BAB 1

1032 Words
BAB 1 Sheeran Chatalien namanya, gadis itu menundukkan kepalanya dalam dengan tangan yang saling bertaut. "Kapan kau mau membayar uang sewamu, Sheeran. Ini sudah lebih dari hari yang kau janjikan," kata wanita pendek bertubuh tambun yang berada di depannya itu dengan nada suara yang terdengar tajam dan menusuk, pun dengan tatapan matanya yang seolah-olah ingin keluar dari tempatnya berada. Tentu saja hal itu membuat wanita muda di depannya meneguk ludah susah payah. Ia tak tahu, bahkan sekarang, ia juga tak berani mengangkat kepalanya untuk sekadar bersitatap dengan wanita yang mengajaknya berbicara itu. Ia merasa takut, sangat takut. Memilih memejamkan matanya barang sejenak, gadis itu kemudian menarik napasnya dalam-dalam dan menghelanya secara perlahan. Ia berusaha meyakinkan dirinya, memberi sugesti, dan mengumpulkan sisa-sisa keberanian yang mengendap di dasar jiwanya hanya untuk menjawab pertanyaan simple namun mematikan dari wanita di depannya itu. "Maafkan saya Nyonya, saya belum memiliki uang yang cukup untuk membayar uang sewa flat ini," ujarnya pelan, belum berani menatap lawan bicaranya. Wanita tambun itu merotasikan bola matanya, terlihat sangat jengah dengan jawaban yang sebenarnya sudah ia dengar ribuan kali. "Berarti malam ini juga kau harus angkat kaki dari flat-ku ini, Sheeran," ujarnya datar yang otomatis membuat Sheeran mengangkat kepalanya. Mata Sheeran membulat lebar. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali, sementara kedua tangannya sudah bertengger di lengan gempal wanita tambun tadi. "Nyonya, saya mohon, jangan usir saya. Kalau Nyonya mengusir saya, saya tinggal di mana nanti?" mohonnya, masih mengguncang lengan gempal wanita itu, melupakan rasa takut yang sempat ia rasakan tadi. Si Tambun pun berdecak kesal, "Aku sudah tak bisa memberimu toleransi lagi, Sheeran. Kau selalu saja mengelak jika aku menagih uang sewamu. Perlu kau tahu saja, Sheeran, masih banyak orang yang mau menyewa flat-ku ini, mereka bahkan mau membayar lebih dari uang sewa yang kau bayarkan," katanya tegas. Nada suaranya pun terdengar sarkas di gendang telinga Sheeran. Sheeran menahan napasnya selama beberapa detik. Gadis itu tampak sedang memutar otaknya, berusaha mencari alibi yang tepat supaya pemilik flat yang ia tempati itu mengerti bagaimana kondisi keuangannya sekarang. Sheeran membuang napasnya dengan kasar, ketika menemukan jalan buntu pada masalahnya itu. Ia tak tahu harus berbuat apa, maka yang keluar dari mulutnya hanyalah rangkaian kalimat berisi permohonan yang mungkin terdengar sangat menjengahkan. "Nyonya, saya mohon. Beri saya waktu, beri saya kesempatan sekali lagi, paling tidak sampai minggu depan. Saya bisa pastikan, saya akan membayar uang sewa saya selama tiga bulan belakangan ini," ujarnya. Kini kedua tangannya yang berada di depan tubuhnya itu sudah saling tertangkup di depan d**a. "Kalau Nyonya mau, saya akan membayar dua kali lipat dari harga sewa yang Nyonya berikan." Setelahnya, Sheeran langsung merutuki kalimat terakhir yang tadi ia ucapkan. Bisa-bisanya dia berbicara seperti itu. Kalau sudah begini, apa yang akan dia lakukan ke depannya? Membayar uang sewanya dua kali lipat dari harganya yang asli? Yang benar saja. Persetan dengan itu! Untuk membayar sewa normalnya saja dia tak mampu, apalagi dua kali lipatnya? Kemudian, tak lama dari itu terdengar dengusan meremehkan. "Dua kali lipat? Hey, Sheeran kau ingin mengibuliku, ya? Sebaiknya kau berpikir dulu sebelum berbicara hal itu padaku. Aku bukan orang bodoh yang gampang kau bohongi," ujar wanita tambun itu dengan tawa yang mulai membahana, sampai-sampai mengeluarkan air matanya. Sementara itu, Sheeran sendiri tengah menahan rasa kesalnya. Perempuan itu tak menyukai jika ada orang yang meremehkan dirinya. "Jangan meremehkan saya Nyonya, saya akan membuktikan pada Nyonya, kalau saya pasti bisa membayar uang sewa flat Nyonya ini, termasuk dua kali lipat seperti yang saya ucapkan tadi," tegasnya meyakinkan, walau jauh dalam hatinya ia sendiri juga tak yakin dengan hal itu. Baiklah-baiklah, aku akan memberimu waktu selama seminggu seperti yang kau katakan itu, kalau kau tak bisa memenuhi ucapanmu itu, bisa kupastikan kau tak akan tinggal lagi di sini, mengerti?" Pemilik flat itu mengangguk-angguk sambil menyeka air matanya, lalu berbalik meninggalkan kediaman Sheeran. Bukannya merasa lega, Sheeran semakin merutuki kebodohannya. Ini bukan hal yang baik untuk gadis itu. Dia tidak akan bisa tidur dengan nyenyak selama satu minggu ke depan, meski ia bisa menunda membayar uang sewanya itu. Helaan napas panjang kembali terdengar. "Sepertinya, beberapa hari ke depan aku harus ekstra bekerja atau mencari pinjaman uang," gumamnya pelan dan setelahnya perempuan itu mulai menutup pintu flat-nya. **** Sheeran memandangi kalender yang menempel pada tembok kamarnya dengan pandangan sendu. Tinggal dua hari lagi perjanjiannya dengan Nyonya Sarah, pemilik flat yang ia sewa itu akan berakhir. Namun, sampai hari ini pun, ia belum mendapatkan uang satu dolar pun. Bisa dipastikan, dua hari lagi dia akan terusir dari sana. Dihela napasnya pelan. Perempuan itu kemudian berbalik, mengayunkan kakinya ke tempat ranjang lalu mendudukkan dirinya di sana. Benaknya melanglang-buwana, memikirkan bagaimana nasibnya ke depan nanti. "Mungkin saja aku akan menjadi gelandangan," katanya sendu, sebelum kembali menghela napasnya. "Ah sudahlah, masih ada dua hari lagi, aku masih punya waktu untuk mencari pinjaman. Semangat Sheeran! You can do it!" katanya lagi sembari memberi semangat pada diri sendiri. Sheeran lalu mulai mematikan lampu kamarnya, dan setelah itu membaringkan tubuhnya ke atas ranjang. "Semoga saja ada keajaiban besok," doanya seraya memejamkan matanya, sebelum terlelap dan larut di dalam mimpi indahnya yang mungkin tak akan pernah terealisasi di dunia nyata itu. **** Sesosok hitam itu masih setia berdiri di sudut tergelap kamar temaram dengan perempuan yang tengah meringkuk tanpa selimut di atas ranjang mininya. Mata tajamnya tak ada henti-hentinya menatap gadis itu. Sosok itu lalu menjentikkan jarinya, kemudian dalam sekejap saja dia sudah berada di samping ranjang perempuan itu. Mata itu bergerak, meneliti tubuh sang perempuan dari atas sampai bawah kemudian kembali lagi ke atas. Matanya begitu serius mengamati raut wajah Sheeran yang begitu tenang dan damai, meski kenyataannya ada masalah besar yang menghantui perempuan itu. Ia lalu membungkuk, mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Sheeran. Sebelah tangannya kemudian mulai terulur, menangkup salah satu pipi Sheeran. Tanpa dapat ia cegah, tangannya itu mulai mengelus pipi itu. Merasakan kelembutan di sana. Ia menarik sudut bibirnya. Wanita di depannya itu memang tidak begitu cantik, tapi dia sangat manis. Manis yang tak akan pernah bosan jika dipandangi. Alfdrein suka dan ia selamanya tak akan pernah membiarkan gadis itu lolos begitu saja. Sheeran harus menjadi miliknya, ia harus membuat gadis itu jatuh cinta padanya. Apa pun yang terjadi. Kalau perlu ia akan menentang semesta untuk mendapatkan si gadis. ********
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD