bc

Menemukanmu Kembali

book_age16+
221
FOLLOW
1.5K
READ
fated
self-improved
student
sweet
campus
childhood crush
first love
spiritual
love at the first sight
priest
like
intro-logo
Blurb

Awalnya semesta sengaja memberi jarak. Sampai kepastian pun tak kunjung menemukan. Bahkan rasa yang ada pun saling menggantungkan. Dilema, kebimbangan, patah, bahkan rasa nyaman ketika bertahan bersembunyi dalam diam, adalah perihal yang menyakitkan tanpa mereka mau saling mengerti.

Kisah di antara dua insan tersebut, dan pada akhirnya semesta mulai merestui jarak yang semestinya disudahi. Salah satu di antara mereka pun berkata, "Ya, bolehkah ... aku melamarmu?"

Rasanya tak bisa sesingkat itu dideskripsikan. Kau ingin tahu kepastiannya? Silakan, kau bisa membuka halaman kisah ini. Kisah yang segalanya tentang mereka. Kisah yang menyatakan tentang; kamu dan aku.

chap-preview
Free preview
1 - Pertemuan Kembali
(POV Hilya) Aku berjalan menyusuri jajaran wisata kuliner yang diadakan setiap tahun sekali di pusat alun-alun kota. Saat itu aku sedang mengajak sahabatku yakni Rissa. Dia adalah sahabatku semenjak aku satu sekolah di SMP yang sama dan hingga kini pun aku masih berteman akrab dengannya. Bahkan orangtua kita juga telah saling kenal, dulunya rumahku dan Rissa bertetangga di dalam satu komplek yang sama. Namun kini Rissa tinggal tidak bersama orangtuanya kembali, melainkan ia tinggal bersama suami dan juga bekerja. Memang Rissa adalah anak yang mandiri. Aku pun juga perlu belajar darinya. Masih banyak kekurangan dariku jika dibandingkan Rissa. Hingga tiba di salah satu stand makanan yang menjual siomay kesukaanku, aku dan Rissa memilih menghentikan diri sejenak. Lalu aku juga tak lupa memesan makanan yang tersedia di stand itu, termasuk memesan siomay favoritku. "Ya, kamu mau pesan minumnya juga, nggak?" tanya Rissa padaku. Ia sedang berdiri di sampingku sembari menunggu kedatangan pesananku. "Boleh, nanti kita mampir beli milk shake di sana, ya?" Aku menjawab sembari mendapatkan anggukan dari Rissa. Lalu setelah usai menunggu beberapa menit, pesananku dan Rissa telah selesai. Sejenak aku membayarnya bersama Rissa. Lalu aku dan Rissa langsung melesatkan langkah kami dan berniat berjalan menuju stand yang hanya berjarak sekitar lima stand dari stand yang sedari tadi kami singgahi. Namun saat aku sedang berjalan dengan santainya, Rissa perlahan membisikkan sesuatu padaku. Ia pun juga sebentar diam-diam melirik ke arah belakangku. "Ya, kamu diikuti mantan kamu dari belakang." Aku mengernyit bingung. Dalam hati, aku tak mengerti maksud perkataan Rissa siapa. Mantan? Mantan yang mana? Pikirku semakin heran. Memang dulunya aku pernah berada di masa yang membuatku tertarik untuk pacaran. Meski menurutku itu semua hanya sekadar cinta monyet biasa. Lalu ini maksud Rissa siapa? Spontan kumenghentikan langkah dan mengikuti instruksi Rissa agar aku berhenti dan menoleh ke belakang. Kurasa seseorang yang berada di belakangku juga menghentikan langkahnya. Berarti Rissa memang benar, jika ada yang mengikutiku. Meskipun aku tak peka dan tak mempedulikan siapa. Sontak aku mematung dan tertegun sejenak saat netraku beradu pandang dengannya selama beberapa detik. Aku terkejut bukan main saat tak menyangka melihat siapa laki-laki yang berada di hadapanku sekarang. Mungkin menurutku, ini sangat tak dapat kuduga. Dia memang kembali hadir dan berada tepat di depanku. Astaga ... Kak Aga? Suara hatiku membatin. Aku langsung menundukkan pandangan saat setelah memutuskan kontak mataku padanya. Namun ia masih tertegun untuk terus menatapku. Tatapan yang masih sangat kuingat sampai sekarang. Dulu Aga seringkali menatapku diam-diam sewaktu kami satu sekolah. Aku mengetahui tatapannya, karena sudah banyak teman-temanku yang sering menggodaku saat Aga sengaja melempar pandangan padaku dengan ukiran senyum manisnya. Saat itu aku tak mengerti, ada apa dengan hatiku? Tiba-tiba saja jantungku berdebar tak menentu saat mengetahui dan peka akan tatapan matanya. Aku dan Aga tidak memiliki hubungan lebih. Kami hanya berstatus kakak dan adik kelas saja. Namun saat aku tahu perasaannya lewat surat yang ia kirim padaku, aku pun juga membalasnya dengan menuliskan perasaan yang sama. Aku masih tak mengerti, apakah kita bisa dibilang pacaran seperti anak remaja pada umumnya atau tidak. Karena yang jelas, kami hanya saling mengetahui perasaan masing-masing. Meskipun kutahu, Aga tak pernah berani untuk sekadar menyapa atau pun mendekatiku. Jujur, aku juga menyukainya, aku mengaguminya saat mengetahui tatapannya yang selalu mengarah padaku. Bahkan setelah aku dan Aga terpisah oleh jarak, aku sempat mencoba berpacaran dengan laki-laki lainnya, meski hatiku masih mengagumi dan memiliki perasaan yang lebih untuk Aga. Lalu saat aku memilih untuk berhenti dan enggan berpacaran lagi, yang kuherankan-mengapa aku tak bisa melupakan Aga. Hingga sekarang pun aku masih merindukan dia. Aga sama sekali tak tahu perasaan yang telah rapi kusimpan sampai saat ini untuknya. Aku juga merasa dilema, hatiku seringkali bertanya-tanya, apakah Aga masih menyukaiku seperti dulu? Saat ini aku telah memilih jalanku untuk berhijrah. Meski pernah kusempat ingin melupakan Aga sepenuhnya, aku ingin memulai hidupku dengan tanpa masa lalu yang masih mengusik. Selalu kucoba itu, namun ternyata hasilnya nihil. Hatiku tak bisa bersembunyi lagi, apakah aku sebodoh itu berani menunggunya dan ingin menagih janjinya yang pernah tertulis untukku? Aga pernah bilang, bahwa ia akan kembali lagi. Dan kini, aku rasa ini bukan halusinasi. Aga memang berada di depanku. Ia menatapku dengan tatapan mata yang sama seperti dulu. Aku ingin bilang, selama ini aku sering bertahan untuk merindukannya. Namun mana iya aku berani mengucapkan itu padanya. Ternyata aku tak bisa bergerak saat Aga tetap berdiri dengan memberikan jeda jarak di depanku. Rissa sahabatku juga mengenalnya, bagaimana tidak? Rissa-lah yang paham dan mengetahui ceritaku dengannya. Aku juga selalu curhat pada Rissa tentang risalah hatiku. Hingga pada akhirnya, aku memilih untuk tidak bercurhat tentang perasaanku lagi pada Rissa. Bertahan jatuh cinta dalam diam dan menunggunya tanpa ia tahu, ternyata sangat menyakitkan untukku. Aku harus bisa menerima dan bertahan dalam diam saat aku mencintainya tanpa ia tahu perasaanku. "A-apa kabar, Dek?" Aga menyapaku dengan suaranya yang terbata-bata. Aku tak pernah menatapnya lagi, aku lebih memilih menundukkan pandangan. Namun kurasa Aga salah tingkah saat ini. "Alhamdulillah, baik, Kak," jawabku dengan nada pelan dan singkat. Sementara Rissa hanya memerhatikanku bersama Aga dalam diamnya. "Ya, aku ... boleh ngomong sebentar?" Aga mulai melontar pertanyaan kembali. Ia tampak salah tingkah berhadapan denganku. Namun beruntung kubisa meminimalisirkan degupanku karenanya. "Tapi ..." Aga seolah melirik keberadaan Rissa sejenak dan lalu kembali memandangku. "Rissa di sini aja, ya, Kak? Maaf, aku nggak bisa ngomong berdua dengan laki-laki," ucapku langsung memotong perkataan Aga. Kulihat Aga sedang mengangguk mengerti. Mungkin ia telah memahami maksud perihal mahram bagiku. "Aku ingin memastikan, Ya." "Memastikan ..." "Memastikan perasaan." Mendengar kalimat akhir darinya membuatku bergeming. Aku tak dapat mengungkap kembali. Lebih baik kumenunggu hingga Aga melanjutkan. Meski saat ini aku sendiri yang merasakan berdegup lagi. Kulihat, lelaki yang berada di hadapanku saat ini seolah menarik napasnya dengan menundukkan pandangan sebentar. Kemudian bola mata Aga lagi-lagi tertuju padaku. "Ya, bolehkah ... aku melamarmu?" Bersambung

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook