Failure ~ 2

2429 Words
Dokter Ratna baru saja menerima s****a terpilih milik Gustaf Ardiansyah dari laboratorium. s****a itu yang akan di inseminasi ke dalam rahim istrinya. Dokter Ratna menghubungi perawat yang bernama Karin untuk membawa pasien inseminasi ke ruangannya. Sesungguhnya, proses inseminasi yang akan dilakukannya sesaat lagi bukanlah tanggung jawabnya. Ia hanya melakukan tugas itu menggantikan dokter Danu yang tidak bisa masuk karena sedang sakit. Suster Karin yang sedang membantu operasi dokter lain, meminta tolong rekannya untuk membawa pasien yang bernama Cristal menuju ke ruangan Dokter Ratna. Karin sama sekali tidak menyadari bahwa rekannya itu telah salah mendengar nama sang pasien. Bukan nama Cristal yang rekannya dengar, tapi Crista. Maka terjadilah kesalahan pemberian inseminasi buatan dari yang seharusnya. Suster Karin yang baru saja keluar dari ruang operasi terkejut saat ada seorang gadis yang mendekatinya dengan panik. "Suster...! Suster ...!" panggil gadis itu. "Iya, mbak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Karin. "Suster, teman saya yang dirawat di sini tidak ada di kamarnya, sus." kata gadis itu yang tidak lain adalah Raya. "Teman mbak di rawat di mana?" "Di ruangan kelas 1, sus." "Nama teman mbak siapa? Biar saya cari di bagian informasi." "Crista, sus." Hm? Cristal? Ah, Pasien dengan jadwal inseminasi. "Oh, mbak Cristal. Mbak Cristal sedang menjalani proses inseminasi di ruangan dokter Ratna, mbak." kata Karin yang membuat Raya bingung. "Inseminasi?" "Iya, mbak." "Suster jangan becanda ya, sus. Teman saya itu umurnya baru 18 tahun seperti saya. Kami baru saja lulus SMA hari ini." "Nama teman mbak, Cristal kan? Mbak Cristal memang punya jadwal inseminasi sore ini, mbak." "Suster! Nama teman saya Crista. Bukan Cristal!!" sengat Raya emosi. Suaranya menggema di lorong ruang IGD. Membuat orang-orang yang ada di sana melihat ke arahnya. Mendengar kata-kata Raya, Karin terlihat panik. Ia segera menghubungi rekannya yang ia mintai pertolongan tadi. Dan matanya membulat sempurna saat rekannya mengatakan bahwa ia telah membawa pasien Crista ke ruangan dokter Ratna. Karin bergegas menuju ke ruangannya pasien Cristal yang asli. Ia berharap bahwa tidak ada kesalahan. Ia berharap bahwa ia telah salah dengar. Karin berhenti di sebuah bangsal kelas 1. Ada nama Cristal di depan pintu kamar itu. Raya rupanya telah mengikutinya. Kini gadis itu berdiri di dekatnya dengan napas terengah-engah. "Permisi ...!" Karin mengetuk pintu dan membukanya. Ada di sana seorang wanita cantik yang sedang duduk di atas tempat tidur. Ada pula seorang laki-laki yang sedang membaca majalah sedang duduk di sofa. "Suster? Kapan proses inseminasi ku dilakukan, sus? Aku sudah menunggu dari tadi." kata wanita yang duduk di tempat tidur sambil berdiri. Harapan Karin hancur sudah. "Ya Allah ...!" Karin memekik sambil menutupi mulutnya dengan kedua tangan. "Apa-apaan ini, suster?" tanya Raya yang berdiri di belakangnya. Karin menatap gadis itu penuh sesal. "Sepertinya ada kesalahan, mbak." jawab Karin "Maksudnya?" tanya Raya. Karin tak berani menjawab. "Jangan bilang kalau ...?" gadis itu mencoba menebak. Dan Karin terpaksa mengangguk. Membuat gadis itu juga menutupi mulutnya dengan kedua tangannya. Dua orang yang ada di dalam ruangan itu pun jadi ikut kebingungan. "Bawa aku ke ruangan itu, suster. Hentikan sebelum terlambat!" pinta Raya. Karin mengangguk. Ia dan Raya bergegas meninggalkan kamar itu. Melihat keanehan yang terjadi di hadapannya, laki-laki itu merasa harus mengikuti. Setelah meminta sang wanita tetap di kamar, laki-laki itu yang tak lain adalah Gustaf Ardiansyah, segera mengikuti perawat dan gadis tadi. Tepat di sebuah ruangan, Karin dan gadis itu berhenti. Saat Karin hendak mengetuk pintu, pintu ruangan itu terbuka. Seorang dokter wanita keluar dari sana. Melihat hal itu, jantung Karin berdebar sangat keras. Mereka sudah terlambat. Proses inseminasi buatan telah selesai dilakukan. Laki-laki itu mengenali sang dokter. Ia segera mendekati dokter itu. "Dokter Ratna ...!" "Oh, Pak Gustaf. Kebetulan anda ada di sini." kata dokter Ratna. Karin menoleh, dan melihat Gustaf sudah berdiri di dekatnya. "Oh ...! Ada apa ya, dok?" tanya Gustaf. "Proses inseminasi buatan sudah selesai dan berhasil. Anda tinggal menunggu hasilnya sekitar dua minggu." jawab dokter Ratna. Gustaf dan Raya terbelalak. Sementara Karin hanya bisa menunduk dengan tangan kanan memegangi lengan kirinya. "Ma-maksud dokter?" tanya Gustaf saat beberapa perawat mendorong tempat tidur keluar dari ruangan di belakang dokter Ratna. "Crista ...!" panggil Raya saat melihat sahabatnya, Crista, tak sadarkan diri di atas ranjang. "Dokter ...!" panggil Karin. "Ada apa, suster Karin?" tanya Dokter Ratna. "Ada kesalahan, dokter." jawab Karin. "Kesalahan apa, suster?" tanya Dokter Ratna tak mengerti. "Dokter ...! Anda bilang anda sudah melakukan proses inseminasi? " tanya Gustaf. Dokter Ratna mengangguk. "Pada siapa, dok?" tanya Gustaf lagi. "Tentu saja pada gadis ini." jawab sang dokter. Raya menangis mendengar jawaban dokter itu. Sementara Gustaf tiba-tiba merasa jantungnya melesak. Rasanya sakit. "Apa-apaan ini? Kenapa kalian bisa melakukan kesalahan seperti ini? Sebelum melakukan perawatan, apa kalian tidak mengecek dulu rekam medis pasien? Kenapa kalian bisa teledor seperti ini? Ini rumah sakit besar dan terkenal, tapi kalian bahkan tidak bisa mengenali pasien kalian. Crista di bawa ke rumah sakit ini hanya untuk mengobati luka di kakinya. Tapi apa yang dia dapatkan dari kalian? Ya Allah ...! Mimpi Crista masih panjang. Kami bahkan baru saja lulus SMA hari ini, dan sekarang? Kalian justru menanam benih dalam rahim seorang gadis yang tidak tahu apa-apa. Apa yang akan kalian lakukan pada masa depan Crista? Apa???" sengat Raya sambil menangis. "Dokter Ratna ...! Kita telah melakukan kesalahan besar." kata Karin yang membuat dokter Ratna dan beberapa perawat lain terhenyak. "Apa maksudnya ini?" tanya dokter Ratna. Karin menjelaskan apa yang terjadi pada sang dokter. "Apa yang sudah kalian lakukan??" tanya Dokter Ratna. "Bagaimana bisa kalian melakukan keteledoran seperti ini? Saya hanya menggantikan tugas dokter Danu yang sedang sakit untuk melakukan inseminasi hari ini. Kalian perawat yang bertugas bersama dokter Danu bagaimana mungkin kalian bisa tidak mengenali wajah sang pasien? Ya Allah ...! Apa yang kita lakukan ini sebuah tindakan kriminal. Apa kalian mengerti itu?" Karin dan beberapa perawat lain hanya bisa menundukkan kepala atas penyesalan mereka. "Dokter ...!" panggil Raya. Dokter Ratna menoleh dan menatap Raya. "Apa yang akan terjadi pada benih yang ada di rahim Crista, Dok? Sekitar seminggu atau dua minggu yang lalu, dia sudah haid." "Jika seperti itu, berarti ini adalah masa suburnya pasien. Tingkat keberhasilan kehamilan jadi meningkat hingga 25%." "Apa maksudnya itu?" tanya sebuah suara. Raya, Gustaf, dokter Ratna, Karin dan beberapa perawat yang ada seketika menoleh. Crista telah sadar dan mendengar percakapan barusan. "Mengapa tidak diteruskan?" tanya Crista pelan. "T-ta ...? Kamu sudah sadar?" tanya Raya. Crista menatap Raya. Ia tersenyum dan mengangguk. "Maaf aku sudah membuatmu khawatir, Ya." kata Crista pelan. Raya menggeleng. Tatapan Crista kembali pada dokter Ratna. "Jelaskan apa yang tadi anda bicarakan, dokter!" pinta Crista. Dokter Ratna menatap Gustaf meminta persetujuan. Gustaf mengangguk sebagai jawaban. "Akan saya jelaskan setelah anda kembali ke kamar anda. Anda masih harus beristirahat." jawab dokter Ratna. Crista mengangguk. Beberapa perawat mendorong tempat tidur Crista kembali ke kamarnya. Di depan kamar inap Crista, Hasna dan Herman sudah menunggu. ••• Hasna dan Herman tak bisa berkata-kata saat dokter Ratna menjelaskan apa yang terjadi pada Crista. Sementara Crista, dia hanya diam saja. Hanya air matanya yang meleleh perlahan di kedua pipinya yang mampu menjelaskan perasaannya. "Jadi, maksud dokter anak saya akan segera hamil?" tanya Hasna tak percaya. Dokter Ratna mengangguk. "Berapa kemungkinan keberhasilannya, dok?" tanya tanya Herman "Jika memang Putri ibu dan bapak sedang dalam masa suburnya, kemungkinan berhasil menjadi naik hingga 25%. Keberhasilan kehamilan melalui proses inseminasi buatan memang tinggi, bu. Apalagi s****a yang dipilih adalah s****a yang sangat baik dan sangat sehat." "Ya Allah ...! Kenapa hal seperti ini terjadi pada putriku?" desis Hasna dengan mata berkaca-kaca. "Putriku gadis yang baik. Selalu menjaga kehormatannya, menjaga kehormatan ayah dan ibunya. Ya Allah ...." "Rumah sakit macam apa ini? Bagaimana mungkin kesalahan seperti ini bisa terjadi?" sengat Herman tidak terima. Bagi Herman, Crista sudah seperti anak kandungnya sendiri. Melihat Crista mengalami hal seperti ini, tentu saja membuatnya hatinya sangat marah. Ia tidak terima. "Mohon maaf atas kelalaian kami." kata Karin mewakili rekan perawat yang lain. "Apa kalian pikir dengan kata maaf masalah akan selesai?" tanya Herman emosi. "Kalian sudah menghancurkan masa depan Crista. Kalian menghancurkan mimpinya, dan kalian hanya bisa minta maaf??" "Kami sungguh-sungguh menyesal. Maafkan kami." "Sudah, Om Herman." kata Crista tanpa menatap wajah ayah sahabatnya itu. "Semua sudah terjadi, Om. Tidak ada gunanya." kata Crista dengan tatapan kosong. Membuat Hasna dan Raya menangisinya. "Crista ...." desis Herman. Raya, Hasna dan Herman menatap Crista cemas. Tatapan mata Crista kosong. Wajah yang ditunjukkan olehnya seakan-akan tak memiliki jiwa. Tak ada ekspresi. Sedih, marah, kecewa, bingung, tak ada satu pun. Air mata yang tadi membasahi wajahnya pun telah kering. Dokter Ratna, Karin dan para perawat yang ada, terutama Gustaf, mereka semua merasa sangat bersalah. Melihat Crista menjadi seperti itu, mereka semua syok. "Pergi! Semuanya keluar!" seru Herman sambil mendorong tubuh dokter Ratna, Karin dan perawat yang lain hingga keluar dari pintu. "Aku akan bertanggung jawab, Tante." kata Gustaf. Hasna menatap Gustaf dengan mata yang basah. "Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Hasna sambil mendekati Gustaf. "Benih yang ada dalam rahim Crista berasal dariku, Tante. Aku akan bertanggung jawab." "Apa yang akan kamu lakukan? Apa??" tanya Hasna lagi. "Aku akan menikahi Crista ...." PLAK!! Kata-kata Gustaf terhenti karena Raya menampar pipi laki-laki itu. "Jangan mengatakan hal itu dengan mudah! Kamu pikir Crista apa? Kamu ingin menikahinya sementara kamu sudah punya istri. Aku tidak rela Crista dijadikan istri kedua olehmu!" sengat Raya. "Aku belum punya istri. Aku belum menikah." "Apa?? Kamu pikir aku bodoh, huh? Lantas siapa wanita yang berada di kamar itu? Wanita yang sebenarnya ingin kamu berikan benih itu. Gara gara dia, Crista jadi begini!" Gustaf bingung ingin menjawab bagaimana. Ia telah membohongi pihak rumah sakit mengenai status Anne. "Dia .... Dia sebenarnya istri kakakku." jawab Gustaf akhirnya jujur. Mendengar jawaban Gustaf, dengan tiba-tiba Herman mencengkeram baju laki-laki itu dengan kencang. "Dasar laki-laki b*j*ngan! Kamu ingin menanam benih di rahim kakak iparmu sendiri? Laki-laki bi*dab kamu!! Kamu tega mengkhianati kakakmu sendiri!" "Aku .... Aku tidak bermaksud ...." Herman melepaskan cengkramannya pada baju Gustaf dengan kasar. Ia berdecak keras. "Semua gara-gara kamu. Mimpi Crista hancur gara-gara kamu. Kembalikan masa depan Crista! Kembalikan!!! Mengapa harus Crista yang mendapat hukuman atas kesalahan yang sudah kamu lakukan???" Raya menangis sambil memukuli d**a Gustaf. Gustaf hanya bisa pasrah menerima amarah Raya. "Mengapa kamu melakukan hal itu?" tanya Hasna pelan. Raya menjauhi Gustaf dan memeluk Crista yang masih diam saja tanpa ekspresi. Tatapan matanya masih kosong. "Kakakku, Gerald, dinyatakan mandul oleh dokter. Namun, istri kakakku, Anne, tidak berani mengatakannya pada suaminya. Karena itu, dia meminta benih dariku yang memiliki golongan darah yang sama dengan kakakku. Demi kakakku, aku menyetujui permintaan itu. Aku setuju melakukan inseminasi buatan di rumah sakit ini. Aku sama sekali tidak menyangka, memasukkan Anne menggunakan nama Cristal justru membuat masalahnya jadi seperti ini." "Sejak awal kamu memang sudah salah. Apa yang kamu lakukan itu salah. Kamu hendak membohongi kakakmu sendiri. Kamu tidak pernah memikirkan bagaiman perasaan kakakmu seandainya suatu saat dia tahu yang sebenarnya. Lebih baik kamu jujur, katakan yang sebenarnya dari sekarang, dari pada membuat kakakmu hancur dikemudian hari. Saat dia tahu bahwa kamu membohonginya, dia tidak hanya sekedar hancur saja." nasehat Herman. "Iya. Aku mengerti. Aku sangat mengerti konsekuensi itu. Tapi setelah semuanya menjadi seperti ini, ijinkan aku bertanggung jawab atas perbuatanku. Saat benih itu berhasil tumbuh dalam rahim Crista, aku adalah ayah kandungnya. Aku mohon..." Hasna menatap Gustaf yang membungkuk di hadapannya. Ia mendesah. "Sepertinya ini memang sudah jalan Allah untuk Crista, mbak Hasna." kata Herman. "Bagaimana aku akan mengatakan hal ini pada ayah Crista, mas Herman? Dua hari lagi ayahnya pulang dari Semarang." tanya Hasna bingung. "Kita akan berbicara dengan mas Aashim, mbak." jawab Herman. Tak ada yang bersuara di kamar itu. Yang terdengar hanya suara adzan yang menggema dari mushola rumah sakit. "Biar saya yang berbicara dengan suami tante." kata Gustaf menyela. Hasna mendesah. "Kita bicarakan nanti lagi. Waktu maghrib sudah tiba." kata Hasna. "Crista, Sayang. Ibu, Raya dan Om herman shalat maghrib dulu ya." kata Hasna. Crista mengangguk pelan. "Kamu tidak ke mushola?" tanya Herman. "Saya shalat di sini saja. Saya ingin mencoba berbicara dengan Crista setelah shalat maghrib." jawab Gustaf. Herman mengangguk lalu meninggalkan kamar Crista bersama Hasna dan Raya. Sementara itu, Gustaf mengambil air wudhu dan sebuah sajadah yang disediakan oleh rumah sakit di tiap kamar pasien. ••• Sejak mengetahui kenyataan bahwa dirinya akan segera hamil, Crista tak bisa berkata apa-apa. Pikirannya kosong. Dia bahkan tidak tahu bagaimana perasaannya sendiri saat ini. Dia ingin berteriak dan menangis kencang. Tapi entah mengapa, dia tidak bisa melakukannya. Tidak ada rasa apapun dalam hatinya saat ini. Sebuah gerakan di samping Crista membuatnya menoleh. Terlihat di sana seorang laki-laki sedang melaksanakan shalat dengan khusuk. Melihat itu, tiba-tiba perasaan sedih merasuk dalam hatinya. Membuat matanya seketika menjadi basah, air mata mulai mengalir di pipinya. Rasa sedih itu kini terasa sangat nyata. Begitu pedih dan sakit di dadanya. Saat menyadari apa yang terjadi, isak tangis Crista mulai terdengar. Gadis itu menangis tersedu-sedu hingga bahunya berguncang. Gustaf yang baru saja selesai melaksanakan shalat maghrib bergegas mendekati Crista yang menangis. Hatinya serasa diremas-remas melihat gadis itu menangis sampai seperti itu. "Crista ...!" "Mengapa hal seperti ini harus terjadi padaku?" tanya Crista di sela-sela tangisannya. "Aku .... Aku baru lulus SMA, aku masih ingin kuliah. Aku masih ingin belajar dan mengejar cita-cita. Aku ingin membahagiakan orang tuaku. Menjadi orang yang sukses, mengangkat derajat keluargaku." "Katakan ...! Apa yang akan terjadi padaku selanjutnya? Apa yang akan orang katakan tentang aku jika mereka mengetahui keadaanku?" "Tidak akan ada yang mengatakan apapun, Crista. Aku akan bertanggung jawab atas anak kita." jawab Gustaf yang membuat Crista menatapnya dengan tajam. Crista memukuli d**a Gustaf berulang-ulang. "Ini gara-gara kamu! Kamu yang membuatku jadi begini. Kembalikan! Kembalikan masa depanku. Kembalikan!!!" sengat Crista sambil menangis dan terus memukuli d**a Gustaf. Gustaf menangkap kedua tangan Crista yang terus memukuli dadanya. Ia memegangi kedua tangan gadis itu lalu memeluknya dengan erat. "Maafkan aku ...." bisik Gustaf lirih di telinga Crista. Matanya terpejam, hatinya pedih karena tangisan gadis cantik yang ada dalam dekapannya itu. "Kenapa kamu harus mengambil nama yang mirip denganku untuk perempuan itu? Kenapa kamu harus memakai nama itu? Kenapa kamu harus melakukan perbuatan nekat seperti ini? Apa salahku? Kenapa kamu harus merusak hidupku? Kenapa??" tanya Crista sambil terisak dalam dekapan Gustaf. Gustaf tak bisa berkata-kata. Ia tak mampu menjawab pertanyaan gadis itu. Yang bisa ia lakukan hanyalah memeluk erat tubuh Crista, membiarkan gadis itu menangis dalam dadanya. @@@ Tbc. Huff... Semakin rumit saja. Hei... Sepertinya tidak ada yang ingat pada Anne ya? Sepertinya aku pun melupakan dia. ≧▽≦y Semoga bab ini bisa diterima oleh readers sekalian. Mohon maaf bila masih banyak kesalahan dalam penulisan cerita ini ya (^_^) .: 19 Mei 2020 :.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD