Kisah ini sederhana, diawali dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan biasa yang sering diajukan oleh anak-anak seusiaku. Kutanyakan kepadamu, apa kau tahu apa itu legenda? Apakah itu hanya sebuah cerita rakyat yang digunakan untuk menakut-nakuti anak-anak?
Sebenarnya apa itu mitos? Aku sempat berpikir, bahwa ini hanyalah sejenis permen bulat rasa mint yang terasa enak di lidah, merek permen yang banyak dijual di kota besar. Dan aku tak terlalu menyukai permen jenis ini jika mengingat keterkaitan namanya dengan makna mitos itu sendiri.
Ah, kau tak paham maksudku tadi? Yang kusinggung tadi itu adalah permen Mentos. Mentos sendiri adalah sebuah merek permen rasa mint dalam kemasan yang dijual di toko-toko dan mesin jual otomatis.
Sebenarnya tak ada hubungannya antara Mentos dan mitos. Itu hanya imajinasi anak kecil yang suka menyembunyikan coklat di antara sela-sela giginya saja.
Perlu kau ketahui, mitos itu merupakan kisah suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu yang mengandung penafsiran tentang asal-usul alam semesta, manusia, dan bangsa itu sendiri yang mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib.
Kembali ke pertanyaan selanjutnya, kenapa di dunia ini harus ada hantu? Tak bisakah dunia yang indah ini aman tanpa ada makhluk halus seperti itu?
Makhluk mitologi ... makhluk tak kasatmata seperti alien ... apakah mereka semua benar-benar ada? Ataukah sekadar gurauan belaka dari mereka yang menganggap makhluk-makhluk itu nyata?
Tch, sudah berulang kali kuajukan pertanyaan itu, dan sudah ratusan kali juga aku mendengar orang-orang mengajukan pertanyaan sejenis, tapi tetap saja aku tak akan pernah mempercayainya seumur hidupku.
Maksudku, atas alasan apa orang-orang jadi percaya dengan hal-hal berbau takhayul seperti itu?
Aku, Aaron Damien memang sangat membenci semua hal yang berhubungan dengan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan akal sehatku. Aku ini masih sangat polos, kau tahu?
Berbicara tentang legenda, mitos atau mitologi—yang mana saja terserah—mereka mengingatkanku pada salah satu cerita lama Nenek yang masih kuingat jelas hingga saat ini. Nenekku itu adalah seorang wanita yang berasal dari bangsa Slavia asli, dari suku Bosniak, dan cukup lama tinggal di Serbia Selatan. Dia, dengan segala keunikan yang dibawanya dari tempat asalnya, membuatku berakhir tak menyukainya. Sungguh.
Di saat anak-anak lain yang seusia denganku tumbuh dengan mendengarkan kisah yang menyentuh hati atau kumpulan dongeng yang penuh dengan ajaran kehidupan yang bisa dipetik. Aku justru tumbuh besar dengan dipaksa mendengarkan kisah mengerikan yang membuatku terjaga sepanjang malam.
Pelakunya tentu saja adalah nenekku!
Beruntung, ibuku yang cantik selalu meyakinkanku bahwa ketakutan-ketakutanku itu sama sekali tidak perlu. Dia meyakinkanku bahwa tidak akan ada seseorang atau monster yang akan merayap keluar secara tiba-tiba dari kolong tempat tidurku dan membawaku masuk ke alamnya.
Setelah yakin semuanya akan baik-baik saja, maka aku akan tertidur di pangkuan Ibu. Semua tentang makhluk mitologi itu benar-benar membuatku berpikir bahwa aku ini sudah gila. Aku mudah parno terhadap sesuatu dan ini semua gara-gara Nenek!
Yah, sejujurnya, aku ini adalah anak yang sangat penakut. Aku tak bisa mendengar seseorang bercerita tentang hal-hal yang telah kusebutkan di atas tadi, tentang legenda, mitos dan sejenisnya. Hanya mendengar tentang makhluk yang merangkak di atap rumah saja dengan tangannya yang kurus sudah cukup membuatku merinding dan histeris.
Meh, aku pengecut, bukan?
Kembali ke nenekku yang eksentrik. Beliau pernah bercerita tentang mitos yang hingga saat ini masih dipercayai olehnya. Tentang makhluk mengerikan yang muncul dari balik kabut di Hutan Lakebark yang terkenal angker dan terlarang untuk dimasuki.
Makhluk-makhluk itu adalah Goblin. Namun, tentu saja yang kumaksud ini bukanlah drama Korea Selatan yang dibintangi oleh Gong Yoo dan Lee Dong Wook yang berjudul sama dengan makhluk berukuran kecil ini.
Jelas ini bukan perwujudan dari mereka! Jika goblin itu yang kumaksud, maka ceritanya akan lain. Di sini aku sedang membicarakan tentang goblin, sejenis makhluk supranatural yang berasal dari bangsa peri, yang rupanya mirip dengan kurcaci, meski sebenarnya mereka jauh berbeda.
Makhluk mengerikan ini memiliki tubuh pendek dengan telinga yang lancip, hidung yang besar, kulit berwarna hijau gelap, dan gigi tajam yang sangat kotor.
Nenek menyimpan kisah ini dan terus menceritakannya padaku secara berulang-ulang agar aku hafal awal mula tragedi yang melibatkan goblin dan desaku ini.
Jauh sebelum desa tempatku dilahirkan ini berubah nama menjadi Birdben, dulunya ia dinamakan sebagai desa Alkonost. Nama itu diambil dari sesosok makhluk yang ditemui oleh seorang pengelana dari Bosnia yang menemukan lokasi untuk membangun sebuah pemukiman manusia.
Saat itu, sang pengembara melihat Alkonost untuk yang pertama dan terakhir kalinya. Di atas pohon yang besar, dia melihat sesosok makhluk sedang bertengger di sana. Wajahnya merupakan wajah seorang gadis yang sangat cantik dengan tubuh seekor burung berukuran besar. Makhluk itu hanya menatap sang pengelana selama beberapa saat, sampai kemudian terbang dan menghilang di balik awan.
Alkonost merupakan burung legendaris dalam mitologi Slavia. Memiliki tubuh seekor burung dengan kepala dan d**a seorang wanita. Nama Alkonost sendiri berasal dari nama Alcyone, demi-dewi Yunani yang diubah oleh dewa menjadi sebuah pekakak. Alkonost bertelur di laut atau pantai kemudian menempatkan mereka ke dalam air.
Laut tersebut kemudian tenang selama beberapa hari, lalu pada hari keenam atau ketujuh di mana telur itu menetas, maka saat itu badai yang sangat mematikan akan datang.
Alkonost tinggal di Nirvana namun masuk ke dalam dunia kita untuk menyampaikan pesan. Saat Alkonost menyanyi, suaranya sangatlah Indah dan siapa pun mendengar suara itu dapat melupakan semuanya. Mereka menyanyikan lagu-lagu memikat hati yang membuat para pelayar yang mendengarnya menjadi terbuai sehingga kapal mereka menabrak karang dan tenggelam.
Beruntung saat itu sang pengembara tidak mendapat nyanyian Alkonost yang mematikan.
Nama desa itu tak bertahan lama, setahun setelah pemukiman mulai ramai, desa tersebut diganti namanya menjadi desa Birdben. Itulah sejarah desaku yang pernah k****a di buku pelajaran.
Sejak awal terbentuknya desa, ada banyak sekali hal aneh yang terjadi. Tak terkecuali apa yang akan kubagikan kali ini, berdasarkan dari apa yang sering nenekku ceritakan tentang sebuah kisah lama. Tentang makhluk hijau mengerikan yang mendadak menyerang desa Birdben yang awalnya damai ini.
Cerita ini bermula, sejak setengah abad yang lalu. Setiap tujuh tahun sekali, tepat pada malam bulan purnama di pergantian awal bulan baru, saat penjagaan manusia di gerbang desa cenderung sepi, para goblin akan keluar dari tempat tinggal mereka selama ini yang berada di kedalaman hutan Lakebark dan memasuki desa manusia.
Konon, makhluk-makhluk dengan tinggi paling rendah hanya sekitar 30 cm ini akan menculik manusia yang mereka inginkan. Tak peduli yang mereka culik adalah anak-anak, balita atau orang dewasa, mereka akan tetap menyeretnya ke hutan untuk dijadikan santapannya.
Goblin yang menyerang desa kelahiranku ini merupakan bangsa makhluk yang dikenal buas dan ganas, mereka tidak akan segan-segan membunuh sang korban jika korbannya melakukan perlawanan.
Benar-benar makhluk yang tidak punya hati, dan lagi mereka tak pandang bulu akan korbannya. Baik itu pria, wanita, orang dewasa sampai anak-anak, semua akan jadi korban penculikan sang Goblin yang kelaparan pada malam terkutuk itu.
Lalu, apa hubungan goblin dengan desa Birdben?
Jadi, puluhan tahun silam—saat desaku ini baru saja berganti nama—terjadi sebuah peristiwa yang sangat menggemparkan. Ada sebuah keluarga yang kehilangan anak kembarnya di malam bulan purnama. Dua anak sekaligus.
Semua penduduk yang mendengar kabar pun menjadi panik dan berusaha mencari keberadaan anak-anak itu ke seluruh penjuru desa, tapi mereka melewatkan pencarian di hutan Lakebark sebab tak ada seorang pun yang berani mencari mereka di hutan terlarang itu. Konon, sang pengembara yang mendirikan desa ini bertemu dengan Alkonost di sana.
Pencarian dilakukan seharian penuh, mengerahkan banyak pemuda tangguh untuk mencari keberadaan dua anak yang menghilang itu. Penjagaan di desa pun diperketat. Namun, keesokan harinya, penduduk desa Birdben semakin heboh saat salah seorang pemuda yang ikut dalam pencarian dua anak hilang itu pun turut menghilang tanpa jejak!
Tak ada saksi mata yang melihat kemana perginya pemuda itu. Warga desa pun bertambah panik dan semakin gencar meneruskan pencarian mereka.
Pada minggu-minggu berikutnya, ada lagi kasus orang menghilang dari desa. Dia adalah cucu perempuan dari kepala desa saat itu, tapi kali ini ada saksi mata yang melihatnya. Dia adalah ibu dari anak yang menghilang ini. Wanita itu berkata bahwa anaknya telah dibawa oleh dua makhluk aneh berwarna hijau dan berbadan pendek, makhluk-makhluk itu berlari sambil menyeret sang anak. Sebagai seorang ibu, dia menyesal karena tak bisa mengejar mereka yang telah menculik anaknya.
"Goblin." Itulah yang tetua desa katakan.
Merasa kepergian cucu kesayangannya adalah kasus terakhir yang terjadi di desa Birdben, kepala desa yang awalnya tak terlalu peduli dengan kasus ini pun menjadi tersadarkan. Setelahnya, dia kemudian membangun pagar kayu dengan tinggi 20 meter mengelilingi desa. Tujuannya jelas untuk melindungi desa tersebut dari makhluk yang dilihat oleh menantunya pada malam itu.
Hanya ada dua gerbang akses untuk keluar masuk di desa itu, dan dijaga ketat oleh beberapa orang. Gerbang pertama terletak di sebelah Utara desa dan gerbang kedua di bagian Timur desa. Mereka pikir dengan cara menutup akses ke desa ini, para goblin mengerikan itu tidak bisa masuk dan melakukan hal keji seperti penculikan itu lagi. Namun sayangnya, mereka keliru.
Bertahun-tahun kemudian, tepat tujuh tahun setelah kejadian di mana menghilangnya warga desa, tepat pada malam bulan purnama, seorang anak perempuan lagi-lagi menghilang dari desa.
Tak hanya itu saja, desa yang telah diawasi ketat itu tiba-tiba saja dimasuki oleh segerombol goblin yang masuk entah dari mana. Makhluk-makhluk itu berwajah jahat dan tanpa pandang bulu langsung menculik beberapa orang dewasa yang kebetulan berada di luar rumahnya. Ketakutan itu berlangsung selama dua hari dan sudah lebih dari dua orang yang menghilang pada saat-saat itu.
Nenek kemudian mengakhiri ceritanya dengan mengatakan bahwa waktu itu mereka harus melakukan sebuah ritual pengorbanan atas saran dari seorang dukun yang berasal dari negeri yang jauh. Mengingat bahwa mereka telah diserang sang goblin selama berpuluh tahun lamanya.
Dukun tersebut mengatakan kepada mereka untuk menyerahkan beberapa orang anak dan dipersembahkan secara berkala—tujuh tahun sekali—kepada para penghuni hutan Lakebark, sang goblin.
Ritual pengorbanan itu sudah berlangsung sejak aku masih dalam kandungan.
Anehnya, sejak pengorbanan pada malam bulan purnama itu, para goblin tidak lagi menampakkan dirinya dan menyerang desa kami.
Benar-benar sebuah cerita tak jelas yang bahkan tidak dimuat di dalam buku sejarah! Aku bahkan tak tahu apakah kengerian ini sungguh terjadi atau tidak di desaku yang sejak dulu tentram ini. Maksudku ... ayolah, jika cerita itu benar, maka itu sudah terjadi lama sekali. Peristiwa itu terjadi lebih dari 4 dekade yang lalu! Yah, kalau aku tak salah ingat, tapi sama saja. Namanya juga cerita lama yang diceritakan dari mulut ke mulut.
Aku pernah dengar, sebuah cerita yang tidak diketahui siapa pembuat pertamanya apalagi cerita itu terkenal hanya lewat mulut ke mulut, itu menandakan cerita yang dibuat oleh iblis. Karena iblis ingin memecah belah umat manusia. Yah, baik itu atau ini, keduanya sama saja. Toh, tetap cerita, hanya cerita. Kecuali itu adalah biografi atau fakta hidup.
Tak seharusnya ritual sesat ini dilakukan walaupun itu hanya setiap 7 tahun sekali dan mengorbankan nyawa manusia yang tak bersalah. Maksudku, mereka tega menumbalkan orang lain demi kepentingan pribadi. Sungguh, mereka semua psikopat!
Jujur saja, cerita inilah yang membuatku menjadi seorang penakut! Aku selalu terbayang dengan kengeriannya, ditambah lagi kabarnya ini adalah kisah nyata; sesaat setelah desa ini didirikan.
Tiap-tiap kali Nenek bercerita apa yang diketahuinya tentang makhluk kegelapan, aku selalu meringkuk di bawah selimut tebalku layaknya bayi dalam rahim ibu; dengan kedua tanganku yang menutupi telinga.
Aku begitu membenci cerita—cerita yang dibuat orang dewasa hanya untuk menakuti anak-anak sepertiku. Apa dengan itu mereka bisa membalas perbuatan orang tuanya di masa lalu yang suka menceritakan kisah seram kepada mereka dan kembali menceritakan kisah-kisah mengerikan itu kepada anak keturunannya?
Apa benar legenda yang sering kudengar itu nyata?
Apakah benar makhluk mitologi itu ada dan sedang memperhatikan manusia?
Arrggh! Aku pusing! Aku takut! Aku membenci Nenek!
Cerita yang keluar dari mulutnya itu terdengar tidak masuk akal!
Bisa saja anak-anak yang menghilang itu telah memasuki hutan Lakebark dan tersesat jauh di dalamnya?! Atau bisa juga mereka semua jatuh ke dalam jurang karena orang dewasa lengah terhadap anak-anaknya?! Kemungkinan itu bisa saja terjadi, kan?!
Yah, tapi aku masih belum bisa menjelaskan kenapa ada orang dewasa yang dibawa pergi oleh makhluk-makhluk itu? Kalau anak-anak, mungkin bisa dibantah dengan jawabanku sebelumnya. Mungkin saja, goblin itu memang nyata seperti yang dikatakan oleh nenekku.
Tak salah jika aku yang masih berumur tujuh tahun ini selalu membangkang. Ada jiwa pemberontak yang tumbuh dalam diriku. Tapi, bukan hanya aku saja, teman-temanku yang lain juga akan mengabaikan larangan orang tua mereka dan pergi ke area perbatasan, tempat yang memisahkan desa ini dengan hutan Lakebark.
Seperti yang kukatakan, ada dua akses gerbang di desa ini, dan ada satu akses jalan rahasia yang hanya aku dan teman-temanku ketahui. Dua di antaranya adalah gerbang yang dijaga ketat, sedangkan satunya adalah jalan yang tersembunyi dari keramaian.
Anak-anak memang gemar menjelajahi tempat yang baru. Alam selalu mampu memenuhi rasa keingintahuan kami dengan sesuatu yang indah. Tak ada campur tangan teknologi di sini, kami semua tumbuh dalam lingkungan yang menyenangkan.
Apa yang bisa kami harapkan dari desa kecil yang berada jauh dari ibukota? Sama sekali tak ada internet, tak ada hiburan, apalagi supermarket.
Namun, hanya bermain-main di dekat hutan saja, kami semua sudah merasa senang sekali.