bc

The Last Element Princess

book_age12+
227
FOLLOW
1K
READ
adventure
HE
witch/wizard
twisted
no-couple
loser
magical world
supernature earth
supernatural
weak to strong
like
intro-logo
Blurb

Biasakan tap love sebelum baca agar ceritanya tidak hilang, happy reading ....

Sebuah p*********n besar terjadi di magic world hingga membuat negara besar lima elemen hancur dan dikuasai oleh iblis.

Pemimpin negara lima elemen yang kalah dibunuh oleh musuh. Namun, sebelum dibunuh pemimpin negara menitipkan sebuah benda pusaka yang diincar oleh iblis kepada salah satu keturunan dari kelima pimpinan negara besar. Mereka disembunyikan di sebuah negara kecil yang terlindung dari kekuatan iblis.

Namun, sepuluh tahun berlalu. Teror dari iblis kembali datang untuk mengincar benda pusaka yang dimilikinya, mampukah para keturunan dari pemimpin negara besar menjaga benda warisan dan mengalahkan teror dari iblis?

Edited cover by Sanaphire

Image by Pixabay

Font by Canva (Moontime)

chap-preview
Free preview
1. Jebakan Pelatihan
Seorang gadis tengah menajamkan ujung ranting pohon yang tadi ia patahkan dari pohonnya sebagai tombak. Di samping tubuh gadis itu sudah terdapat wadah anyaman dari bambu. Setelah selesai meruncingkan beberapa ujung ranting, gadis itu menyelipkan belati yang ia pakai ke samping pakaiannya. Berdiri sambil menenteng wadah dan juga beberapa tombak menuju ke sungai terdekat. Berjalan dengan cepat sambil menarik mantel bulunya karena udara yang sedikit dingin. Setelah sampai di sungai yang sedikit dangkal, ia meletakkan tombak dan wadah anyaman di sebuah batu yang tak jauh dari tempatnya berdiri menunggu ikan-ikan di sungai, biasanya ikan akan berkumpul di sungai yang berarus tenang. Tak lama, ia melihat ikan-ikan berkumpul dan mulai menombaknya hingga kumpulan itu berpencar. Si gadis meletakkan ikan hasil tangkapannya di wadah anyaman tadi dan menunggu ikan kembali berkumpul lalu menombaknya lagi dan lagi hingga wadah tadi hampir penuh. Setelah dirasa cukup, si gadis pulang dengan menenteng hasil tangkapannya tak lupa membawa beberapa tombak yang tadi sudah dibuatnya untuk berburu besok. Baru beberapa langkah ia meninggalkan sungai, dirinya dikejutkan oleh kedatangan seorang lelaki yang berdiri di depannya secara tiba-tiba. "Astaga, kau membuatku terkejut!" pekiknya tampak sedikit tak suka. "Sedang apa kau di sini?" tanya lelaki tadi. Si gadis memperlihatkan hasil tangkapannya dan juga tombak buatannya pada si lelaki. "Aku menangkap ikan, kau sendiri sedang apa di sini?" Sambil menggigit buah yang digenggamnya, lelaki itu mendekat dan menyipratkan sedikit air pada si gadis dengan kemampuan elemennya hingga si gadis basah. "Aku sedang berlatih," jawabnya kemudian. Si gadis pergi dari sana dengan kesal, cuaca begitu dingin karena sebentar lagi salju akan datang dan lelaki itu malah menyiramkan air sungai yang terasa membekukan wajahnya padahal ia sudah mewanti-wanti agar tidak basah. "Dasar pria menyebalkan! Untuk apa dulu Ibu menyuruhnya ikut bersembunyi bersamaku untuk melindungiku jika nyatanya hanya membuat repot." Si gadis terus menggerutu sepanjang perjalanan menuju ke rumah. Setelah sampai di rumah, gadis itu membuka pintu dan melihat sekeliling yang tampak sepi. "Ke mana semua orang?" lirihnya. Pintu tiba-tiba tertutup dengan sendirinya dan sebuah suara benda melesat terdengar di telinganya hingga si gadis melepaskan barang bawaannya dan bergeser, menghindar dari anak panah yang sengaja dilesatkan untuk melukainya. Anak panah yang meleset akhirnya hanya menancap di lantai kayu. "Kali ini siapa yang melakukannya?" tanya si gadis sambil terus menghindari anak panah yang kembali diluncurkan padanya. Beberapa serangan yang berhasil ia hindari, tapi kali ini lima anak panah kembali mengarah. Dengan pedang yang entah gadis itu dapat dari mana, ia memotong seluruh anak panah menjadi dua bagian. "Hei, ini tidak lucu. Jika hanya untuk latihan setidaknya jangan gunakan panah beracun!" teriak si gadis. Tak ada yang menyahuti teriakan gadis itu. "Siapa yang sebenarnya melakukan ini? Apa Airia, dia yang sering melakukan latihan berbahaya," pikirnya. Si gadis meletakkan pedang yang dibawanya lantas membersihkan lantai dari kekacauan tadi. Pedang yang diletakkan perlahan menghilang ketika ia menyelesaikan pekerjaannya. Tak lama, seseorang kembali membuka pintu yang tertutup. Si gadis memejamkan kedua mata dan pedang tadi kembali menghias di tangannya. Bersiap di posisi siaga, takut kejadian tadi akan terulang. Namun, yang datang adalah kakak-kakaknya. "Hei, kenapa kau membawa pedangmu, Xaviera. Apa sesuatu telah terjadi?" tanya seorang lelaki. Xaviera menatap keempat kakaknya yang datang dan sekeliling secara bergantian. Setelah merasa situasi aman, ia menyelipkan pedangnya di pinggang. "Siapa di antara kalian yang kembali memasang jebakan pelatihan untukku hari ini?" Delucia mengangkat tangannya, menjawab pertanyaan Xaviera. "Jadi Kak Del berniat membunuhku hari ini?" Semua orang terkejut akan pertanyaan yang terlontar dari mulut gadis yang paling muda tersebut. "Apa maksudmu, Ra? Aku bahkan belum memasangnya, kami bersiap untuk memasangnya nanti sore setelah makan siang." Xaviera menatap Delucia agak lama, lalu menghilangkan pedang miliknya. Kerutan kening terlihat meski samar di dahi gadis itu. "Apa ada sesuatu yang terjadi selama kali pergi, Xaviera? Kenapa kau terlihat sangat tegang?" Xaviera mendongak menatap lelaki yang menanyai dirinya. "Maaf atas kelancanganku barusan, Kak. Setelah aku pulang, tiba-tiba banyak panah dilesatkan padaku dan yang membuatku terkejut adalah ujungnya diracun." Keempat orang itu membelalakkan mata. Lelaki tadi terlihat mengepalkan tangannya yang ada samping tubuh. "Jadi maksudmu ada yang berusaha membunuhmu?" Xaviera hanya mengangguk tanpa kata. "Apa mungkin itu ulah iblis yang sudah mengetahui keberadaan kita di pulau ini?" Lavina berucap. "Tidak, pulau ini memiliki sihir pelindung yang dibuat oleh raja terdahulu agar tidak diserang iblis. Kecuali jika kau sendiri yang memanggil iblis itu kemari," sangkal Xaviera. "Xaviera, apa kau merasakan ada aura lain ketika p*********n itu terjadi. Kau paham maksudku bukan?" tanya Airia hati-hati. "Tidak, Kak. Aku tidak merasakan aura iblis atau aura orang lain selain kita berenam." Jawaban Xaviera membuat keempat orang itu saling pandang. "Kita berempat tidak mungkin menyerangmu karena di sini kita ditugaskan untuk melindungi serta mengecoh musuh agar mereka tidak tahu siapa sebenarnya yang membawa benda pusaka itu, kecuali memang ada yang berkhianat." Semua orang mengarahkan pandangannya pada Airia setelah Delucia mengatakannya. Sang empu yang dipandang dengan tatapan menyelidik merasa tidak terima. "Apa, kalian menuduhku berkomplot dengan iblis yang sudah membunuh orang tuaku? Kalian tidak percaya padaku?" murka gadis cantik itu. "Aku memang tidak terlalu menyukai Xaviera, tapi aku tidak sebodoh itu untuk membawa iblis kemari yang berakhir akan melenyapkan kita semua!" imbuhnya karena semua orang masih menatapnya. Xaviera menghela napas panjang. "Cukup! Bukan saatnya saling menuduh, kita tidak boleh terkecoh dan sampai berpecah. Bisa saja ini taktik musuh agar kita saling mewaspadai." "Xaviera benar, kita harus menyelidiki ini lebih lanjut karena hal ini akan membahayakan nyawa kita semua. Mungkin hari ini Xaviera yang menjadi korban, besok bisa saja kita." Semua orang tampak setuju akan perkataan Xaviera dan Blade. Malam nanti mereka akan menyusun rencana untuk mengetahui siapa dalang dibalik p*********n tiba-tiba ini. Suasana yang tadinya tegang kini mulai mencair secara perlahan. Tak lama setelah pertikaian, Luke lelaki yang tadi bertemu Xaviera di sungai datang sambil membawa kayu bakar yang lumayan banyak. Lelaki itu meletakkan kayu yang dibawanya ke samping perapian yang ada di rumah lantas menuju ke kamarnya. Blade yang sedang mengurus perapian sedikit heran melihat lelaki itu, tetapi tak dipusingkannya. Sementara Xaviera dan Delucia sedang membumbui ikan yang tadi ditangkap gadis kecil itu. Mereka berdua akan membuat ikan bakar untuk menu malam ini. Suasana sangat hangat diiringi tawa dan candaan ketika memanggang ikan di perapian. Namun, Xaviera heran karena Luke tidak bergabung bersama yang lainnya. "Di mana Luke? Apa dia belum pulang?" tanya Xaviera tiba-tiba. Entah kenapa ia malah memilih menanyakan hal yang tadi ada di benaknya. "Luke ada di kamarnya sejak tadi dan belum keluar setelah pulang," jawab Blade ketus. "Apa kalian bertengkar lagi?" tanya Delucia hati-hati. Blade hanya menggeleng, dirinya tidak melihat Luke seharian ini dan baru melihatnya pulang tadi sore. "Aku tidak bertemu dengannya seharian ini, kecuali melihatnya pulang sambil menenteng dua ikat kayu bakar." Blade menunjuk kayu bakar baru di samping perapian. "Ada apa denganmu? Tak biasanya menanyakan lelaki itu." Xaviera hanya menggeleng menjawab pertanyaan Lavina. "Ada apa dengan lelaki beku itu? Setelah menjahiliku di sungai tiba-tiba dia bersikap seperti itu. Apa ada sesuatu yang tidak aku ketahui?" batin Xaviera. Tak lama Luke keluar dari kamarnya dengan baju yang telah ia ganti. Lelaki itu ikut duduk di dekat perapian karena udara malam yang semakin dingin. Bahkan para gadis masih sedikit menggigil karena dinginnya malam. Setelah dirasa matang, para gadis mengambil piring lalu meletakkan ikan bakar dan membagikannya pada yang lain. Xaviera hanya menangkap sedikit ikan, mungkin hanya sekitar empat belas ekor, tapi setidaknya itu cukup untuk mengganjal perut keluarganya malam ini. Semua orang makan dalam diam sampai akhirnya Luke berbicara. "Besok aku akan berburu untuk sarapan sekaligus makan siang kita." Setelah itu pergi karena piringnya telah kosong. Semua orang yang ada di sana hanya acuh, Luke memang sedingin itu, maka dari itu keempat kakak Xaviera tak terlalu menyukai kepribadiannya. Namun, Xaviera tidak. Gadis itu bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda di dalam diri Luke. Jadi ia memutuskan untuk menyelesaikan makannya dengan cepat dan menyusul Luke. Lelaki itu pergi ke belakang rumah sendirian di udara dingin seperti ini membuat Xaviera jadi penasaran dan mengintipnya. Luke tak melakukan apa pun yang terlihat mencurigakan sedari tadi, bahkan Xaviera sudah lelah mengamati lelaki itu yang hanya berdiri diam sambil memainkan air di tangannya. Gadis itu akhirnya memutuskan untuk keluar dari persembunyiannya dan berjalan setenang mungkin ke arah Luke. "Apa yang kau lakukan di sini?" Pertanyaan yang muncul tiba-tiba dari Luke mengejutkan Xaviera. "Harusnya aku yang bertanya padamu. Kenapa kau memilih berdiri di luar padahal udara sangat dingin?" Bukannya menjawab, Luke malah melemparkan air di tangannya yang sekejap menjadi es karena dinginnya udara. Xaviera dengan sigap menghindar dari es yang runcing tersebut. Ia menggunakan kekuatannya menarik dan mengikat tangan Luke menggunakan sulur yang telah dilapisi sihir. Gadis itu mendekat ke arah Luke dan menatap tajam. "Jujurlah padaku, Luke." Lelaki itu tak bersuara. "Kenapa kau menyerangku dengan panah beracun itu?" Tubuh lelaki itu menegang ketika Xaviera menanyakannya. "Jika kau jujur kali ini, aku akan memaafkanmu dan akan melupakan kejadian ini. Aku tidak akan pernah membocorkannya pada keempat kakakku," lanjut gadis itu. Luke masih bergeming sambil berusaha melepas ikatan di tangannya. "Percuma saja, kau tidak akan bisa melepas ikatan itu. Jadi apa alasanmu menyerangku hari ini? Aku tahu kau adalah orang terakhir yang keluar dari rumah." to be continue

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
9.1K
bc

Romantic Ghost

read
162.5K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.5K
bc

Time Travel Wedding

read
5.4K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.4K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
4.0K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook