia langsung melompat dari sofa dan bersembunyi di balik tubuh Edward. “Abang….Harry bang!” Teriak Kirey tepat di telinga Edward. Lelaki itu hanya menarik nafasnya dalam. Mengeluarkannya pelan dan mengulangi terus.  “Mau kemana kamu hah? Sini kamu Kirey, kamu harus bayar kepalaku. SINI KAMU KIREY!”   Bukannya berhenti, Harry malah terus mengejar Kirey yang bersembunyi.   “Abangggg!” Teriak Kirey berusaha untuk mencari perlindungan dari Edward   “BERHENTI, JIKA KALIAN TIDAK BERHENTI SEKARANG, AKU AKAN MENGELUARKAN KALIAN BERDUA DARI RUMAH INI!”    Kirey yang sudah berada di pertengahan anak tangga langsung berhenti, begitu juga dengan Harry yang berhenti. Ia menatap Edward yang menatapnya tajam, lalu menatap Kirey yang juga sedang menatapnya sambil menjulurkan lidahnya. Harry menghela nafasnya, lalu kembali duduk di sofa sambil mengatur nafasnya yang tidak beraturan. Kirey juga ikut duduk di sofa, di depannya lebih tepatnya.   Edward memijat pelipis matanya, kelakuan Harry dan Kirey benar-benar selalu membuat kepalanya pening. Ia duduk di depan Kirey dan juga Harry, ia tau yang salah di sini adalah Kirey. Tapi ia kesal dengan Harry yang meladeni keusilan Kirey dan juga kemalasan adiknya itu. Ia dan Kirey sebenarnya berbeda satu tahun, dan karena satu hal yang tidak bisa ia jelaskan. Ia tidak bisa meninggalkan Kirey sendirian, meskipun ada Harry yang menjaganya. Ia tidak terlalu bisa mempercayakan sang adik pada Harry.   “Pergi buatkan minum untuk abang dan juga Harry!”   Kirey menggerutu kesal, ia menatap Harry yang tersenyum mengejeknya. “Tidak mau!”   “Tidak mau berarti abang gak mau satu PKL sama kamu!”   “Ihhhh, abang kok gitu sih sama Kirey?”   “Buatin teh sama abang!”   Kirey berdiri dengan kesal,sebelum ia pergi. Plakk… Kirey masih sempat-sempatnya untuk memukul kepala Harry lagi dengan bantal.   “Kirey!” Kesal Harry saat merasakan kepalanya kembali sakit. Hari ini Kirey benar-benar sudah membuat moodnya hancur. Gadis tengil itu sudah menampol kepalanya tiga kali hari ini. Benar-benar sangat menguji kesabarannya. Ia ingin sekali menampol kepala gadis itu lagi, namun ia yakin jika ia melakukan itu. Gadis itu pasti tidak akan berbicara padanya selama sebulan. Kirey paling sensitif di bagian kepala, entah kenapa tapi itu membuat Harry sangat geram.   Harry menatap Edward yang ada di depannya saat ini. Lalu hanya bisa menghela nafas. Edward dan ia seumuran. Dan hanya berbeda satu tahun dengan Kirey. “Ada apa?”   “Apa kau merasakan ada sesuatu yang aneh sore tadi?” Edward berbicara pada Harry dengan pelan dan serius. Takut bahwa percakapan mereka ini akan didengarkan oleh orang lain. Terlebih lagi dengan Kirey, gadis itu pasti akan sangat-sangat kepo dan akan terus bertanya padanya. Tidak akan berhenti sebelum gadis itu mendapatkan apa yang ia mau.   Harry mengangguk, “Sore tadi. Saat aku dan Kirey keluar dari perpustakaan. Aku merasakan ada yang mengawasi kami berdua lagi!”   “Aku juga merasakannya tadi, namun saat aku ingin menyelidikinya. Sosok itu sudah pergi dan tidak meninggalkan jejak sama-sekali. Bahkan kemampuanku tidak bisa mendeteksi sosok itu kemana perginya!”   Percakapan yang mungkin tidak akan dimengerti oleh semua orang. Semua berawal 5 tahun lalu, saat Edward dan Harry di culik. Mereka mengalami hal-hal yang sangat sadis dan penyiksaan yang membuat kekuatan Edward dan jati dirinya yang selama ini tidak diketahui muncul begitu saja. Edward adalah vampire, makhluk spiritual yang sering kali dianggap mitos. Sementara Harry adalah kamu Siren, sejenis makhluk hidup yang hidup di dalam kedalaman air di Middle Earth. Semua ini nampak tidak bisa dipercaya oleh mereka berdua. Namun ini adalah nyata. Dan yang membuat mereka selalu bertanya-tanya adalah mengenai Travold. Lelaki yang satu kelas dengan Kirey dan juga Edward itulah yang menyelamatkan mereka dari dunia asing itu. Dan berhasil membawa mereka berdua kembali selamat ke bumi. Dan pertanyaan terbesar bagi Harry dan juga Edward, sebenarnya siapa Travold. Dan apakah lelaki itu adalah vampire atau siren? Atau jenis makhluk lainnya? Yang jelasnya, setelah hari itu. Travold menghilang dan mengatakan sebelum lelaki itu kembali ke bumi.   Mereka berdua harus selalu waspada dan berjaga-jaga. Mereka juga harus melindungi Kirey, karena target utama yang ingin dihancurkan itu adalah Kirey.   Dihancurkan oleh siapa,dan kenapa harus Kirey? Menjadi pertanyaan lain bagi Harry dan juga Edward. Namun sudah 5 tahun berlalu, Travold masih belum kembali ke bumi. Entah apa yang terjadi dengan lelaki itu, namun hal itu membuat Edward cemas. Karena sejak 5 tahun ini, ia selalu mencari tahu kebenaran mengenai mereka. Namun sayangnya, tidak ada petunjuk. Tidak ada klu barang sedikitpun mengenai mereka. Ia pun tidak tau Kirey itu seperti apa, apakah Kirey adalah sepertinya atau seperti Harry. Tidak ada yang tau.   “Travold belum kembali sudah 5 tahun kita menunggunya, hanya dia yang tau semua pertanyaan kita. Apa kau pikir, dia sudah tidak akan kembali lagi dari dimensi itu?”   Sttt—”Kecilkan suaramu Harry, aku yakin akhir-akhir ini banyak sosok misterius yang mengintai kita!”   Harry hanya mengangguk, dan tidak lama. Kirey datang dengan teh yang sudah tersaji di atas meja. Gadis itu duduk di sebelah Harry dengan wajah cemberut. Harry diam saja, mengenai siapa mereka dan kebenaran mengenai hal itu. Mereka hanya bisa menanyakannya pada Travold seorang. Meski ia sendiri tidak tahu menahu mengenai lelaki itu, namun ia hanya bisa berharap lelaki itu bisa datang tepat waktu. Dan memberikan mereka penjelasan yang bisa menjawab pertanyaan yang ada di kepala mereka.  "Kalian kenapa diam-diam saja? Apa kalian sedang bertelepati saat ini?" Kirey mengintruspi kedua mahluk hidup yang ada bersamanya itu. Ia sangat kesal jika diabaikan. Apalagi oleh Harry dan Edward.     
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD