bc

Hand Magic from you

book_age18+
2
FOLLOW
1K
READ
billionaire
dark
HE
arrogant
heir/heiress
bxg
surrender
like
intro-logo
Blurb

Tawa dan sindiran menyergap segala penjuru hingga membuat semua anggota badan bergetar untuk melakukan gerakan. Sosok pria yang berdiri di depan panggung terlihat berwajah tenang. Sekali lagi dunia tidak adil tercermin dari gerakannya yang anggun bak pahlawan perang.

Santanael menarik langkahnya ke arah berlawanan dari niat semula. Di katakan masa lalu pernah bersamanya tapi takdir dan nasib tidak berpihak padanya.

Pergi merupakan pilihan terbaiknya.Pria itu tak lain adalah Kepala Pelayan, ayah tirinya. Matanya berkilat menyebabkan suasana ramai berubah sunyi.

"Dia datang."

Santanael tidak menyadari telah menjadi target untuk kedua kalinya. Awan-awan bergerak menutup langit dengan warna gelap. Hujan turun perlahan-lahan membuat kalang kabut sebagian orang.

Apakah kali ini , Kepala Pelayan mendapatkan wanita yang sejak mula diinginkan ataukah takdir dan nasib berbalik untuk melawannya?

Note.

(di sarankan untuk membaca Cross Line terlebih dahulu.)

chap-preview
Free preview
Peti Mati
Angin bertiup kencang di halaman kuburan yang berada di belakang rumah mewah keluarga Van de Blue. Beberapa orang menunduk penuh ketenangan di sertai isak tangis dari beberapa orang yang mengenal dengan kebaikan diberi. Suara pemuka agama terlontar penuh makna menutup semua acara kematian yang di selenggarakan. Tanah di buang ke dalam lubang yang berisi peti mati berwarna hitam dengan ukiran mawar di semua sisinya. Suara-suara ketidakpastian apakah hari ini atau esok menjadi giliran untuk mati. Kepala Pelayan mendengus dingin mendengar kalimat yang bernada penuh simpati. "Tuan..." Kepala Pelayan diam mematung menatap kejauhan. Hatinya mencari satu persatu seseorang yang di kenalnya di masa lalu. Namun, tak ada bayangan darinya. "Tuan, waktunya hampir selesai." "Tunggu sebentar." "Tapi...hujan akan datang." Satu tangan menahannya untuk berkata-kata lebih lanjut. Orang-orang mulai maju untuk memberikan penghormatan terakhir hingga satu sosok yang di kenalnya muncul. Wajahnya tertutup oleh masker, pakaiannya terlihat rapat tanpa celah untuk di ketahui dan langkahnya terlihat lambat. "Ibu..." Suaranya berhembus memasuki celah rongga telinga Kepala Pelayan seakan ada air yang menyirami kehidupan yang terlupakan. "Kamu datang." Sosok tersebut tidak melihatnya atau mengatakan sesuatu. Ia hanya meletakan bunga mawar di atas tanah yang menutupi lubang lalu berbalik pergi. "Santanael..." Kepala Pelayan hendak mencegahnya pergi tetapi, salah satu pelayannya bergegas menghentikan. "Tuan, waktunya penutupan." Suara-suara sumbang perlahan-lahan terdengar, Kepala Pelayan terpaksa menghela nafas panjang untuk menenangkan diri. Terdengar suara pemuka agama mengatakan sesuatu lalu meminta pihak keluarga untuk melakukan penghormatan terakhir. Kepala Pelayan berikan kata-kata terakhir untuk peti mati yang tertutup tanah sebagai penghormatan. "Untuk istriku, beristirahat lah dengan tenang di tempatmu. Aku akan baik-baik saja di masa depan karena aku akan melakukan apa yang aku pikir salah ternyata itulah kebenaran." Semua orang berpandangan satu sama lain dengan spekulasi di kepala masing-masing. Ada apa ini? bukankah Kepala Pelayan terkenal pemuja istrinya hingga tak terhitung banyaknya artikel tentang kebahagiaan mereka berdua hingga di sebut sebagai pasangan paling mencintai di seluruh penjuru kota. Santanael memandang dari kejauhan dengan tangan berkeringat. Masa lalu dimana ibunya berjuang mendapatkan haknya lalu menikahi pria di depannya dan ia terpaksa memutar arah kehidupan yang berujung penyesalan. "San, kita harus pergi." "Ya...ya!" Kakinya berbalik cepat meninggalkan kuburan keluarga Van de Blue. Santanael tidak ingin mengingat sedikitpun setelah kematian anak dalam perutnya. Masa lalu tidak bisa di putar ulang. Kepala Pelayan mengerutkan keningnya melihat kecepatan kepergian Santanael. Ia sangat tidak menyukai hal ini. "Cari tahu dimana dia tinggal sekarang." Tanpa jawaban dari orang di belakang, Kepala Pelayan pergi diikuti para tamu kembali ke arah rumah mewah keluarga Van de Blue. Keramaian dalam suasana berkabung menjadi kebahagiaan sebagian orang yang berhasil masuk dalam daftar keluarga Van de Blue. Kepala Pelayan meminum gelas wine dengan wajah muram. Tak satupun orang datang memberi penghiburan. Auranya yang dingin menyebabkan ketakutan bagi orang-orang yang mengenalnya maupun tidak. "Bagaimana?" Pelayan di belakang bergeser mendekati, "Kami masih belum bisa menemukan datanya tapi, tuan Gospar sudah menikah kedua kalinya dengan wanita berasal dari dunia bawah." Gelas berisi wine di goyang sesaat sebelum di sesap, sejumlah pikiran merasuk tanpa bisa di hentikan. "Apakah mereka bercerai?" "Tiga empat tahun lalu bercerai di kota S. Masalah sebab dan akibat belum di ketahui secara pasti namun, ada berita kematian anak nona Santanael menjadi pemicunya." "Anak?" "Benar, anak yang berada dalam kandungan. Anak tersebut belum sempat lahir." Kepala Pelayan sekali lagi mengerutkan keningnya hingga wajahnya terlihat datar. Ia berusaha mengingat di masa lalu namun, tidak ada bayangan satupun tentang anak yang di katakan. "Apakah istriku mengetahuinya?" "Ini... kami masih mencari tahu lebih lanjut." "Cari sampai dapat dimana Santanael tinggal sekarang dan apa yang terjadi dengannya." "Baik tuan." Kepala Pelayan bergerak pergi ke arah lantai dua, di tangannya masih memegang gelas berisi wine. Arah yang di tuju merupakan tempat dimana ia dan istrinya sering menghabiskan waktu bersama selama pernikahan. Pintu dibuka perlahan, bau harum dan anyir memasuki rongga hidung dengan kuat. Terlihat berantakan dan tidak enak di lihat. Kepala Pelayan meminum isi gelas dengan kemarahan meluap menghampiri. Ia berdiri di tengah ruangan kamar. Matanya menatap marah pada tempat tidur di depannya. "Kamu berbohong padaku!" Suaranya terdengar dingin. Kepala dimiringkan seperti menangkap bayangan tubuh istrinya yang terbaring lemah di atas tempat tidur. "Apakah kamu suka dengan peti mati yang aku berikan untukmu?" Satu pertanyaan lolos dari bibirnya seakan menjadi penanda ketidakpuasan yang terjadi. Namun, tak seorangpun menjawabnya. Kepala Pelayan bergerak meletakan gelas di atas meja lalu membuka pintu balkon yang menghadap jalanan luas. "Dia sudah datang, apakah kamu tahu itu atau kamu berpura-pura tak tahu?" Peti mati telah di tutup rapat oleh tanah. Kepala Pelayan merasa ada sesuatu yang hilang dalam hatinya yaitu penjelasan dari istrinya. Mata terpejam mengingat momen saat terakhir. "Kamu bahkan bisa berbohong dengan mata tertutup. Apakah pernikahan kita adalah lelucon untukmu?" Tak ada jawaban. Kepala Pelayan merasa kemarahan menurun tanpa sebab ketika membuka matanya. Awan-awan gelap berdatangan menutupi Langit dengan arogan. Senyumnya muncul dengan sendirinya. "Santanael, lari lah sejauh-jauhnya. Jangan biarkan aku mendapatkan kamu untuk kedua kalinya," bisiknya pelan di tengah hujan yang mulai turun. Petir dan kilat bermunculan berikan penjelasan yang diinginkan sebagian orang untuk melupakan masa lalu. Jika air hujan bisa melenyapkan ingatan sebuah kenangan maka ribuan kenangan bisa terhapus. Mobil melaju dengan kecepatan sedang melintasi jalanan berdebu. Santanael memandang rumit pemandangan kering melalui kaca jendela mobil. "Kamu masih mengingatnya?" "Al, diam lah." "Kamu harus menjauhi pria itu, San." "Dia ayahku." "Tapi karena pria itu, kehidupan pernikahan kamu berantakan." "Tidak apa-apa. Gospar sudah bahagia bersama lainnya." "San?" "Ya?" "Apakah ibumu tahu keadaan sesungguhnya tentang pernikahan kalian?" "Tidak. Aku tidak ingin membicarakan." "San?" "Tolong Al, aku sangat lelah." Santanael memejamkan matanya, gestur badannya di buat seolah-olah lelah yang berkepanjangan. Alvian Kato mengeluhkan umpatan sepanjang jalanan di depan matanya. .... Gospar membaca artikel dalam ponselnya, "Apa yang kamu baca sayang, cepatlah makan sebelum dingin," kata Madgalea di sampingnya. Piring berisi roti bakar bercampur selai tanpa bentuk menjadi pemandangan yang menjijikan di mata Gospar. "Tidak ada." "Aku menonton berita di televisi ibu mantan istrimu telah meninggal. Mengapa kamu tidak mengunjunginya untuk berikan penghormatan terakhir?" "Tidak ada waktu." "Sayang?" Gospar memasukan ponsel ke dalam saku celananya, "Urus kandungan mu lebih dulu, aku tidak ingin ada masalah." Madgalea tersenyum lebar mendengar itu, piring di geser ke arah Gospar. Tak ada kata-kata selain suara gesekan sendok beradu dengan piring.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Time Travel Wedding

read
5.4K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.4K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
9.0K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.5K
bc

Romantic Ghost

read
162.5K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
3.8K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook