Pergi

1087 Words
Inoe menarik Emerald yang nampak tak memiliki jiwa. Lalu menyuruhnya duduk di ruang tunggu tempatnya praktek. Kebetulan Inoe sudah tidak memiliki janji dengan pasien. Nyatanya profesinya sebagai dokter kecantikan acap kali membuatnya tak memiliki waktu karena banyaknya pasien. "Kau sangat mengerikan Emey, bagaimana bisa kau menjadi seperti ini?" tanya Inoe yang shok melihat Emey seperti ini. Emerald pun menangis melepaskan rasa sakit di dadanya akibat masalah rumah tangga yang ia hadapi. Mengetahui jika sang suami tidak mencintainya adalah hal yang sangat menyakitkan. Apalagi Edward mengakui secara langsung jika ia tidak mencintainya dan menikahinya hanya karena paksaan dari ibunya semata. Meski semua ucapan menyakitkan dari Edward sudah ia terima, tapi Emerald sama sekali tidak ingin bercerai dengan Edward. Walapun Emerald juga sudah tahu jika Edward menjalin hubungan dengan wanita lain. Istilah kegilaan cinta cocok disematkan pada Emerald. Apapun yang ia rasakan dan apapun yang ia derita masih tetap tidak membuat Emerald menyerah. Ia bertahan dan masih berkutat pada harapan yang sangat jauh dari kenyataan. Di masih membohongi diri sendiri dan yakin jika suatu saat nanti Edward akan mencintainya. Namun ia tidak berani menetapkan batas penantiannya. Sebab itu tandanya jika ia mengaku kalah. "Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan Inoe... apa cintaku ini salah hiks, apa aku salah mencintai seseorang hiks. Andai saja dia tidak menikahiku maka aku tidak akan seperti ini. Aku pasti akan memendam perasaanku padanya tanpa mengharapkan apapun... hiks." Emerald, seorang dokter yang berpotensi menjadi lemah hanya karena masalah cinta. Dia yang selalu membantu pasiennya tengah hancur akibat masalah rumah tangga. "Kau harus kuat Emey. Sampai kapan kau akan seperti ini. Apa yang bukan milikmu tak akan pernah jadi milikmu dan apa yang akan menjadi milikmu tak akan bisa dimiliki orang lain." Emerald menutup matanya karena tahu jika sudah tak ada lagi harapan untuknya dalam mempertahankan pernikahan ini. "Tapi aku mencintainya Inoe. Aku sangat mencintai suamiku hiks..." ratap Emerald di pelukan sahabatnya. Inoe tahu jika Emerald menyukai Edward sejak dia sekolah menengah. Namun kala itu Edward sudah memiliki kekasih yaitu Karen yang kini kembali menjalin hubungan dengan Edward setelah dia putus dari pacarnya yang merupakan pria Perancis. 'Kasihan Emey,' batin Inoe. Seandainya saja pria Perancis yang bernama Johan itu tidak memutuskan hubungan dengan Karen pasti Edward tidak akan menjalin hubungan dengan Karen saat ia masih menjadi suami Emerald. "Tapi cinta tidak harus memiliki Emey. Jika kau mencintainya maka kau harus rela dia berbahagia bersama dengan wanita lain yang membuatnya bahagia. " "Semua ini karena Karen. Padahal kami sebelumnya baik - baik saja hiks dia lah yang merusak hubunganku dengan Edward. Dia jahat..." Inoe memang tahu benar jika apa yang dikatakan oleh Emerald ada benarnya. Wanita itu pasti melihat jika Edward berkilau dengan benda mewah sehingga rela menjadi wanita simpanan. Jadi bagaimana jadinya jika Edward tidak lagi memiliki semua yang ia banggakan? "Jika kau mau membalas dendam pada Karen maka kau harus mencabut alasan kenapa Karen menginginkan Edward. Dia hanya menginginkan kemewahan yang keluargamu berikan pada Edward," jelas Inoe. Emerald menoleh ke arah Inoe. Ada keyakinan yang ia tunjukkan padanya. Inoe melihat mata sahabatnya yang berwarna hijau jamrud yang cantik itu bengkak. Kini ia juga memiliki pertanyaan yang sama dengan orang - orang di sini, apa kurangnya Emerald sehingga Edward menolak mencintai sahabatnya ini. Sahabatnya cantik, dokter yang cerdas dan kaya. Karen bahkan tidak bisa dibandingkan dengan Emerald. 'Pasti Edward sudah lumpuh mata dan hatinya,' batin Inoe. Emerald menoleh ke arah Inoe yang yakin. "Bagaimana bisa aku membalasnya? Mereka saling mencintai. Aku yakin walaupun Edward jatuh miskin maka Karen akan meninggalkannya. Aku mengenal Karen dengan baik." Emerald terdiam dan masih mendengarkan nasehat dari sahabatnya dengan seksama. "Pada saat Karen menyerah pada Edward, aku yakin Edward akan kembali padamu. Aku yakin itu." Akhirnya Emerald menemukan harapan untuk mendapatkan Edward. Mundur selangkah untuk maju beberapa langkah harus ia tempuh agar bisa mendapatkan suami yang sangat ia cintai. Oleh karenanya Emerald pun mengusap wajahnya dan mulai menelpon pengacara. "Aku mengerti Inoe. Aku akan melakukan apa yang kau sarankan." Inoe mendesah lega saat Emerald setuju dengan sarannya. Dia pun berniat memberi Edward pukulan menyakitkan pada harga diri dan mentalnya. Pria yang lupa kulitnya itu memang harus diberi pelajaran agar tidak lagi meremehkan Emerald. Inoe yang merupakan kakak ipar sekaligus sahabat Emerald tidak akan membiarkan Edward dan juga Karen bahagia di atas penderitaan Emerald. "Untuk sementara kau urus perceraian mu. Langkah selanjutnya untuk membalas dendam pada Karen maka serahkan padaku, okey?" Emerald yang masih meneteskan air matanya mengangguk. Dia sekarang memang tidak bisa melakukan apapun selain menurut pada Inoe. *** Malam hari pun tiba, Emerald pulang di rumah dan menunggu kedatangan suami. Dia memasak makanan yang mungkin saja akan terakhir kali ia lakukan untuk suaminya. "Kuharap setelah dia tahu aku menerima perceraian ini, Edward mau memakan masakanku." Sayangnya Edward hari itu datang terlambat yang membuat Emerald jatuh tertidur di atas meja. Sayangnya meskipun dia memiliki niat baik seperti itu, Edward masih enggan memberinya kebaikan dengan memindahkan Emerald ke ranjang. Edward hanya meninggalkan Emerald yang tertidur begitu saja dan tidur di ranjangnya sendiri. "Sampai kapan kau akan keras kepala seperti ini? Kau membuatku menjadi orang jahat, " gurutu Edward di kamar. Sesuai dugaannya hidup bersama Karen adalah yang terbaik. Dia mampu memuaskan kebutuhan lahir dan batin dirinya. Sayangnya ia masih harus pulang ke rumah istri sahnya dan mendapati jika sekali lagi wanita itu menyia - nyiakan makanan karena mengharapkan dirinya memakan masakan yang ia masak. "Ah biarlah..." Edward pun tidur di ranjang dan langsung terlelap. ... Esok hari tiba, Emerald yang tertidur di meja pun terbangun. Dia melihat makanan yang ia masak menjadi basi. Yang akhirnya membuatnya harus membuang makanan itu. Emerald pun mendesah, dia sekali lagi memasak untuk sang suami. Kali ini dia hanya masak sandwich isi telur dan ham. Begitu ia berbalik, Edward nampak akan pergi dari rumah. "Sarapan dulu," ucap Emerald. "Emey..." "Ini terakhir kali karena aku akan menandatangani surat perceraian denganmu." Ucapan Emerald menarik perhatian Edward. Dia menatap istrinya lamat - lamat dan menyadari jika ada kertas di meja yang merupakan surat dokumen perceraian. Dengan rasa bersalah dia melangkah ke meja makan dan mulai memakan sandwich yang dimasak istrinya. Dan untuk pertama kalinya Emerald menangis terharu karena melihat suaminya memakan makannanya. Emerald segera memalingkan wajahnya agar tidak ketahuan menangis. "Kau boleh datang kapanpun untuk mengambil pakaianmu," ucap Emerald. "Terima kasih dan maaf." Itulah kata - kata yang bisa diucapkan Edward setelah dua tahun pernikahannya. Dia meninggalkan rumah dengan membawa surat cerai yang sudah ditanda tangani oleh Emerald. Dia juga meninggalkan seorang istri yang mencintainya dan menangis karena merelakan ia bersama dengan gadis yang ia cintai Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD