Terlambat

1022 Words
Berada di planetarium bersamamu pasti akan menyenangkan. Kita punya kegemaran yang sama, yaitu selalu melihat 2 benda langit yang indah. Sepertinya kita juga bisa diibaratkan sebagai keduanya, aku bintang dan kau bulannya.  Menyenangkan bukan? Kau tau, bulan tidak bisa bersinar tanpa cahaya bintang. Bintang dan bulan juga saling melengkapi. Kau juga tau, langit kosong tanpa bulan itu hampa. Langit kosong tanpa bintang tentu saja itu sunyi.  Coba sesekali lihat keluar jendela kamarmu, jika sesekali kau melihat dua benda langit itu bersama berdampingan, itu salah satu anugrah terindah. Ayolah kita buat sebuah mimpi agar kita berdua bisa berada di layaknya planetarium indah. Planetarium yang nyata sebelumnya sudah pernah kita rasakan, berada dibawah sinar bulan dengan ribuan pesona bintang. Kita seperti dua orang yang sangat bahagia malam itu. Menikmati malam, dengan ditemani kedua primadona langit malam. Itu benar benar menyenangkan. Bisakah kita mengulanginya lagi bersama? Aku ingin mengulanginya lagi, bersamamu dibawah indahnya hamparan langit penuh bintang, itu kebahagiannya yang nyata bagiku, shivviness.  Shivviness sudah menjadi prinsip hidupku yang pelik, bahagia itu sederhana begitulah arti kata-kata kuno itu secara mendalam.  Nama gadis itu adalah Thalia Danita, berparas cantik, imut dan juga baby face. Wajah gadis itu benar-benar menggemaskan.  Gadis introvert yang tidak terlalu bandel, namun untuk hal terdesak, apapun ia lakukan. Thalia adalah seorang astrophilia ketertarikannya pada bintang-bintang membuat gadis itu puny banyak mimpi. Salah satu impiannya adalah pergi ataupun punya suatu tempat seperti planetarium.  Cinta pertama Thalia sudah meninggalkannya sejak Thalia masih sangat belia. Jadi, mimpi-mimpi gadis itu masih belum bisa ia wujudkan.  Semalam Thalia menghabiskan waktunya untuk begadang menantikan fase bulan kesukaannya, supermoon yang paling ia sukai dari bulan-bulan yang lain. Ia berjam-jam meratapi langit penuh bintang itu dengan bulan yang bersinar sangat terang. Sesekali Thalia mengabadikan foto bulan itu menggunakan ponselnya.  Foto-foto itu ia unggah di sosial medianya untuk sekedar menyimpan agar tidak terhapus dari ponselnya.  Sang Ibu sudah beberapa kali memperingati Thalia untuk tidur karena hari sudah terlalu larut malam, bisa-bisa gadis itu kesiangan. Namun Thalia tetap saja masih ingin menikmati pemandangan indah malam itu. "Siapa yang akan menemaniku melihat keindahanmu ini bulan?" Ucapnya dalam hati. "Sepertinya aku tidak memiliki teman yang spesial bintang, kalian jadi temanku ya" Thalia mengoceh sendirian malam itu. Karena sudah mulai merasa sedikit mengantuk, Thalia menutup jendelanya dan beralih ke tempat tidurnya. Gadis itu mematikan lampu tidurnya untuk melihat stiker bintang dan bulan glow in the dark yang ia tempel di dinding dan plafon kamarnya.  Seketika kamar menjadi gelap dan hanya menampilkan cahaya neon dari stiker-stiker yang ia tempelkan. Pikiran Thalia melamun jauh malam itu, ia memikirkan tentang planetarium impiannya yang sangat-sangat ia dambakan. Untuk menambah suasana ngantuk menjadi menengkan, Thalia menghidupkan musik pengantar tidur dari ponselnya. Dan benar saja, belum 15 menit gadis itu sudah tertidur pulas.  Pagi itu cahaya mentari mulai tampak di celah fentilasi jendela kamar gadis itu. Thalia hampir tergerak untuk bangun, tetapi rasa malas lebih kuat dari tekadnya untuk bangun, hingga akhirnya matanya kembali terlelap dan ia kembali hanyut dalam mimpinya semalam. "Hallo bintang ku apa kau sudah bangun? Ayolah bangun,mentari marah pada mu, sekarang saatnya mentari yang bersinar,ayolah bangun" Terdengar suara dalam mimpi membuat Thalia akhirnya tersadar dan bangun, ternyata sudah pukul 07.00 dan ia belum bersiap siap untuk pergi sekolah. "Buu Thalia kesiangannn, kenapa gak bangunin Thalia buu" teriak Thalia "Udah daritadi ibu bangunin, dasar kamunya aja yang malas anak manis" goda ibu. "Cepat kamu mandi terus siap-siap, udah jam berapa ini" sambung Ibu "Iyaa bu, tapi gimana ini nanti kalo Thalia sampe beneran telat buu" rengek gadis itu. "Yaa buruan mandi Liaaa, ngoceh mulu kamu sih. Kalo orang bangunin tu ya bangun. Jangan molor lagi" omel Ibunya. "Iya deh bu iyaaa, buatin Thalia sarapan dulu yaa bu, Thalia bawa bekal aja" ucap Thalia. Thalia masih kesal dengan kejadian senin pagi yang sangat-sangati kesiangan. "Sial!" Umpatnya dalam hati. Tanpa pikir panjang Thalia langsung mandi secepatnya dan langsung menggunakan seragam sekolahnya asal-asalan. Dia berangkat sekolah menggunakan sepeda motor, karena sekolahnya cukup jauh dari rumah, segera mungkin gadis itu mempercepat laju sepeda motornya.  Ternyata secepat apa pun laju sepeda motor itu, tetap saja akhirnya Thalia terlambat. Di depan gerbang Thalia melihat ada seorang anak laki laki yang sepertinya juga terlambat.  Laki-laki itu memakai jaket eye catchy di luaran seragamnya, cukup menawan. Ia memarkir mobilnya tepat disebelah motor Thalia. Ia berjalan melangkah menuju gerbang tapi ternyata sudah ditutup. Tanpa berpikir panjang ia langsung menegurnya, padahal tidak kenal. "Hei,kamu telat juga ya? Kita lewat pagar belakang aja yuk, mau barengan?" Sapanya. Sekitar 10 menit Thalia berada didekat laki-laki itu, namun tak ada tanda-tanda bahwa orang ini akan mulai bersuara. Sedari tadi Thalia sudah menegur dan menyapa laki-laki ganteng itu. Tapi yang ia dapat justru keheningan yang terasa menusuk Dia hanya diam saja, ntah tak mendengar atau memang dia sengaja mengabaikan. Thalia mengulang pertanyaannya hingga berapa kali, namun tetap saja tak ada jawaban yang dia dapat.  Karena kesal Thalia langsung pergi ke pagar belakang sendirian. Laki-laki itu tetap berdiri disana, didepan gerbang dan tentunya hanya sendirian ia disana. Tetapi saat Thalia sampai di gerbang belakang ternyata laki laki tadi ada disana. Ia menoleh kebelakang melihat ke arah pagar depan dan benar anak itu tidak ada lagi disitu.  Thalia sedikir terkejut melihat hilangnya laki-laki aneh tadi, tetapi karena malas berbicara lagi ia langsung melompat untuk menaiki pagar itu agar bisa masuk ke dalam sekolah. Lagi-lagi ia dikagetkan dengan kemunculan laki-laki itu ketika ia sudah ada di dalam sekolah, anak laki laki itu juga sudah berada di dalam sekolahan.  "Siapa sih sebenarnya laki-laki tadi? apa dia murid baru disekolah ini?" Gumam Thalia. "Jadi orang kok sombong banget sih" Thalia masih saja mengomel. Thalia berjalan melangkah menyusuri koridor sekolah, koridor sudah sepi karena sekarang sudah saatnya murid-murid belajar. Namun ada juga sebagian murid-murid bandel yang masih nongkrong diluar kelas padahal bel sudah berbunyi sejak tadi. Thalia masih bingung harus melarikan diri kemana saat terjebak dalam keterlambatan seperti ini. Karena sebelumnya Thalia tidak pernah berada disituasi seperti ini. "Untung aja gak ada guru piket keliaran" ucapnya dalam hati.  Ia masih melanjutkan perjalannya menyusuri koridor sekolah dengan diam-diam dan siaga waspada atas semua ancaman untuk keselamatan diriya sendiri. Laki-laki tadi pergi, keberadaannya tak terlihat lagi oleh Thalia. Saat Thalia mengedarkan seluruh pandangannya ke setiap sudut sekolah, ia tetap tidak menemukannya. "Tadi itu manusia ya kan? Bukan hantu atau setan kan?" Tanya Thalia dalam hati. "Kalo sampe itu manusia, aku sih ogah temenan sama orang aneh seperti dia. Pikiran Thalia sudah memikirkan hal-hal yang menurutnya harus ia pecahkan dan harus ia seldiki agar tidak menggantungkan rasa penasarannya hari itu. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD