Chapter 02 - So Many Sign

1983 Words
"Apa pria tua tersebut masih ada disana?" tanya seorang gadis muda dengan rambut pendeknnya. "Ya miss, Mr.Scott masih ada ditempatnya, tampak berbicara dengan Evelyn." balas seorang gadis muda dengan seragam kerja ala butiknya. Sedangkan gadis berkacamata yang dipanggil dengan sebutan miss tadi hanya mampu mendengus kesal. Ia melirik sekikas kearah jam tangan kecil yang melingkar indah dipergelangan kirinya. Astaga bahkan matanya nyaris membelalak, ini terlalu pagi bagi pria yang sibuk didunia politik untuk mengambil pesanan jasnya. Padahal dirinya yakin jika pegawainya sangatlah banyak, kenapa ia repot datang hanya ntuk mengambil pesanan. Wajahnya yang putih seketika terlihat murung dan cemberut. Bibirnyapun dikerucutkan hingga sekarang ia tampak sangat menggemaskan. "Miss, beliau ingin anda yang mengantarkan pesanan jasnya!" Kini dibalik pintu kaca yang membatasi ruangan pribadinya dengan butik, menyembul kepala seorang wanita muda dengan rambut merah yang disanggul rapi keatas. "Baiklah baiklah!" teriaknya kecil sambil bangkit dari kursi sofa tempatnya duduk. Meletakan beberapa tumpukan kertas putih lengkap dengan pensil warna keatas meja kaca berbentuk bundar. Tanganya bergerak lihai mengikat rambut pendeknya keatas dan disanggul sederhana dengan bantuan penjempit rambut. Setelah selesai, dirinya tampak menegak minuman kental berwarna putih sebelum kembali meletakan gelas kosong tersebut di nakas kayu dekat lemari buku. "Huft huft huft!" helaan nafas kasar keluar dari bibir ranum yang dipoles dengan lipstik berwarna peach sehingga tampak segar diwajah putihnya. Ia berusaha mengatur ketenangnya, berharap usaha yang dilakukan dapat meredakan rasa gugup didadanya. Bagimana tidak gugup, kau akan menghadapi pria tua bangka yang pernah mengutarakan rasa cintanya padamu, bahkan sekitar satu bulan yang lalu sengaja melamar dan ingin mengajakmu nikah. Apa dia gila? Jika iya semoga cepat sembuh. "Kau pasti bisa Jacquellin, sederhana saja, antarkan saja jas itu lalu selesaikan transaksinya sebelum berlari masuk ke dalam ruangn mu yang nyaman!" "Kau pasti bisa miss!" ujar gadis yang tadi duduk berhadapan denganya. Memberi semangat dengan kepalan tangan dan senyum merekah. Setelah itu gadis bernama Jacquellin melangkah keluar sambil menerima jas pemberian Evelyn. "Susan, ikutlah denganku!" pintanya sambil melangkah keluar. Sedangkan Susan hanya mengekor dibelakang, mereka berjalan berdua menuju ruang tunggu butik di sisi barat. Evelyn sendiri tampak berjalan kembali kemeja kasirnya. "Selamat pagi Mr.Scott dan maaf membuat anda menunggu, ada beberapa berkas yang harus kuurus tadi," Ucap Jacquellin dalam sekali tarikan nafas, beralih memberikan jas yang di pegangnya pada pengawal yang selalu berdiri di belakang pria tua berperut buncit tersebut. "Tidak masalah sayangku, aku senang ada dibutik ini." jelasnya sambil memamerkan deretan giginya yang tampak ompong dibeberapa tempat. "Terimakasih sebelumnya, saya merasa sangat tersanjung tuan." Hemm. Deham Mr.Scott dan tampak pengawal dengan seragam hitamnya berjalan mengikuti Susan kearah meja kasir. Baiklah situasi seperti ini tidak baik untuknya. Ia benci keadaan menyebalkan seperti ini. Kenapa harus dengan pria tua seperti dia sih, jijik dan geram bercampur satu. Apalagi desas desus yang beredar dipublik jika pria yang menjabat sebagai walikota tersebut pernah melakukan pelecehan seks pada gadis gadis muda dikota. Ada yang dengan sukarela menyerahkan tubuh mereka untuk diganti dengan kepuasan dan bayaran serta benda-benda mahal dan bermerek. Tapi tidak begitu berita terakhir yang didengar Jacky, sempat ada gadis muda yang mengaku sebagi korban pelecehan Mr.Scott dan menuntut pertanggung jawaban dari pria tua bangka tersebut. Tepat saat perayaan ulang tahunnya yang ke 61. Ini benar -benar gila. Jacquellin hanya diam mematung, menghentakan kakinya yang dibalut haighells pelan kepermukaan lantai marmer. Tanganya bergerak memilin jarinya dengan pandangan mata terarah menyusur seluruh sudut butik yanh pagi itu tampak ramai. Rasanya ia ingin menghilang dari tempat teesebut. Andai ia memiliki kemapuan ajaib. "Apa kau memikiki waktu senggang nona, aku berniat mengajakmu pergi sarapan." "Aku rasa ini terlalu siang untuk pergi sarapan." Lirih jacquellin menolak dengan halus. Tentu saja dirinya masih waras untuk pergi sarapan bersama pria tua tersebut. ⛵⛵⛵ "Aku dengar nanti malam akan ada fashion show di manhattan beach." celetuk Brian disela tegukan botol anggur merah ditanganya. Tidak ada jawaban keluar dari bibir Orion. Pria tersebut masih fokus mengendarai mobil pribadiny, BMW SUV putih memasuki kawasan perbatasan California. Kacamata hitam setia bertengger dihidung mancungnya, menutupi keindahan dari netra biru yang tersembunyi dibaliknya. "Para model akan berpesta disana dude, dengan busana bikini mereka. Apa kau tidak tertarik untuk datang?" ujar Brian dengan nada bicara yang sedikit ditekan. "Tawaran yang sangat menggiurkan." ucap Orion yang akhirnya membuka suara, meski tanpa mengalihkan tatapanya dari jalanan padat kota California. "Baiklah, akan kupesankan dua tiket untuk kita." "Jangan terlalu cepat menyimpulkan jika aku menerima ajakanmu." kini Orion menatap dengan pandangan menggoda kearah Brian. Sedangkan pria muda tersebut menolehkan kepala dengan mata melotot, namun seketika kembali normal setelah ia paham akan suasana yang sedang memenuhi atmosfer mobil mewah Orion. "Sungguh? Kau tidak akan pergi kesana Orion?!" "Aku tidak berselera Brian, kau tahu aku tidak minat dengan model seperti mereka!" "Baiklah, apa karena kau yang terlalu sombong atau selera wanitamu yang begitu tinggi?!" jejal Brian dengan suara mencerocos. "Hemm mungkin karena aku yang tidak doyan dengan wanita." ujar Orion santai sambil membelokan laju kemudi mobilnya. Pria bermata biru itu menyeringai. "Apa!!! Holly s**t Orion, enyahlah kau b******n!" teriak Brian sambil menyudutkan tubuhnya kearah pintu. Sedangkan Orion hanya terkekeh mendengar makian yang dilontarkan oleh sahabatnya itu. Sungguh menggelikan bisa melihat ekspresi Brian yang pasrah ketika biasanya ia bersikap bagai b******n tak tau malu. Dimana otaknya hanya berisi tentang wanita dan kenikmatan seks saja, tidak ada yang lain. "Hei! Pergi kemana kau b******k?!" teriak Brian lantang. Kini Brian bergegas keluar dari dalam mobil, membanting pintu dengan keras dan melangkah masuk kedalam sebuah restaurant. Bahkan ia harus berlari ketika langkah kaki Orion semakin jauh didepannya. "Orion!" teriak Brian menggema. Sedangkan pemilik nama yang dipanggil hanya menoleh kebelakang sebelum melanjutkan langkahnya, itupun hanya sekilas. Ternyata mereka masuk kedalam sebuah restaurant. Dan bertepatan saat langkah kaki Brian memasuki pintu masuk yang terbuat dari kaca,tubuhnya menabrak seorang gadis muda, dengan sangat keras dan bunyi berdebumpun tak dapat dihindarkan lagi. Buggghhhh "Aaawhhh!" Teriakan rasa sakit nyaris terdengar sangat melingking. Bersamaan dengan tubuh gadis muda yang jatuh kebelakang, terduduk pada posisi p****t menyentuh lantai terlebih dahulu. Bahkan kegaduhan tersebut hampir menyita perhatian seluruh pengujung restaurant yang pagi itu tampak padat. Hampir saja Brian melontarkan makianya jika tiak melihat wajah gadis yang telah dengan sengaja menabraknya. Cantik. Itulah kesan pertama yang ditangkap oleh otak buaya Brian. Sebenarnya tidak begitu cantik, hanya saja keunikan dan daya pikat yang dimiliki gadis tersebut sangatlah kuat. Seperti ada magnet yang mempesona dan tatapan mata itu begitu menghipnotis. Polos dan suci. Itulah gambaran Orion ketika ia ikut menoleh kebelakang dan menapati Brian tercengang tanpa berniat mebantu gadis tersebut bangkit dari duduknya. Dan senyum polospun terukir dibibir Orion tatkala indra pengelihatanya tanpa sengaja melihat saat dimana gadis muda dengan kacamata tersebut mengusap pantanya pelan. "Are you okay nona?" tanya Brian ketika gadis tersebut telah berdiri dihaapanya. "Tolong maafkan aku, sungguh aku tidak sengaja!" "Tidak masalah, toh ini hanya kecelakaan kecil, mungkinkah kau terluka?" ujar Brian penuh kelembutan, berharap jika gadis dihadapanya dapat luluh dan tertangkap jebakan buaya darinya. "Tidak trimakasih, aku baik-baik saja dan maaf aku harus pergi." Orion hanya menatap jengah adegan didepanya. Ia sudah hafal jika sahabatnya tersebut sedang melakukan aksi gilanya, merayu para wanita agar mau tidur bersama kemudian ditinggalkan dikamar hotel begitu saja. Ia pun memutar matanya bosan sebelum membalik badan dan memilih mengisi perut yang sudah kelaparan. Memang setelah bersiap dari rumah, Orion tidak sempat menyantap makananya karena harus menuruti permintaan konyol Brian untuk mengunjung salah satu PSK barunya di club sebelum menuju apartemenya. Ia rasa sudah menghabiskn waktu terlalu banyak dan jika tetap mengulur keberangkatan, bisa-bisa mereka terjebak macet dan baru tiba pada malam harinya. Bukanya ada apa-apa. Hanya saja Orion tidak membawa supir, jadi ia terpaksa terjaga sepenjang hari. Tidak! Tidak! Orion dengan senang hati menjadi supir untuknya juga Brian. Karena menurutnya itu lebih baik, daripada ia harus menanggung resiko ketika sahabatnya yang tidak lulus ujian SIM mengemudi. Lagipula dirinya masih merasa trauma, bagaimana tidak. Terakhir ia pergi bersama Brian dan menaiki mobil yang dikemudikan sahabatnya itu, Orion harus menerima tujuh jahitan dipunggung kiri bagian atasnya. Belum lagi ketika harus menginap dirumah sakit. Tepat setelah kepulangan mereka dari club dan menabrak pasangan gay yang sedang berciuman, peristiwa tersebut terjadi sekitar satu tahun yang lalu dikawasan padat LA. "Ya. Kau terlihat buru-buru nona!" teriak Brian ketika gadis tersebut telah berlari keluar restaurant. ⛵⛵⛵ Mimpi apa semalam kau Jacquellin!!! Sumpah!!! Demi udang rebus di lautan Atlantik, bagaimana bisa ia berada disalah satu restaurant ternama California. Sebenarnya letak masalahnya bukan pada restaurant tempatnya sekarang duduk. Tapi pada kenyataan jika ia pergi bersama Mr.Scott. Si tua berperut buncit. Bahkan sekarang mereka tampak duduk berhadapan disebuah meja bernomer 11. Baiklah Jacky,sekarang kau tampak bagai gadis muda simpanan om-om. Ia menghela nafas gusar. Bagimanapun ia wajib menerima ajakan pria tua dihadapanya tersebut. Ya. Karena selain menjadi penyumbang dana terbesar bagi butiknya, Mr.Scott sangatlah baik. Tepatnya satu tahun yang lalu, saat ia kuliah di Australia. Baiklah sudah cukup adegan sedihnya. Sekarang adalah saat untuk memikirkan jalan keluar agar dapat kabur dari tempat ini. Hidangan dimeja telah siap dan Mr.Scott tampak sibuk dengan telefon genggamnya. Tepat disisi lain meja, Susan sedang menikmati daging babinya dengan pengawal Mr Scott. Sepertinya mereka tampak sangat menikmati moment tersebut. Dasar kurang ajar. Bahkan disini Jacky bingung bagaimana cara bernafs dengan baik. Tepat saat Mr.Scott tampak berbalik ke belakang sehingga sekarang posisinya membelakangi Jacky, ia segera mengambil tas tangan milkknya sambil memberi kode pada Susan. Sedangkan pegawainya tersebut meminta Jacky agar meletakan kembali dompetnya diatas meja, sama seperti posisi semula. Awalnya ia menolak. Tapi setelah paham akan maksut pelototan mata dari orang kepercayaanya tersebut, Jacky menurut dan tak berselang lama Susan kembali memberi kode untuk segera beranjak pergi dengan gerakan jari tangannya. Tunggu dulu, itu terlihat bagai gerakan mengusir. Tapi Jacky tidak peduli ia memilih beanjak dari duduknya dan melangkah keluar. Ia harus mencapai pintu kaca yang dilewatinya saat masuk tadi. Ya secepat yang ia bisa sebelum ketahuan ingin melarikan diri. Namun saat keberuntungan berada tepat didepan mata, naasnya ia malah melirik sekilas kebelakang dan mendapti jika Mr.Scott telah kembali duduk dikursinya, tampak menikmati santapan dipiring kaca mengkilapnya. Dan secara mendadak pula, tubuhnya terpelanting kebelakang setelah menabrak benda keras dihadapanya. Buggghhhh. Bunyi ketika pantanya menyentuh lantai marmer yang dingin dengan bebas. Demi apapun, kenapa ia sangat sial sih. Semoga kejadian memalukan ini tidak membuat si tua perut buncit memergokinya yang berniat kabur namun gagal. ⛵⛵⛵ Orion Pov Sebenarnya aku tudak begitu tertarik dengan berita yang disampaikan Brian. Namun berfikir untuk mengerjainya adalah solusi yang tepat. Memangnya apa tujuanku datang ke California satu minggu lebih awal jika tidak untuk membereskan masalah kartel dad. Ya meski memang aku ada pertemuan dengan salah satu kolega daddy, tapi kan acaranya masih akhir pekan nanti. Jadi tidak mungkin kan aku datang tanpa melakukan apapun dan hanya memilih tinggal dirumahku yang ada dikawasan Monterye Park. Menunggu hari Sabtu tiba bagai orang dewasa yang kesepian. Kendati memang benar adannya. Aku bersikap seolah-olah tidak tertarik dengan ajakan Brian, meski tidak banyak yang tahu jika aku tiak pernah absen urusan semacam itu. Menikmati acara catwalk bikini adalah hobby rahasiaku. Tidak hanya dalam ajang besar seperti yang biasa digelar Victoria Secret atau Calvin Klein. Diriku jua turut menjadi tamu undangan kelas atas disetiap acara berkelas dengan takjub wanita bertelanjang. Walau kenyataanya mereka tetap memakai pakain dalam,tapi bagiku mereka tetaplah telanjang. Aku sengaja menghentikan lani mobilku disalah satu restaurant yang paling sering aku kunjungi ketika berada di California. Sebenarnya sedari tadi perutku lapar, tapi mendengar Brian selalu bercerita tentang kehidupan seksnya bersama gadis berbeda setiap jamnya membuatku kenyang secara perlahan. Lebih tepatnya mual dengan kalimat dan cerita vulgar yang disampaikan sahabatku itu. Keadaan restaurant siang itu sangatlah ramai, terlihat dari area parkir didepan bangunan berlantai dua yang penuh oleh berbagai mobil pribadi. Aku langsung keluar dari mobil setekah menemukan tempat parkir yabg stratergis. Tepat disisi barat pintu masuk dan terhalang beberapa mobil lain yang memang telah ada disana sejak tadi. Tanpa memberitahu pada Brian, aku segera turun dan menutup pintu. Berjalan masuk kedalam restaurant dengan kacamata hitam yang masih tampak setia, bertengger dihidungku. Sedangkan dari arah belakang,aku tahu Brian sedang meneriaki namaku. Biarkan saja. Pria bodoh tersebut memang senang menjadi pusat perhatian, tentu dengan cara paling konyol. Cara yang bahkan Orion sendiri tidak sempat membayangkanya. Dan ketika tubuhnya telah berada didalam restaurant mewah tersebut, aku langsung membuka kaamata hitamnya, bukan karena pandangan beberap kaum wanita yang memujanya, tapi karena perhatian mata birunya teralih pada sosok gadis muda yang sedang berlari kearahnya. Tidak. Lebih tepatnya ke arah pintu keluar yang sebentar lagi terbuka oleh tangan Brian. Tidak ada yang menarik dari gadis tersebut, bahkan wajahnya yang tidak cantik terkesan biasa dengan rambut pendeknya. Tapi ada sesuatu yang unik, sesuatu yang membuat aku diam membatu. Sesuatu yang berbeda dari dalam diri gadis tersebut. Dan aku sangat menyayangkan ketika gadis dengan rambut yang berterbangan tak karuan tersebut menoleh kearah belakang dengan waktu cukup lama hingga kejadian berikutnya sudah dapat kuprediksi dengan jelas. Lebih malang lagi adalah siapa pria yang ditabrak oleh gadis menarik tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD