CHAPTER 2

1512 Words
Tatiana masih setia menunggu mobil Damian keluar dari sekolah. "Gila uncle lo makin tampan aja." celetuk Sarah melihat Damian dengan tatapan kagum akan ciptaan tuhan. Tatiana menoyor sahabat nya itu. "Kalo yang ganteng aja langsung ngiler kaya liat pisang." cibir Tatiana. "Emang gue monyet, liat pisang langsung ngiler." protes Sarah. "Kemana si kutil, Samuel, Rio, Bastian, Paris sama Daniel?" tanya Tatiana menyebutkan satu persatu teman-teman seperjuangan soal kekoplakan. "Lo kaya ngga tau mereka aja, paling dikantin nemenin Daniel ngejarah makanan disana." jawab Sarah mengingatkan kelakuan teman nya yang tidak bisa jauh dari makanan. "Ckck!!!Tuh orang badan udah kaya lapangan bola masih saja makan terus." decak Tatiana. "Yukah.. Samperin mereka, siapa tau dapet gratisan dari Rio." Sarah menggandeng Tatiana pergi kekantin menghampiri temannya. "Sama yang gratisan aja langsung." cibir Tatiana. "Hehe.." kekehnya. "Ngga usah gandeng-gandeng. Emang mau nyebrang." gurau Tatiana. Sarah dan Tatiana pergi ke kantin sekolah. Benar saja, teman-temannya sedang asik mengobrol. Daniel dan Rio sedang asik makan bakso mang ujang, Paris sedang berdandan, ckck kalo dia emang ratunya dandan, Bastian sedang menggoda siswi junior, ' dasar kadal burik, kang kardus' Sedangkan Samuel sedang asik bermain ponsel. "Woy..." teriak Tatiana menggema memanggil temannya. Siswa dan siswi yang sedang berada kantin menoleh melihatnya aneh. Tatiana cuek tidak menghiraukan mereka, malah menantang dengan menaikan dagunya. " "Apa lo liat-liat." Sungut Tatiana kepada siswa dan siswi yang memandangnya aneh. "Woy kupret, makan ngga ngajak-ngajak." Tatiana merampas bakso milik Rio. "Punya gue woy.. Beli sendiri sana." Rio merampas kembali bakso miliknya. "Koret lu nyet." sungut Tatiana. "Eh, tar malem si Wella ngadain party ultah gitu." kata Sarah perihal acara yang Wela adakan. "Yeah... Pasti banyak cewek-cewek bergaun tipis." kata Bastian dengan semangat 45. "Sama yang tipis-tipis langsung melotot ampe ngiler. Dasar otak selangkangan." Paris mengeplak belakang kepala Bastian. "a***y lo, gue kan cuma mengagumi ciptaan tuhan, kan sayang kalo ga diliat. Jangan salahin gue dong. Mereka kan pake baju kurang bahan buat ditontoninkan?" alibi Bastian padahal omes' Sebenarnya ada benarnya juga perkataan Bastian. Dipakai untuk dilihat bukan? Jangan marah jika ada sesorang melihat berlebihan jika yang kalian pakai mengundang mata sesorang untuk dilhat. "Woy Sam nanti dateng ngga ke party ultah Wela." tanya Rio ke Samuel yang masih sibuk bermain ponselnya. Samuel mengangkat bahu cuek dan kembali memainkan ponselnya. "Gaya lo Sam, kek yang punya pacar aja soksoan sibuk maenin hp." Tiana merampas ponsel Sam. "Apaan si lo." kesalnya. "Lo mau ikut ga ke party ultah Wela." tanya Rio lagi ke Sam. "Terserah." jawab nya singkat. Tet...Tet....Tet.... Suara bel mengintrupsi para siswa dan siswi untuk segera masuk kedalam kelas, karena jam istrihat telah berakhir. Mereka pun berhamburan masuk ke kelas masing-masing. namun tidak dengan siswa yang terkenal dengan prestasi keluar masuk ruang BP. Siapa lagi kalau bukan Bastian dan Daniel yang masih santai memakan baksonya. "Lu ga masuk nyet?" tanya Tatiana. "Ogah ah, pelajaran bahasa inggris mending cabut." ucap Bastian santai. Daniel mengangguk mengamini ucapan Bastian. "Bahasa Indonesia gue aja masih di bawah rata-rata, soksoan belajar bahasa inggris." timpal Daniel dengan mulut penuh mie. "Serah lo dah." Tatiana Bastian dan Daniel. "Jam 7 gue jemput di rumah." teriak Bastian kepada Tatiana. Di kelas para murid sedang mengerjakan tugas yang diberikan guru bahasa inggris. Bukan mengerjakan soal yang diberikan, Tatiana hanya melamun. Ia memikirkan bagaimana cara agar dia bisa datang ke party ulang tahun Wella. Mengingat betapa ketatnya uncle Damian. 'Gimana caranya minta izin sama uncle pergi ke acara wela' batinnya bertanya. "Tatiana Jasmine Matthew, apa kau tidak mendengarkan ibu?Kalau tidak lebih baik keluar dari kelas." tegur guru bahasa inggris yang bernama Irma melihat Tatiana tidak merhatikan pelajarannya. "Terimakasih bu, saya memang sedang bosan." kata Tatiana tanpa rasa takut dan melanggang keluar dari kelas begitu saja tanpa memperdulikan tatapan bengis dari sang guru. Guru bahasa inggris hanya bisa mengelus d**a mempunyai murid seperti Tatiana. Ia juga tidak bisa berbuat banyak, karena keluarga Tatiana adalah donatur terbesar disekolah ini. Tatiana memilih pergi kekantin seorang diri ditemani jus avocado dan beberapa snack. Daniel dan Bastian sudah pergi entah kemana. Tatiana masih memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa keluar dari rumah. "Apa izin aja sama uncle Damian?Tapi ngga mungkin uncle Dami memperbolehkan aku keluar. Atau mungkin aku kabur saja lewat jendela. Tapi sama bodyguard dan satpam di depan rumah?" gumamnya mencari solusi terbaik untuk pergi. 'Arghh... Uncle Dami keterlaluan. memangnya aku tahanan apa mau keluar rumah aja susah' grutunya dalam hati saking frustansinya ia mengacak-ngacak rambutnya sendiri. "Rambut lo udah jelek, ngga usah diacak-acakin." kata Sam tiba-tiba datang merapihkan rambut Tatiana. "Lo ikut keluar juga." tanya Tatiana. "Bosen juga." jawab Samuel santai. "Lo ikut ke party Wella?" tanya Tatiana. "Ngga tertarik." jawabnya singkat. Sam ini berbeda dengan teman-teman Tatiana yang lain. Sifatnya lebih pendiam dan cuek. Berbeda dengan yang lain, cablak, tukang onar, berisik, ajaib dan absrak lainnya. Tatiana sebenarnya mengetahui kalau Sam menyukainya. Terlihat dari sikap diam terkesan cuek namun perhatian terhadap Tatiana. Tapi Tatiana lebih memilih berpura-pura tidak mengetahui perasaan Sam. Menurutnya itu lebih baik dari pada persahabatannya hancur karena terdapat cinta didalam pertemanannya. "Nanti ikut ke ultah Wella?" tanya Samuel kepada Tatiana. "Ngga tau bingung." jawab Tatiana jujur. "Kenapa?" tanya nya lagi. "Biasa bodyguard ganteng gue." jawab Tatiana sambil memakan cemilannya. "Mau?" Tatiana menyodorkan snacknya. Sam mengambil snack ditangan Tatiana. "Om lo?"tanyanya kesekian kali. "Yalah siapa lagi. Gue bingung gimana caranya biar uncle Damian ngijinin gue keluar. Tapi kayanya susah." ucap Tatiana pasrah. Ia tahu bagaimana kerasnya Damian menjaga Tatiana. "Bilang aja mau jenguk Fitri dirumah sakit. Dia kan emang dirumah sakit, tapi udah pulang katanya." kata Sam memberikan solusi. "Tumben lo pinter Sam." puji Tatiana berbinar. Akhirnya memiliki ide untuk keluar. "Cih! Gue emang pinter dari dulu kali." jawab nya percaya diri. "Ya, ya gue mah caya." ejeknya. ****** Sepulang sekolah pukul 16:15 Tatiana baru pulang sekolah karena ada bimbel. Ia dijemput oleh Dani sekertaris uncle Damian. "Uncle Dani, nanti kita ke kantor uncle Damian dulu ya." kata Tatiana kepada Dani sekertaris Damian. "Siap non." jawabnya sopan. "Uncle Dani, kenapa uncle Damian pakai sekertaris cowok bukannya cewek? Biasanyakan kalo CEO pakai sekertarisnya cewek cantik, bohai seksi gitu uncle kaya dinovel-novel." tanya Tatiana ngasal. Dani sekertaris uncle Damian tertawa mendengar pertanyaannya. "Saya tidak tahu non." jawabnya masih sambil terkekeh. "Apa jangan-jangan uncle Damian homo?Berati uncle Dani homoannya uncle Damian dong?" tanya Tatiana lebih ngaco. 'kalau uncle Damian beneran maho, pupus sudah harapannya.' Batin Tatiana. "Eh.. Saya masih normal non, sepertinya tuan Damian juga normal."jawabnya. "Oh..Tiana kira Uncle Dani sama uncle Damian pasangan maho. Syukur... Syukur masih ada harapan buat gue." katanya bersyukur apa yang dipikirannya itu salah. Tanpa sadar Dani mendengar celotehannya. "Apanya yang syukur non." tanya Dani mengagetkan Tatiana. "Ah.. Itu, y-ya kita bersyukur aja uncle Damian ngga homo." jawabnya gugup. "Oh..." Dani ber oh ria. Tatiana pun sampai di kantor uncle nya, dan langsung menaiki lift yang tersedia hanya untuk para petinggi, termasuk dirinya. Tatiana memasuki ruangan Damian. "Uncle.." teriak Tatiana saat sudah membuka pintu. Tapi sialnya Tatiana, ternyata diruangan tersebut sedang diadakan rapat. "M-maaf." ucapnya malu, Tatiana pun menutup kembali pintu ruangan dengan tertunduk malu. Ia memilih menunggu Damian dikantin kantor sampai Damian selesai dengan rapatnya. *** Tiga puluh menit sudah Tatiana menunggu Damian keluar, tapi yang ditunggu tidak muncul juga batang hidungnya. "Maaf, lama ya?" tanya Damian baru datang. "Udah tau nanya." kata Tatiana pura-pura marah. "Kita ke huka huka benta sekarang atau pulang dulu? Soalnya nanti uncle ada pertemuan dengan klien." tanya Damian mengingat janjinya mengajak Tatiana makan diluar. 'Ish si uncle, dasar ngga peka, orang lagi ngambek dibujuk ke gitu." batinnya sebal. "Kayanya ga jadi deh uncle. Emm.. Tiana juga kesini mau minta izin." katanya sedikit takut meminta izin. "Izin kemana?" tanya Damian. "Em.. Itu uncle Fitri baru pulang dari rumah sakit mau jengukin gitu." ucap Tatiana. Tidak ada jawaban dari Damian. Tatiana kembali pasrah tidak bisa ikut party bersama teman-temannya. dan kembali bergumul dengan selimutnya seharian. Saat Tatiana ingin bicara Damian lebih dulu memotongnya. "Tapi pulangnya jangan terlalu malam." kata Damian memperbolehkan Tatiana keluar. Dalam hati Tatiana bersorak senang. "Ok deh. Oh iya uncle minta uang dong buat beli buah. Kan ngga enak kalo jenguk orang sakit ngga bawa apa-apa." bohong Tatiana. "Emang uang bulanan kamu yang tujuh ratus juta dari uncle sudah habis?" gurau Damian. "Si uncle lawak, boro-boro tujuh ratus juta, lima juta aja ga lebih." Tatiana memutar bola mata malas. "Haha.. Baiklah, kamu butuh berapa?" tanya Damian. 'Uncle jangan lama-lama ketawanya, entar tambah banyak yang melirik, liat uncle ketawa kadar ketampananya bertambah berabe kalo gue banyak saingannya.' batin Tatiana. "Tiga ratus ribu aja buat beli apa gitu buat orang sakit." jawabnya. "Nih." Damian memberikan uang yang diminta Tatiana. "Yeay.. Thank you uncle." ucap Tatiana berlari menghampiri Damian dan duduk dipangkuan untuk memeluknya, dan mencium Damian. Tatiana mencium pipi Damian. Sadar akan perbuatannya ia pun merutuki dirinya sendiri. 'Bodoh, bodoh. Dasar bibir pengennya nyosor mulu.' kesalnya dalam hati. Sadar atau tidak perlakuan Tatiana memunculkan sebuah tali tak kasat mata diantara mereka. Tali yang sewaktu-waktu bisa menghubungkan mereka atau malah membuat tali itu menjadi kusut dan tidak beraturan seperti layaknya sebuah jalan tak berujung. Hanya waktu yang bisa menjawab. Dan campur tangan tuhanlah yang bisa membuatnya lebih jelas. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD