bc

Ayra A Pratama (Pagi Indah Bersamamu)

book_age18+
159
FOLLOW
1.4K
READ
family
goodgirl
drama
sweet
YA Fiction Writing Contest
bxg
brilliant
first love
Writing Academy
spiritual
like
intro-logo
Blurb

Ansell telah menikah meski belum pernah bertemu sang istri setelah pernikahannya

Ayra seorang gadis dengan kisahnya mencoba masuk dalam hidup Ansell bisakah ia memasuki hati Ansell ataukah dirinya akan kecewa dengan pilihannya?

chap-preview
Free preview
Bab 1
Ansell Arian Rendra sudah lama tidak menginjak kampung halaman sang ibu yang berada di daerah Wonogiri, Jawa Tengah. Daerah yang begitu asri dengan lahan pertanian yang masih begitu luas membentang, meski daerah Wonogiri bisa di bilang juga banyak pegunungan, sejauh mata memandang hanya hamparan hijau yang terlihat, terlihat beberapa petani sudah mulai menggarap tanah meski matahari baru saja muncul dari persembunyian. Kampung halaman yang amat sangat di rindukan ileh warga Wonogiri yang sedang jauh merantau. Tetapi bukan itu tujual kedatangannya saat ini, Ansell  datang karena proyek yang sedang ia jalankan di sini sedikit mengalami kendala yang mengharuskan dirinya turun tangan. Sekelebat ingatana menghampiri Ansell saat dirinya masihlah ada di sini, dulu sewaktu kecil sampai kelas enam SD Ansell bersekolah di sini, sampai akhirnya sang ayah memboyongnya ke Jakarta karena pekerjaan, meski awalnya dirinya sempat memberontak karena harus berpisah dari teman-teman sepermainannya. "Segarkan, Den?" Sebuah suara mengembalikan Ansell dari mengenang masa lalunya. "Iya, Pak. Di sini sejuk udaranya apalagi masih pagi begini, belum banyak polusi. Jadi ingat masa dulu, saya pernah berlarian di sawah untuk main layangan atau mancing ikan." "Jam segini memang belum ramai kendaraan, Den, paling bentar lagi mulai ramai lalu lalang kendaraan anak-anak sekolah atau yang berangkat kerja. Waktu aden masih di sini dulu keadaan berbeda, den. Jaman aden dulu anak-anak sering berangkatnya bareng ke sekolah lewat  memotong jalur, lewat jalan setapak di tengah sawah, pulang sekolah bukannya langsung pulang tapi main ke sungai mau nangkap Ikan." ucap sopir yang menjemput Ansell, ucapannya sangat di setujui Ansell karena begitulah ia dulu. "Sudah banyak berubah sejak saya terakhir pulang ke sini, pak. Sekarang anak-anak kelihatannya jarang mau main ke sawah." "Iya, Den, mereka sekolah aja antar mobil atau motor, den. Tidak terasa ya, den? Sudah 13 tahun berlalu kalau tidak salah."  "Ya, harusnya tiap lebaran kita kumpul ke sini, tapi ini kebalik, malah eyang kakung dan eyang putri yang selalu datang ke Jakarta saat lebaran."  "Mungkin ndoro kakung sama ndoro putri pingin suasana baru, den. Aden masih ingat teman-teman aden?" "Lupa pak, hanya beberapa yang ingat itupun karena orang tua kami berteman, ini sudah janjian bakal datang ke rumah." "Baguslah, Den, kalau bisa petemanan jangan sampai terputus. Ini juga di rumah sudah pasti ramai buat nyambut kedatangan, den Ansell." "Pakai acara sambutan segala." "Ya, bagaimana lagi aden ini sudah lama tidak pulang ke Wonogiri makanya ini kan spesial" ucapan Pak Jaka dan hanya ditanggapi senyum oleh Ansell.  Sudah seperti nyambut pejabat saja. Pikir Ansell Ansell kembali menatap jalanan dari jendela, membiarkan pikirannya kembali melang-lang buana entah memikirkan masa lalunya ataukah teringat kembali tujuan ia datang ke kota ini lagi. Tidak terasa mobil mereka sudah masuk ke area perumahan yang cukup mewah di Wonogiri. Sebenarnya bukan perumahan yang biasa dibanguj insvestor begitu tapi lebih pada perkampungan yang kalau dilihat dari rumahnya cukup beragam dan bervariasi mulai dari rumah sedang sampai rumah yang bisa di katagorikan mewah, mobil yang di tumpangi Ansel memasuki sebuah gerbang yang cukup besar di daerah itu, Ansell melihat kedua Eyangnya menyambut di depan pintu rumah, beserta ada beberapa tamu yang ikut menyambutnya. "Tidak cukup banyak berubah bangunannya." Bisik Ansell pelan. Ansell baru saja turun dari pintu mobil saat eyang putri sudah menyongsong Ansell. "Masya Allah, cucu eyang seng ganteng akhirnya pulang." ucap eyang putri atau nenek Ansell sambil memeluk dan menciumi pipi cucu lelaki satu-satunya ini. "Assalamu'alaikum, Eyang," "Wa'alaikumussalam, wes-wes ayo podo mlebu omah, ben gak podho ngadhek neng ngarep lawang (sudah-sudah ayo semua masuk rumah, biar nggak berdiri di depan pintu)" ajak eyang kakung karena sang istri yang belum mau melepaskan sang cucu. "Enggeh, eyang. (Iya, eyang)" jawab Ansell. "kakungmu itu iri," ucap eyang putri Ansell karena acara pelukan dengan sang cucu di sela oleh sang suami. Namub pada akhirnya mereka masuk juga ke rumah, di dalam rumah, Ansell melihat sudah banyak sekali hidangan yang tersaji di atas tikar yang di gelar. "Monggo-monggo, gek ndang podho maem bareng-bareng kene. (Silahkan-silahkan, ayo semua kita makan bersama)" ajak Eyang kakung Ansell mengajak para tamu menikmati hidangan yang sudah di sediakan guna menyambut kedatangan sang cucu.  "Kamu juga ayo makan, Le" ajak Eyang Putri pada Ansell, Ansell memang sedikit bisa bahasa jawa tapi karena sudah lama di Jakarta dirinya sedikit kagok menggunakan bahasa jawa kembali.  "Duh, Eyang, Putu njenengan jan ganteng tenan, (Duh, Eyang, cucu anda ini sangat ganteng sekali.)" puji salah satu tamu yang hadir. "Enggeh, Eyang, nopo sampun gadhah calon? (Iya, Eyang, apa sudah punya calon)" "Gak ngerti eyang iki, bocahe gelem muleh rene wes seneng kok, (Gak tahu eyang ini, anaknya mau pulang saja sudah seneng.)" "Kulo gadhah soudara enten Jakarta, Eyang, upami purun nggeh saget.(Saya punya sudara di Jakarta, jika mau ya boleh)" ucap Yang lainnya menimpali sekaligus promosi, ya siapa yang menolak punya menantu ganteng dan kaya, meski bukan mantu langsung ya paling tidak bisa dipamerkan. "Eyang gak melu-melu, ben sak karepe bocahe, engko nak eyang melu ngatur ndak malah repot. Wes ndang gek podo maem ae,(Eyang nggak ikut-ikut, biar terserah anaknya, nanti kalau eyang ikutan ngatur jadi repot. Sudah yuk semua pada makan saja." Di lain tempat, Ansell dan sang eyang kakung berbaur dengan para tamu lelaki, ya bicara ngalor ngidul tapi intinua juga sama, menanyakan kabar yang berujung pacar. Ansell sendiri hanya menanggapi sebisanya, selebihnya sang eyang yang menjawab. Sampai siang akhirnya para tamu berpamitan pulang Ansell yang juga sudah merasakan capek memilih oemit untuk istirahat, namun tetap diwanti-wanti untuk tetap melaksanakan ibadah salat jumat. "Iya, Eyang, nanti sebelum jam sebelas Ansell akan siap-siap." "Ya sudah sana istirahat." Ansell memasuki kamarnya yang dulu saat ia masih kecil, tapi segalanya berubah mulai dari tempat tidur, lemari, dekorasi dan juga meja yang dulu ia gunakan untuk belajar sudah menghilang tergantikan meja dan kursi minimalis, jendela besar yang menghubungkan dengan halaman samping tempat kolam renang berada sudah berubah menjadi pintu kaca besar. Ansell melihat kopernya sudah berada si samping almarinya, berjalan menuju tempat tidur Ansell berniat merebahkan diri sebelum teriakan sang nenek terdengar.  "Le, iyam dishik ben seger.(Nak, mandi dulu biar seger)” "Enggeh, Eyang." Jawabnya dan beralih menuju koper dan mengeluarkan segala keperluannya untuk mandi dan berganti pakaian. TBC

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Nur Cahaya Cinta

read
360.4K
bc

Pernikahan Kontrak (TAMAT)

read
3.4M
bc

Dua Cincin CEO

read
231.6K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
53.1K
bc

Istri Kecil Guru Killer

read
157.1K
bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
76.2K
bc

Bastard My Ex Husband

read
383.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook