Pria Penyelamat Hidup

1515 Words
Delapan Tahun berlalu.. “Kenapa tante masih juga bertahan? Bukankah pria itu selalu memukul dan menyakiti, Tante? Kita harus melaporkan hal ini. Biarkan pihak berwajib yang menghukumnya.” Ucap Ayla menatap pipi sang tante yang masih tampak biru keunguan akibat tamparan sang suami beberapa hari yang lalu. Gadis kecil berumur sepuluh tahun. Yang dulunya hitam dan kurus. Tumbuh menjadi sangat cantik di umurnya delapan belas tahun. Sang tante sangat menyayanginya. Namun, berbeda dengan sang suami yang selalu saja menatap Ayla dengan sorot kebencian. “Buat apa melapor ke polisi, Nak. Tidak mungkin laporan kita ditindak lanjuti.” Sahut Tante Yanti menunduk sedih. “Tidak ada salahnya kita mencoba, Tante. Mau sampai kapan Tante diam saat diperlakukan kasar tak berperikemanusiaan seperti ini? Atau, jangan-jangan tante masih sayang pa..” “Rasa itu sudah lama mati, Nak. Tante, bertahan karena ada hal yang harus tante pertahankan.” Sela Tante Yanti tersenyum menyimpan tanda tanya besar dibenak Ayla. “Pelaku KDRT dapat dijerat dengan pasal 44 ayat {1} undang-undang nomor 23 tahun 2004 dengan ancaman hukuman maksimal lima tahun penjara dan denda lima belas juta. Jika kita melaporkan, Paman Mukhlis akan dihukum sesuai dengan apa yang tadi aku katakan.” Jelas Ayla membuat Tante Yanti menatap kagum pada sang ponakan. Ia langsung teringat kepada almarhumah sang Kakak tercinta. Ayla persis sama seperti Ibunya. Pintar dalam pelajaran. Tak heran sang keponakan selalu mendapatkan rangking di sekolahnya. “Tapi.. Tante takut, Ayla. Kamu tau sendiri, Paman Mukhlis orangnya seperti apa. Tante, nggak mau gara-gara laporan itu. Nanti dia malah balik menyakiti kamu juga.” Imbuh Tante Yanti. “Tante, setiap korban kekerasan dalam rumah tangga berhak mendapatkan perlindungan. Sudah waktunya tante bertindak. Bukan hanya diam dan menerima saja kekerasan dan pukulan yang dia berikan.” Saran Ayla. Namun semua wacana itu tak sempat terealisasi. Karena baru saja sore itu Ayla dan sang Tante keluar dari rumah ingin ke Kantor polisi. Paman Muklis datang bersama segerombolan preman dengan tubuh bertato mencegat langkah keduanya. “Mau kemana kalian?!” Bentak Paman Mukhlis membuat Tante Yanti terjengkit kaget. “Ka.. Kami ingin ke depan, Bang.” Jawab tante Yanti gagap. Para preman itu memandang Ayla dengan sorot yang sangat menjijikkan. Sehingga ia buru-buru berlindung di belakang tubuh sang Tante. “Apakah gadis ini yang kau tawarkan pada bos kami?” Tanya salah satu preman kepada Paman Mukhlis sambil menaik turunkan alisnya. “Menurutmu bagaimana? Cantik kan?” Tanya Paman Mukhlis kepada preman itu tersenyum penuh arti. “Sangat cantik, putih mulus.” Balas preman itu menatap Ayla sembari mengusap dagunya tertawa kecil. Ayla dilanda ketakutan. Tangannya tanpa sadar mencengkram lengan sang tante. “Kalian, tarik dan ambil wanita itu dan bawa ke mobil!” Perintah preman botak dan gendut itu. “Baik, Bos!” Serentak para preman itu bergerak dan menarik tubuh Ayla dari belakang punggung Yanti. Sang Tante berontak, menghalangi tangan-tangan jahat itu menyentuh keponakannya. Namun, karena tenaganya kalah kuat. Tubuhnya terdorong jatuh tersungkur di tanah. “Jangan! Kalian tak boleh membawanya!” Yanti segera berdiri dan kembali terdorong oleh para preman itu dan jatuh tepat di depan suaminya. “Tante! Tolong, Ayla nggak mau pergi sama mereka. Tante.. tante.” Ayla terus berteriak meminta pertolongan. Walau tangan dan lututnya terluka dan terasa sakit. Yanti kembali berdiri dan menarik baju sang suami yang saat itu melangkah mengikuti para preman. “Abang, tolong bilang sama mereka. Jangan bawa, Ayla. Kasihan dia, Bang.” Pinta Tante Yanti namun tak digubris oleh sang suami. Tubuh Ayla yang kurus dengan mudahnya diangkat dan dipanggul di bahu salah satu preman. Mereka dengan cepat berjalan dan memasukkan tubuh gadis itu ke dalam mobil. “Abang.. Tolong, Bang.. Bilang sama mereka. Jangan bawa, Ayla.. Aku mohon.” Yanti menggosokkan kedua tangannya memohon. “Ahhh.. Dasar perempuan bodoh. Kau sudah membesarkan dan menyekolahkan dia. Sudah saatnya gadis itu membalas apa yang sudah kita keluarkan buatnya. Kau tunggu di rumah saja. Nanti, akan aku bawakan uang banyak untukmu.” Tukas Mukhlis ketus mendorong tubuh sang istri lalu pergi. Pintu mobil tertutup. Meninggalkan pekarangan rumah di mana Yanti menangis dan jatuh terduduk di atas tanah. Menangisi sang keponakan yang telah di bawa pergi sang suami dan beberapa pria jahat bertato. “Maafkan aku, Kak.. Tidak bisa menjaga anak yang sudah kau titipkan. Seharusnya, sejak dulu aku melaporkan Bang Mukhlis ke polisi. Sehingga kejadian ini tak akan terjadi jika itu kulakukan sedari dulu. Maafkan adikmu yang bodoh ini.” Rintih Yanti menangis dan memukul dadanya. *** Di dalam perjalanan menuju tempat yang akan mereka datangi. Ayla terus berkali-kali memohon meminta dilepaskan. Meronta, menangis, dan berteriak. Namun, hati pria tua itu tak sedikit pun merasa kasihan dengannya. Alih-alih dilepaskan. Paman Mukhlis malah menampar pipi Ayla berkali-kali hingga membengkak dan sudut bibirnya berdarah. Pria tua itu membentak menyuruhnya diam dan menurut. Tak lama kendaraan pun berhenti tepat di depan salah satu club malam yang terkenal di Jakarta. Pintu mobil terbuka dan tubuh Ayla segera diseret ikut masuk ke dalam tempat itu bersama mereka. Bau asap rokok langsung menusuk masuk indera penciuman Ayla sehingga ia reflek batuk. Belum lagi suara musik yang memekakkan telinga. Membuatnya pusing dan tak betah berada di sana. “Paman, aku mohon.. Aku mohon.. Tolong jangan tinggalkan aku di tempat ini.” Ayla terus memohon menarik lengan Mukhlis. Seorang pria datang dan memberikan uang kepada Muklis. Yang langsung membuat pria tua itu tersenyum senang melihat lembaran uang merah ditangannya. “Paman Mukhlis.. Aku mohon.” Mukhlis hanya tersenyum dan perlahan mengusap wajah Ayla. “Anak perawan kayak kau nih. Sudahlah cantik, putih. Banyak pria berkantong tebal rela membayar mahal untuk membeli tubuhmu di sini. Puaskan mereka dan kau pasti mendapatkan uang yang banyak.” Ujar Mukhlis tertawa. Tak lama ia berdiri dan bergerak ingin pergi. Ayla kembali berteriak. Namun pria yang dia panggil paman itu sama sekali tak menoleh melihat ke arahnya. Tiba-tiba pria kekar yang tadi memberi uang kepada Mukhlis. Menarik dan menyeret tubuh Ayla dan memberikan kepada dua pria yang sudah membayarnya. Gadis itu lalu di panggul di bawa menuju ke sebuah ruangan di lantai atas. “Akhh.. Lepas! Lepaskan, aku!” Teriak Ayla berkali-kali namun suara gadis itu kalah dengan musik yang berdetak kencang terdengar di tempat itu. Berkali-kali ia berteriak dan menendang ingin melepaskan diri. Namun tenaganya kalah oleh para pria bertubuh besar di kiri dan kanannya. Mereka masuk di salah satu ruangan. Tubuh Ayla langsung dilempar ke atas kasur. Pakaiannya di tarik dan dirobek. Sehingga memperlihatkan tubuhnya yang putih dan mulus. “Jangan.. Jangan mendekat.” Pintanya. Namun, para pria itu tak mendengarnya. Mereka terus saja menyentuh dan menikmati usapan tangan di tubuh gadis di hadapan mereka. “Jangan.. Jangan.” Saat tangan-tangan menjijikkan itu ingin merobek pakaian yang tersisa di tubuh Ayla. Pintu ruangan itu di dobrak oleh seorang laki-laki yang tampak berdiri menjulang di depan pintu. “Hei, siapa kau?! Main nyelong masuk aja. Kalau inginkan gadis ini. Tunggu giliran.” Ketus salah satu pria yang merobek pakaian Ayla tadi. “Benar, tunggu kami selesai.” Tambah pria satunya lagi yang sudah tak memakai baju. Laki-laki yang mendobrak pintu itu hanya tersenyum dan menatap tajam kedua pria lainnya. “Gadis itu,” Ucap laki-laki itu, “ Milikku!” Lanjutnya sembari menunjuk Ayla yang ada di hadapan dua pria yang sudah tak memakai baju. “Ahhh.. Gadis ini adalah milik kami. Kami sudah membeli dia.” Tukas pria di hadapan Ayla. “Benar, kami sudah membelinya dengan harga yang cukup mahal. Kalau kamu juga menginginkannya. Sabarlah hingga kami selesai memakainya.” Sela pria satunya lagi. Laki-laki yang mendobrak pintu tadi tertawa sinis sembari menarik nafas panjang dan menghelanya kasar. “Bagaimana jika aku tak bisa sabar?” Ucapnya mencebik. “Kalau kau tak bisa sabar, yah kami terpaksa main kekerasan.” Baru juga selesai pria tak memakai baju itu berbicara. Temannya yang satu lagi sudah melayangkan serangan bogem mentahnya ke arah laki-laki yang mendobrak pintu tadi. Dengan luwesnya sang laki-laki menghindar lalu dengan cepat menarik tangan pria itu dengan kencang dan menyikut kuat tepat di belakangnya. Membuat ia jatuh mengaduh kesakitan. Temannya dipukul, pria satunya lagi maju ingin melawan. Namun nahas, gerakan nya langsung terbaca orang laki-laki yang mendobrak pintu tadi. Dengan gerakan cepat, laki-laki itu melayangkan bogeman kuat dan kencang kea rah wajah pria tak berbaju itu. Seketika hidungnya mengeluarkan darah segar. Ia jatuh terduduk merintih kesakitan akibat tulang hidungnya yang patah. “Sial!” Umpatnya. Laki-laki yang mendobrak pintu itu mencebik dan perlahan membersihkan kotoran yang ada di lengan bajunya. “Aku kan sudah bilang. Gadis itu, milikku.” Ucap pria itu. Lalu melangkah, berjalan cepat di mana Ayla terduduk, menunduk malu dan memeluk tubuhnya yang hanya mengenakan pakaian dalam. Laki-laki itu mengambil seprai kasur dan menutupi tubuh gadis di hadapannya. “Berdiri dan ikut denganku!” Titah laki-laki itu menatap Ayla dengan sorot mata tajam. Dengan tubuh gemetar, Ayla mendongak memberanikan diri melihat laki-laki yang ada di hadapannya. Perlahan ia mengusap air mata yang membuat penglihatannya kabur. “Apalagi yang kau tunggu?! Kau hanya punya dua pilihan. Tinggal dan melayani banyak pria yang ada di tempat ini. Atau, ikut denganku sekarang juga!” Tegas laki-laki itu dengan sorot mata yang tajam dan gelap.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD