bc

BIG MOMMA

book_age16+
2.1K
FOLLOW
25.9K
READ
one-night stand
sensitive
CEO
single mother
comedy
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

21+

Harap bijak dalam memilih bacaan!

Gemintang begitu takut sendirian. Dia takut tidur dalam kegelapan. Dia enggan tinggal sendirian di ibukota. Dia berharap ada satu bahu tuk bersandar.

Namun semuanya makin sulit saat tak ada secercah harapan akan datang masa dia dipinang, memiliki teman berbagi ranjang, dan ya ... sedikit pelepasan. Maksudnya teman curhat dunia-akhirat.

Meski berkeras dia sanggup hidup melajang, Gemintang harus terima kepahitan melihat pria yang diidamkan menggendong momongan. Begitu pun teman-temannya. Mereka bahagia dan?perlahan namun pasti?akan melupakannya.

Maka di sinilah Gemintang akan membuat sebuah revolusi besar akhir tahun. Perubahan si Fatty menjadi...

Oups, I won't tell you hihihi (? ?? ?)

chap-preview
Free preview
1
Gemintang menarik selimut merapat, menutupi area pribadinya yang terbuka. Deru napasnya masih tak beraturan, meski aktivitas panas itu telah berlalu setengah jam. Salahkan lemak-lemak di seluruh badannya yang memengaruhi kestabilan fungsi kerja organ dalam. Otaknya yang sama lamban dengan badan masih terlena me-reka ulang tiap-tiap sentuhan yang dirinya bagi bersama... eum, siapa nama pria ini? Gemintang menoleh pada pria tampan yang terlelap di sisinya. Pria itu tidur tengkurap dengan posisi pipi kiri menempel bantal, menyebabkan mulutnya sedikit terbuka oleh himpitan pipi. Benar-benar menghancurkan imej yang ditemui di club dan setengah jam lalu menggagahi Gemintang. Oh my, Gemintang menarik selimut hingga batas hidung. Malu bukan kepayang pada satu keputusan ekstrem yang sudah dia lakukan. Pergi ke club bukanlah termasuk pengalaman pertama. Namun memasukkan bubuk sialan ke dalam minuman seorang pria asing dan berakhir di kamar hotel inilah yang dimaksud keputusan ekstrem. Jika Galih tahu apa yang sudah dilakukan kakak perempuannya malam ini, dia yakin Galih akan sukarela memenggal kepalanya hidup-hidup. Begitu pun jika Peony tahu akibat lelucon kemarin sore, oh Gemintang tak sanggup membayangkannya. Peony akan lebih mengerikan daripada seekor serigala liar yang kelaparan. Lagi, Gemintang menatap pria di sebelahnya. Beberapa asumsi positif coba dia sematkan dalam benak. Hal yang terlintas ialah menggeledah isi dompet pria itu. Gemintang bersusah payah berdiri dan berjalan tertatih dalam kondisi telanjang bulat menuju kamar mandi hanya untuk mengambil bathrobe, yang kemudian dikenakan menutupi badan polosnya. Wanita lain mungkin memilih menggunakan kemeja bekas pria yang terhempas di lantai. Masalahnya size Gemintang jauh dari standar. Yang ada dia akan merobek kemeja itu seperti adegan Bruce Banner berubah menjadi Hulk. Gemintang mengambil celana dasar yang teronggok di tepian kasur, nyaris menjadi keset di lantai. Dia mengeluarkan dompet kulit tipis dari saku belakang. Awalnya dia tertegun menemukan beberapa kartu berlogo bank. Fokus! pikirnya. Benda yang dia cari ketemu, sebuah kartu pengenal. “Nggak, gue nggak perlu tahu siapa dia,” tegas Gemintang pada dirinya sendiri. Dia kembali memasukan kartu itu ke dalam dompet. Membiarkan data si pria tetap sebagai misteri. Gemintang melirik pria yang masih pulas di ranjang. Punggung lebar pria itu akan diingat dalam benaknya. Orang pertama yang berhasil memberinya 'pengalaman baru'. “Terima kasih, orang asing,” gumam Gemintang. Dia mengembalikan dompet kulit pada tempatnya semula. Matanya mengitari kamar hotel kemudian berhenti pada ponsel miliknya yang tergeletak di atas sofa. Gemintang mengambil benda itu dan mengecek waktu. Pukul tiga dini hari. Matanya mendapati banyak pesan dan panggilan masuk dari Galih. Bibirnya mengerucut menerka Galih senewen karena dia tidak merespons satu pun pesan dan panggilan itu. Dia memilih duduk di sisi ranjang, menikmati pesona kekanakan dari si pria sebelum tiba waktunya dia pulang. Setidaknya beri waktu setengah jam bagi Gemintang memuaskan diri menatap pria yang telanjang di balik selimut hotel. ・・・ “Galih bawel banget nelepon gue pagi buta,” keluh Peony saat Gemintang tiba di kubikel mereka yang bertetangga. “Galih pedekate sama lo?” “Ogah sama celeb cabe-cabean gitu.” Peony bergidik ngeri mengingat betapa banyak fans ababil Galih. Padahal Galih tergolong aktor berusia dua puluhan tetapi penggemarnya kebanyakan dedek gemes. “Dia nyariin kakak kesayangannya.” “Nyari gue?” Gemintang menunjuk dirinya sendiri, merasa bodoh atas kabar yang didengar. “Lo nggak ada di kost. Dia telepon nggak diangkat. Parno adek lo. Lagian lo kemana nggak pulang semalam?” cecar Peony sambil memakan bubur ayam ekstra seledri kesukaannya. “Gue main ke tempat teman. Nggak tahu Galih nyariin.” Gemintang melarikan pandangannya pada stoples astor di atas meja dan berusaha menutupi kekhawatirannya. “Bukannya ngomong. Gue yang kena semprot.” Peony meletakkan sendok plastik yang dia gunakan lalu menyodorkan Styrofoam yang berisi setengah porsi bubur. “Mau makan nggak?” Begini cara Peony menawarkan perhatian pada temannya. Tidak ada kata manis, melainkan tindakan. “Boleh,” sahut Gemintang sumringah menerima bubur ayam yang aromanya lezat. Peony patut bersyukur memiliki teman seperti Gemintang yang selalu menghabiskan sisa makanannya. Maklum lambung Peony kecil. Sebaliknya, Gemintang selalu was-was ditawari makanan oleh Peony. Lambungnya sering berkhianat, disuruh diet malah melawan perintah otak dengan menerima segala makanan yang disodorkan. Maka beginilah mereka tampak di muka umum. Persahabatan si gajah dan si semut. Persahabatan Gemintang dan Peony, si gemuk dan si kurus. “Temen lo yang mana yang lo datangi semalam?” tanya Peony santai sembari menyalakan komputer. “Teman satu tempat kursus,” bohong Gemintang di sela kunyahan makan. Dia tidak kenal pria yang tidur bersamanya semalam. “Oh.” Peony tidak memandang Gemintang. Dia tidak tahu Gemintang telah berbohong. Matanya tengah terfokus pada rentetan tabel excel yang perlu dia selesaikan hari ini. Gemintang bersyukur akan hal itu. Peony tidak seribet Galih, tetapi Peony tetap Peony yang akan dengan mudah mengungkapkan isi pikirannya tanpa dua kali penyaringan. Dalam hal ini, sama besar potensi mengganggu Gemintang. ・・・ Gemintang duduk di kursi bis TJ yang sepi. Dia merogoh ponsel dalam tas tangannya dan mendapati jam digital menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Pantas dia kebagian duduk. Ketika dia mengamati tanggal yang tertera di layar ponsel, dahinya mengerut dalam. Ada sesuatu yang salah. Dia membuka aplikasi kalender dan menganga menatap satu bulan ini bersih dari simbol bunga yang sering dia sematkan sebagai pengingat periode menstruasi. Gemintang nyaris tak pernah absen menandai siklus kewanitaannya karena itu akan memengaruhi jadwal belanja pembalut di bulan berikutnya. “Baru lewat sebulan, biasa itu,” gumam Gemintang. Dia terkekeh sendiri, menyebabkan tiga penumpang dan petugas bis meliriknya aneh. Everything is fine, rapalnya dalam hati.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.3K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.2K
bc

MANTAN TERINDAH

read
7.0K
bc

Rewind Our Time

read
161.6K
bc

HYPER!

read
559.4K
bc

SEXRETARY

read
2.1M
bc

Yes Daddy?

read
798.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook