bc

Teman Tapi Bucin (End)

book_age18+
214
FOLLOW
1.8K
READ
family
HE
bxg
mystery
witty
highschool
like
intro-logo
Blurb

"Cewek itu harus di koleksi, trus di seleksi, baru deh eliminasi!"

'Rakha'

"Biar kata bulan di langit belah jadi dua, kagak bakal gue sama Rakha. Playboy cap kadal gitu!"

'Ica'

***

Orang bilang tidak ada persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan. Yah, memang tidak selalu terjadi. Hanya saja sangat pas jika di sandingkan untuk persahabatan Rakha dan Ica. Sayangnya, perasaan itu disadari saat masing-masing sudah memiliki pasangan.

chap-preview
Free preview
TTB 1. Pangeran Kodok
Petrikor menguar arbitrer di sepanjang lintasan lari yang di lalui Marisa Nariya Rais, Ica. Menandakan jejak hujan semalam yang genangan airnya menciprat tak beraturan karena pijakannya. Hawa dingin juga masih terasa menyelimuti pagi dengan sisa-sisa embun yang menempel di daun dan rumput. Meski begitu, tidak menyurutkan niatnya untuk menebar pesona di tengah barisan siswa kelas XII yang menunggu giliran ujian praktek olahraga di sekitar lintasan lari. Rambut panjangnya yang bergelombang di ikat tinggi. Ikut bergoyang mengikuti liuk tubuh Ica yang sengaja dia buat-buat dengan gerakan yang kira-kira bisa membuat lelaki terpesona, seperti di iklan-iklan shampo. Ica menoleh-nolehkan kepala ke kiri ke kanan disertai senyum dua jari dari bibir yang sudah dia olesi lip tint cherry. ''Syeehh' Rambut Ica mengibas udara, sudah berasa paling syantik se-SMA Taruna Jaya dia. SMA swasta terbesar dan terluas di kota kecil Sampit, dengan daya tampung siswa hampir ribuan. Di pinggir lintasan ada Karin yang melambai-lambai tangan heboh memberi semangat untuk sahabat partner in crime-nya dalam urusan berburu lelaki. "Semangat Caa! Uraa uraa uraa!" Ica membalas dengan membolak-balik tangan elegan meniru gaya miss universitas yang di umumkan sebagai pemenang. Dia tidak peduli jika di nilai lambat. Padahal penilaian lari maraton ini melihat berapa lama waktu dia berlari. Semakin cepat sampai garis finish semakin tinggi nilai yang diperoleh. Yang Ica pikir tebar jaring pesona dulu. Targetnya bukan nilai melainkan punya pacar sebelum lulus SMA. Sedangkan di ujung sana, di dekat garis finish, berdiri dengan gagah the most wanted and popular boy di SMA Taruna Jaya si kapten basket incaran Ica, Daniel. Cowok tinggi, putih, tajir, cool, dan sudah pasti guanteng seantero sekolah itu nampak menyugar rambutnya yang sedikit panjang ke belakang, seperti gerakan slow motion di film The Matrix yang semakin membuat Ica terkesima. Saking terpana nya, Ica tanpa sadar menganga hampir ngiler dengan mata berbinar menatap tak berkedip sang idola. Seperti terhipnotis, menurunkan radar waspadanya terhadap bahaya di sekitar yang menanti. Lalu... 'Plakk' Gerakan Ica tiba-tiba terhenti. Ngerem mendadak pakai rem cakram super. Dia seperti aliran gardu listrik yang tiba-tiba terputus sehingga tiba-tiba mati semua daya sensorik dan motoriknya. Tak jauh dari tempatnya berdiri, seorang cowok jangkung nyengir kuda tanpa dosa sambil menggaruk tengkuknya yang pasti tidak gatal, Rakha. Cowok tengil si playboy cap kadal. Pemain voli andalan di SMA Taruna Jaya. Hanya saja dia tidak se-famous Daniel. "Sorry Ca, kodoknya lompat ke elo," katanya dengan smirk jahiliyah. 'Kroowkok' Bunyi hewan yang bertengger santuy di bahu Ica, membuat kepala Ica pelan menoleh. 'Adegan slow motion lagi.' Mata Ica bersitatap langsung dengan mata belo hewan amfibi yang paling menjijikan sedunia versi Ica. 'Satu' 'Dua' 'Tiga' "Aaaaaaaaaa!!!" teriak Ica histeris, melengking, sampai sariosa. Refleks Ica teriak-teriak, kejang-kejang, jingkrak-jingkrak, jungkir balik, guling-guling di tanah. Terakhir Ica sampai melakukan gerakan pargoy saking jijiknya. Mengira hewan itu masuk ke dalam pakaian olahraganya. "Kodok gila!" "Rakha bego!" "Awas lo ya!" "Ihhhh geli! Monyet! Babi! Anjing !Biawak! ihhhh!" Dan... segala macam isi kebun binatang Ica absen dengan heboh sambil menepuk-nepuk tubuh dengan tangan secara brutal. "Ca, pangeran kodoknya mau berubah itu, jangan di injek!" kata Rakha panik kasian melihat hewan kecil itu, namun Ica tetap ngamuk. "Ihhhhh jijik!" teriak Ica. Hingga Ica mendadak diam lagi saat kakinya yang setengah keseleo karena gerakan aerobik brutal tadi terperosok ke dalam parit kecil dekat lintasan lari. 'Satu' 'Dua' 'Tiga' 'Hwahahaaaa...' Riuh tawa membaha di sepanjang lapangan basah tempat ujian praktek berlangsung. Dari kelas XII IPS 1 sampai XII IPA 10 yang ikut ujian hari itu, paduan suara ngetawain Ica. Bahkan Pak Hendra sang guru olahraga sampai menghapus jejak air di sudut matanya karena tak kuat menahan tawa melihat tingkah absurd sang murid. 'Elah, ni guru atu kagak peka bener, bukannya nolongin malah ikut ngetawain.' Pupus sudah harapan ngegaet the most wanted and popular boy se-SMA Taruna Jaya. Bukannya terpesona malah bikin tambah ill feel. Namun dari semua tawa yang membahana, tawa yang paling kencang dan kelihatan bahagia banget adalah dari cowok tinggi, bisa di bilang ganteng, berkulit sedikit coklat yang tadi katanya 'tak sengaja' melempar kodok ke Ica, Rakha. Dia sampai megang-megang perut, entah nahan ketawa apa kentut. Rakha Raditya. Cowok tengil yang sejak orok sudah Ica kenal betul. Segala keburukan Rakha dari ubun-ubun sampai ujung jempol kaki Ica sudah hafali. Bahkan saat sunat dulu pun Ica yang ikut masuk menenangkan Rakha yang mencak-mencak dengan mantri sunat. Begitu juga Rakha. Segala hal tentang Ica dia khatam betul. Kejelekan dari ujung rambut sampai usus buntu Ica dia tahu detailnya. Dan parahnya mereka tetangga, persis bersebelahan. Hampir tiap hari bertemu, tiap hari juga adu mulut bahkan jotos. Orang tua mereka saja sudah bingung mau mendamaikan dengan cara apa jika keduanya sudah bertengkar. Padahal saat hamil kedua ibu mereka selalu nempel dan saling menguatkan satu sama lain. Hingga akhirnya Rakha lahir lebih dahulu tujuh bulan dari pada Ica. Makan dari mangkok bubur yang sama, bahkan mandi dari bak yang sama. Dari TK, SD, SMP bahkan sekarang di penghujung SMA mereka selalu bersama. Aneh memang jika mereka seperti Tom and Jerry pada saat dewasanya. Semoga saja kuliah nanti mereka bisa sedikit berjarak harap Ica. 'Hah pusing emang!' Sekarang pilihan Ica hanya dua. Mencincang Rakha kecil-kecil pakai mesin potong rumput, terus di jepitin batu gunung, masukin karung, jadiin samsak, lalu di lempar buat empan mentok. Atau... Pura-pura pingsan untuk mengais rasa iba para penonton sirkus adegan orang gila ngamuk tadi. Keduanya pilihan sulit untuk sekarang. Tapi Ica akan membalas segera. Dan... untuk hari ini Ica terpaksa memilih yang kedua.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
4.8K
bc

CINTA ARJUNA

read
14.0K
bc

Istri Tuan Mafia

read
17.5K
bc

Tergoda Rayuan Mantan

read
24.8K
bc

Pembalasan Istri Tersakiti

read
8.6K
bc

Ayah Sahabatku

read
26.1K
bc

Dipaksa Menikahi Gadis Kecil

read
22.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook