2.

1374 Words
Karena diam itu emas. Maka aku memilih untuk diam. Diam-diam menyukaimu. Diam-diam mendoakanmu. Bahkan diam- diam memimpikanmu. (Loss of Destiny) --------------------------------------------------- Hari ini setelah istirahat, Hyunmi bolos seharian penuh. Ini semua karena pria lucu menyebalkan bernama Jeon Jungkook. Setelah menghabiskan tiga setengah jam penuh di rooftop sekolah,Jungkook meminta Hyunmi menemaninya bermain basket. Awalnya Hyunmi menolak ajakan tersebut, tapi bukan Jeon Jungkook namanya jika ia tidak bisa membujuk Hyunmi. Alhasil, setelah mengeluarkan jurus andalannya, Hyunmi mau menemaninya bermain di lapangan basket.  Jungkook itu murid nakal, sering bolos sekolah,sering terlambat, tidak pintar dan tidak bodoh, suka mencari masalah dengan sunbae-nya. Ya, semacam badboy. Kalian pasti bingung, kenapa pria seperti Jungkook bisa digilai banyak wanita,kan? Jawabannya ada pada wajah tampan pria itu. Jungkook juga memilik suara yang merdu dan mampu membuat wanita mana saja meleleh saat mendengar dia bernyanyi. Ah, satu lagi. Jungkook juga terbilang pandai dalam bermain basket. Meskipun tidak menjadi kapten basket, Jungkook tetap menjadi point penting dalam tim. "Duluan saja, aku membeli minum sebentar." Hyunmi mengisyaratkan pada Jungkook agar pria itu menuju lapangan basket tanpa dirinya. Jungkook hanya mengangguk dan meninggalkan Hyunmi di koridor dengan sedikit berlari. Setelah punggung Jungkook menghilang di balik dinding, Hyunmi berjalan menuju kantin. Suasana saat ini sangat sepi. Bahkan, Hyunmi dapat mendengar langkah kakinya dengan jelas. Berbeda dengan di koridor, di kantin suasananya cukup ramai. Ada beberapa siswa yang sepertinya sedang membolos bersama teman-temannya. Meskipun sekolah ini adalah sekolah terbaik, tetap saja masih ada siswanya yang berandalan. Setelah membeli sebotol air mineral, Hyunmi kembali berjalan menuju lapangan basket outdoor di belakang sekolah. Ia melangkah begitu pelan, seakan apa yang sedang di pijak nya adalah sebuah kayu rapuh, dan jika tidak berhati-hati,maka ia akan jatuh ke dalam lubang yang dalam. Tinggal beberapa langkah lagi, Hyunmi akan sampai di lapangan basket. Gadis itu berhenti sejenak dan menghela napas sedikit. Rasanya terlalu sakit untuk datang ke sana. Seperti membuka luka lama kemudian disirami sebotol cuka hingga habis, begitu perih. Tapi, Hyunmi harus tetap pergi. Ia sudah terlanjur janji pada Jungkook. Apapun yang akan terjadi nantinya, apapun yang akan Hyunmi ingat nantinya, biarkan saja. Ia harus terbiasa dengan semua itu. Hidup harus terus berjalan kan?  Akhirnya, setelah mengumpulkan keberanian yang cukup,Hyunmi kembali berjalan ke arah lapangan basket. Matanya menangkap pemandangan berbeda di bandingkan beberapa menit yang lalu. Sinar matahati yang terik membuat udara semakin panas. Sepertinya, Seoul mulai memasuki musim panas. Di tengah lapangan, ada beberapa siswa laki-laki yang tengah fokus bermain basket, salah satunya Jungkook. Meskipun cuaca sangat panas, mereka tetap semangat bermain. Seketika, sekelebat bayangan itu kembali muncul di otaknya. Hari yang paling Hyunmi benci dan suka secara bersamaan. Tanpa sadar, Hyunmi meremas ujung roknya begitu kuat hingga menimbulkan bekas. Tak ingin berlama-lama dengan bayangan menyeramkan itu,Hyunmi berjalan menuju segerombolan fans tim basket yang sedang berteriak histeris di ujung lapangan. Ia tidak ingin masuk ke dalam lapangan dan duduk bangku penonton, itu pasti akan membuatnya semakin di benci oleh fans Jungkook karena tau menemani Jungkook bermain basket. Walaupun,nantinya akan sama saja. "Jeon Jungkook!" "Min Yoongi!!" "Kim Taehyung!!" "Song Jung Joon!!" "Park Haneul!!" "Oppa!! Sarangahe !" Baru saja sampai, telinga Hyunmi terasa akan pecah saat mendengar teriakan gila gadis-gadis ini. Padahal, apa yang akan mereka dapatkan jika berteriak seperti itu? Menghabiskan tenaga saja! Sepuluh menit berdiri di antara gadis-gadis aneh ini, cukup membuat Hyunmi harus memeriksa telinga nya ke rumah sakit.  "Aaa!!! Yoongi oppa!! Aku iri!!" Hyunmi hampir saja terjatuh saking terkejut akibat teriakan seorang gadis di sampingnya. Beberapa detik kemudian, teriakan seorang gadis tadi berubah menjadi jeritan histeris sekumpulan gadis. Bisa kalian bayangkan? Ini seperti berada diantara sekumpulan mayat yang sedang meronta kesakitan di dalam neraka. Teriakannya!! Ya Tuhan!! Entah kenapa, mata Hyunmi seakan tertarik untuk melihat pemandangan apa yang membuat para gadis ini berteriak begitu histerisnya. Dengan pelan,ia mengarahkan pandangannya mengikuti pandangan gadis-gadis di dekatnya. Tepat setelah pandangan itu teralih ke sana, Hyunmi merasakan sesuatu meremas kuat jantungnya, ditarik hingga di lepas paksa. Tubuhnya membeku, ingin rasanya Hyunmi lari,tapi hatinya mengatakan jangan. Mata mereka bertemu. Mata gadis itu menyiratkan kebingungan yang besar . Sedangkan Hyunmi....ah, rasanya bahkan tak bisa di jelaskan. *** Di sinilah Hyunmi sekarang, berada di taman belakang sekolah bersama seorang gadis yang bahkan tidak begitu di kenalnya. Setelah kejadian tadi, HaNa mengajak Hyunmi ke taman belakang untuk berbicara berdua. Ah, kalian perlu tau. Dia, Park HaNa. Murid pindahan yang menjadi rival Hyunmi dalam prestasi di sekolah. HaNa berada satu tingkat dengannya, gadis itu pindah satu tahun lalu. Menurut Hyunmi, HaNa itu sempurna. Dia kaya, punya segalanya. Kasih sayang, sahabat, keluarga, semuanya yang tidak pernah Hyunmi miliki. HaNa itu murid pintar,dia bersaing dengan Hyunmi di bidang akademik. Jika Hyunmi mendapat peringkat pertama diantara teman-teman angkatannya,maka HaNa akan mendapat peringkat kedua, begitu sebaliknya. HaNa juga tidak sombong, dia dikenal sebagai gadis mulia berhati malaikat oleh siswa di sekolah ini. Bahkan HaNa pernah menolong Hyunmi saat gadis itu mencari kerja paruh waktu. "Ada apa HaNa~ssi??" Hyunmi akhirnya memulai pembicaraan duluan setelah mereka terdiam selama sepuluh menit. Jujur, ia tidak ingin berlama-lama di sini bersama HaNa. Bukan benci, hanya saja Hyunmi merasa kecil saat berhadapan dengan HaNa. "Mmm...aku...ingin bertanya." Terbesit keraguan dari ucapan HaNa barusan. Seolah apa yang akan di ucapkannya mampu menyinggung perasaan Hyunmi. Hah, gadis itu begitu sempurna. "Tanyakan saja." Sebisa mungkin Hyunmi membuat suara dan wajahnya tampak datar. "Apa... kau....menyukai... Yoongi?" Min Yoongi. Si kapten basket sekolah yang sama badboy nya seperti Jungkook. Tapi, Jungkook belum apa-apa jika dibandingkan dengan Yoongi. Jungkook masih bisa tersenyum dan lebih berekspresi, sedangkan Yoongi memiliki wajah datar dan terkesan dingin. Julukannya adalah 'Pangeran Es Berjalan'. Kenapa HaNa menanyakan hal tentang Yoongi pada Hyunmi? Jawabannya, karena pria itu adalah kekasih HaNa. Jadi, wajar saja jika gadis itu bertanya hal demikian. Tapi, kenapa harus Hyunmi? Entahlah. "Apa maksudmu?" Hyunmi kembali bertanya tanpa menjawab pertanyaan HaNa. Sedangkan gadis itu,hanya diam seribu bahasa setelah bertanya tadi. Perlahan,Hyunmi mulai paham maksud HaNa. Gadis itu menyangka jika Hyunmi menyukai Min Yoongi karena Hyunmi berdiri diantara gerombolan gadis yang meneriaki kekasihnya itu. "Aku paham sekarang. Kau salah, HaNa~ssi. Aku di sana karena menemani Jungkook bermain basket. Kenapa aku berdiri diantara gadis-gadis aneh itu? Karena aku tidak ingin masuk kedalam lapangan basket. Alasannya? Kau tak perlu tau sejauh itu." HaNa menatap Hyunmi dengan rasa bersalah. "Maaf kan aku, aku tidak bermaksud--" "Tak apa." Hyunmi menunjukkan senyum tipisnya pada HaNa. Gadis itu merasa sedikit lega karena kecurigaannya tidak terbukti. "Sekali lagi maafkan aku, Hyunmi~ssi. Lagipula mana mungkin gadis pintar seperti mu mau dengan pria berandal seperti Min Yoongi itu?. Aku bahkan heran kenapa aku juga jatuh cinta dengannya. Ah~sudahlah. Kalau begitu aku pergi. Sampai jumpa" HaNa tersenyum. Untuk sepersekian detik, Hyunmi terdiam. HaNa terlihat sangat cantik dengan senyuman itu. Kadang, Hyunmi berpikir HaNa adalah wujud nyata lukisan Tuhan yang begitu sempurna. Setelah kepergian HaNa, Hyunmi tetap tidak bergeming dari tempatnya. Lima menit lagi, bel pulang akan berbunyi. Gadis itu memutuskan untuk tetap beristirahat di sini hingga jam pulang nanti. Lagi. Ingatan itu kembali berputar di kepalanya seperti kaset. Bayangan itu muncul lagi. Ah, sepertinya Hyunmi harus meminum obatnya lagi. Gadis itu mencoba menutup matanya perlahan. Berharap semuanya kembali hilang dan berjalan seperti semula. Kenapa rasanya sakit? Tanpa sadar, buliran bening jatuh mengenai pipi tirus Hyunmi. Makin lama, menjadi isakan kecil yang tertahan. "Aku..hiks...lelah....." Kata itu keluar tanpa ia sadari. Hyunmi ingin segera bangkit dari titik terendahnya saat ini. Tapi, keadaan yang memaksanya untuk tetap berada dalam lingkaran pesakitan itu. *** Setelah pulang sekolah, Hyunmi harus kembali di sibukkan dengan aktivitas kerja paruh waktunya. Gadis itu bekerja di sebuah restoran milik keluarga HaNa. Jika saja waktu itu HaNa tidak datang menawarkan bantuan padanya, mungkin sekarang Hyunmi sudah mati kelaparan. Beruntunglah, hari ini pekerjaannya lebih cepat selesai. Sehingga Hyunmi bisa pulang lebih awal dan mengerjakan pekerjaannya yang lain. "Sampai jumpa" Gadis itu membungkuk hormat pada beberapa orang pelayan yang ia temui. Ah,rasanya menyenangkan jika setiap hari selalu berjalan baik. Seharian ini, Hyunmi sudah minum obat penenang sebanyak dua kali. Ini adalah jumlah paling banyak yang pernah ia minum. Biasanya hanya butuh satu pil saja, maka dia bisa menenangkan dirinya lagi. Langit sore yang bewarna jingga itu menghiasi setiap langkah kaki Hyunmi. Butuh lima menit dari restoran menuju halte. Perjalanan singkat itu dihabiskan nya dengan gumaman kecil. "Hei." Hyunmi berhenti. Suara itu. Kenapa harus suara itu lagi yang dia dengar? Rasanya, setelah kejadian tadi Hyunmi benar- benar tak ingin mendengar suara bahkan melihat wajah itu lagi. "Hyunmi~ssi!" Suara lembut itu kembali menyeruak masuk ke dalam telinga Hyunmi bersama dengan langkah kaki yang semakin mendekat. Siapa pun!! Tolong Hyunmi! "Kau mendengarkanku, Hyunmi~ssi?" HaNa menepuk pelan pundak Hyunmi, membuat gadis itu tersentak kaget kemudian berbalik. Pemandangan pertama yang dilihatnya, bukanlah senyuman HaNa yang begitu indah. Tetapi, pada seorang pria yang berdiri dengan jarak yang tidak begitu jauh darinya. Pria yang sedang berdiri menghadap jalan. Pria dengan coat hitam miliknya. Pria yang mampu menggoyahkan pertahanan Hyunmi untuk kesekian kalinya. Pria yang mampu membuatnya tetap bertahan selama ini, Pria itu,, "Min Yoongi." TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD